Share

Pertemuan

Penulis: Nona Kirei
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Lii terbangun dari tidur, mentari pagi yang menerobos masuk ke sela ventilasi yang membuat siluet di dinding kamar. Aroma harum kopi yang menguar dari nakas yang berwarna putih di samping tempat tidur, membuatnya ingin segera menikmati. 

 

Lii bangkit dari ranjang king size miliknya, kaki itu turun, tetapi dia masih duduk di tepi ranjang, tangannya meraih pegangan cangkir yang terasa hangat di sela jari. 

 

Lelaki itu mulai menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam nan kental yang tersaji pagi ini. Lii bangkit dari kasur, dia menghampiri meja kerja untuk mengambil kamera digital, karena biasanya di pagi hari dia mengambil foto mentari yang berwarna kuning keemasan, sangat indah. 

 

"Ah, sial! Bukankah kameraku rusak?" Lii kesal. Karena dalam hidupnya, hanya kamera digital yang selalu menemani waktu-waktunya. 

 

Lelaki itu bergegas ke kantor setelah semuanya selesai. Dia melewati meja makan yang penuh dengan hidangan untuk sarapan pagi ini. Tetapi, jangankan sarapan, memegang menu yang ada di meja pun dia enggan. Lii hanya melihat sekilas, setelah itu dia pergi begitu saja. Hampir tiap hari Lii berbuat seperti itu karena merasa sendiri. 

 

"Silakan, Tuan," ujar supir pribadinya. 

 

Lii naik ke mobil, dia tidak selalu diantar oleh supir pribadinya. Hal itu dia lakukan semata-mata demi Li Wei yang terlalu mengkhawatirkan putra sematawayangnya. 

 

Perjalanan berjalan lancar, Lii yang sibuk dengan gadget di tangannya tidak memperhatikan jalanan hari ini, yang ada dalam pikirannya hanya bekerja, bekerja dan bekerja untuk memajukan perusahaan. Karena baginya, uang merupakan segalanya. Apapun yang hendak kita lakukan, akan selalu membutuhkan uang. 

 

Mobil itu terparkir di loby kantor, supir itu membuka pintu kemudian mempersilahkan Tuannya untuk turun dari mobil. Lii berjalan dalam koridor kantor, ucapan selamat pagi terucap dari setiap karyawan dan karyawati yang dia lewati. Lelaki itu kemudian memasuki ruang kerjanya. 

 

Di sisi lain ada Hyun yang sedang mengerjakan semua tugas-tugasnya, termasuk mengantarkan kopi untuk Lii. 

 

"Permisi." Hyun mengetuk pintu ruang kerja Lii sambil membawa secangkir kopi panas dalam nampan. 

 

Lelaki itu kemudian masuk setelah Lii menyuruhnya. Hyun meletakan cangkir berisi kopi itu di meja Lii, lelaki ini melihat Lii yang sedang melihat ponselnya. 

 

Tumben, biasanya yang dia pegang itu kamera, batin Hyun. 

 

Lii mendongak ketika menyadari bahwa Hyun masih berdiri di depan mejanya. "Ngapain kamu masih di situ?"

 

"Em-itu--anu, Tuan--" Hyun begitu khawatir ketika Lii bertanya.

 

Lii mengernyit, wajahnya terlihat heran tetapi dengan gaya datar yang seolah bukan ingin tahu. 

 

"Boleh saya bicara sebentar, Tuan?" izin Hyun dengan sopan. 

 

"Bicara saja," jawab Lii yang masih sibuk dengan ponselnya. 

 

"Saya mau masukkan teman saya bekerja di sini, Tuan. Hanya saja, saya minta waktu yang agak longgar, karena dia sambil kuliah," ujar Hyun walau ragu. 

 

Lii tersenyum kecut, "Memangnya ini perusahaan Nenek Moyangnya?"

 

Hyun terdiam, dia pasrah. Karena ternyata usahanya mungkin saja tidak membuahkan hasil. 

 

"Sudahlah, saya mau kerja, jangan ganggu saya!" tegasnya. 

 

Hyun akhirnya keluar dari ruang kerja Lii, langkahnya gamang menuju pantry. Dia terlalu takut kalau Xiu yang tak lain gadis yang dia sukai akan kecewa. "Maafin aku, Xiu," gumamnya. 

 

Hyun duduk di kursi, seluruh pekerjaannya telah usai dan lelaki ini hanya duduk termenung seorang diri. Batinnya berkecamuk merasa tidak enak. Namun, harus bagaimana lagi? Toh yang mempunyai wewenang itu memang Liiu Yaoshan, dia hanya sekedar bawahannya, bahkan ada di posisi paling bawah. 

 

"Hyun, kamu kenapa?" tanya Shu. 

 

"Lagi bingung, Mbak."

 

"Kenapa?"

 

"Saya sudah menjanjikan pekerjaan pada sahabat saya yang butuh uang tetapi sepertinya tidak bisa."

 

"Loh, lowongan kerja kan masih dibuka, tinggal masukin saja CV nya ke sini, kebetulan yang mengurus penerimaan karyawan baru itu aku."

 

"Beneran, Mbak?" 

 

"Iya. Bawa saja CVnya ke aku. Nanti aku yang atur, tapi lowongan yang paling banyak itu jadi office girl."

 

"Gak papa, Mbak. Hanya saja bisa enggak kerjanya paruh waktu supaya kuliahnya tidak terganggu?"

 

"Gampang, nanti aku yang atur. Tuan Muda sudah mempercayakan hal ini sama aku. Bay the way, sahabatmu kuliah, kenapa kamu enggak, Hyun?"

 

"Belum ada duit," jawabnya singkat sambil tersenyum. 

 

Shu kembali ke ruangannya meninggalkan Hyun yang kini bahagia. Bagaimana tidak, lelaki ini hampir bisa membantu Xiu, secara tidak langsung Xiu akan merasa berhutang budi padanya. Tetapi tidak seperti itu, Hyun tulus membantu sahabatnya walaupun sesungguhnya Hyun bisa saja berbuat picik.

 

*** 

 

Sepulang dari kampus, ponsel butut yang hanya dapat menerima SMS dan telepon milik Xiu bergetar. Gadis itu meraih ponsel kemudian membaca sebuah pesan dari Hyun. 

 

"Siapkan CV untuk melamar pekerjaan, besok kamu ke kantor bawa CV nanti aku bantu untuk bertemu dengan orang yang bertanggung jawab menerima karyawan baru di perusahaan ini."

 

Mata sipit Xiu membulat seolah hendak keluar dari tempatnya, dia tidak menyangka ada tempat yang memberikan kesempatan untuknya bekerja. Hatinya senang, air bening kebahagiaan dari kedua sudut matanya hampir luruh karena terharu mendapatkan kabar baik dari Hyun. 

 

"Oke! Aku akan siapkan segera, makasih, ya, Hyun?" balas Xiu melalui pesan singkat. 

 

"Oke!"

 

Xiu bergegas pulang, gadis ini bergegas memasak selepas dia sampai di rumah, setelah semuanya selesai dia pun langsung merapikan berkas untuk di fotocopy dan mempersiapkannya dalam satu berkas dalam map. 

 

"Uh, selesai juga!" ujar gadis itu yang langsung merobohkan badan letihnya di atas ranjang. 

 

Xiu memandang langit-langit kamar dengan bola mata berbinar, lengkungan bibir itu tersenyum bahagia. Karena yang ada dalam pikirannya hanya bagaimana cara melunasi hutang ibunya pada Jingmi. Tidak berselang lama, sang ibu pun datang dengan wajah letih yang terlihat. Xiu menghampiri. 

 

"Ma," ucap Xiu dengan menggenggam hangat tangan Lian.

 

"Iya," jawab Lian dengan tatapan teduh pada putrinya. 

 

"Esok aku akan melamar kerja, doakan Xiu agar bisa keterima di sana, ya?" 

 

"Bekerja? Kamu bekerja di mana, Nak? Bagaimana dengan kuliahmu nantinya?"

 

"Itu semua bisa Xiu atur, Ma. Xiu akan bekerja di tempa Hyun bekerja saat ini. Dia yang mau membantuku untuk memasukan lamaran kerjaku. Makanya, doain Xiu, ya, Ma?" ujar putri kecil yang kini telah tumbuh menjadi sosok dewasa. 

 

Lian mengusap rambut Xiu, dia kagum dan terharu pada putrinya. Diusianya yang masih tergolong muda, gadis ini bisa bersikap bijak dalam menyikapi masalah yang memang sangat besar, karena hutang-hutang lian yang semakin menumpuk dari hari ke hari. Sesungguhnya, hutangnya tidak bertambah, yang bertambah itu bunga dari pinjamannya. 

 

Lian memeluk Xiu, dia merasa sedih bercampur bahagia melihat kegigihan dari putrinya untuk membantu melunasi hutang-hutangnya pada Jingmi. 

 

Malam pun tiba, keduanya memutuskan beristirahat untuk menyongsong esok hari dengan aktivitas, semangat dan mungkin masalah baru. Xiu mematikan lampu tidurnya, suasana hening, dingin dan gelap seolah menyelimutinya malam ini. 

 

"Pa, Xiu rindu," gumam Xiu ketika dia hendak memejamkan mata. 

 

Xiu memang sangat dekat pada almarhum ayahnya, gadis itu seolah tidak mau lepas dari dekapan sang ayah semasa hidupnya. Bahkan, ketika meninggal dunia, Xiu tak henti menangis dengan tangan melingkar di perut almarhum yang seolah tidak mengizinkan jasad itu untuk dikebumikan. 

 

Mata terpejam, entah Xiu sadar atau tidak, air mata dari kedua manik mata itu luruh membasahi pipi. Dia terlalu rindu pada sang ayah. 

 

Xiu terbangun oleh alarm jam beker yang berdering pagi itu. Langit masih tampak gelap, gadis itu bersiap-siap membantu Lian memasak untuk sarapan pagi mereka. 

 

"Masak apa, Ma?" tanya Xiu yang baru saja tiba di dapur kecil dan sumpek. 

 

"Goreng telur dadar aja, ya? Stok sayur sudah tidak ada," jawab Lian yang sedang mencuci beras. 

 

"Baiklah, Xiu yang goreng," ucap gadis yang beranjak dewasa. 

 

Begitulah aktivitas pagi hari di rumah Xiu. Kedua wanita tangguh ini tampak kompak walaupun tanpa nakhoda yang memegang kendali kapal untuk bersandar di pelabuhan yang tenang. Terombang-ambing di tengah lautan lepas dan diterjang ombak bertubi-tubi, mereka tetap bersama. 

 

Lian sudah siap untuk berangkat bekerja, begitupun dengan Xiu yang kini mulai merapikan buku-buku yang ada di meja belajarnya dengan kayu yang sudah mulai keropok dimakan hewan. Gadis itu terlihat memasukan buku ke dalam tas dan kembali mengecek perlengkapan CV nya, dia memastikan bahwa semuanya sudah lengkap supaya tidak merepotkan Hyun. 

 

Waktu menunjukkan Jam Enam pagi, Xiu berjalan menuju halte dan dia kembali bertemu dengan Hyun. Kebetulan, jam kampusnya agak siang jadi dia lebih tenang berfokus pada kantor yabg akan menerimanya bekerja. 

 

Xiu dibonceng oleh Hyun, mereka melesat mengurai kemacetan dengan sepeda motor hingga akhirnya mereka telah sampai di kantor tersebut. 

 

Wahh ... gede banget." Xiu merasa takjub ketika melihat bangunan kokoh yang berdiri tegak di tengah pusat kota. Maklum saja, gadis ini jarang sekali jalan-jalan ke pusat kota. Walaupun dia tinggal di kota, tetapi kenyataannya tidak seperti yang dibayangkan. Potret kemiskinanlah yang terjadi di lingkungan Xiu. 

 

"Kamu gak mau turun?" tanya Hyun yang lebih dulu turun dari motor. 

 

"Eh, iya," jawabnya dengan pipi yang memerah. 

 

Xiu turun, mereka berdua memasuki kantor yang masih sepi. Staf kantor biasanya datang agak siang, para OB dan OG lah yang datang lebih dulu di kantor.

 

"Kamu duduk dulu di sini, ya? Aku akan beres-beres sebentar," titah Hyun.

 

"Eh, enggak bisa. Aku juga mau bantu, apa yang bisa kukerjakan?" tanya Xiu yang merasa tidak enak hati.

 

"Yakin mau bantu aku?" ujar Hyun sambil menyipitkan mata.

 

Xiu mengangguk. 

 

Kini Hyun dan Xiu berbagi tugas dan mengerjalannya dengan penuh tanggung jawab. Sampai semuanya usai, barulah staf kantor satu persatu datang dan mulai masuk ke ruangannya masing-masing. Meja-meja yang tadinya kosong pun, kini telah terisi oleh penghuninya. Ramai. 

 

"Hai, Hyun?" sapa seorang gadis yang masuk ke pantry, siapa lagi kalau bukan Shu, wanita ini memang langganan pantry pagi hari hanya untuk menyeduh teh hangat yang akan menemaninya bekerja. 

 

"Eh, Mbak," jawab Hyun dengan seulas senyuman. "Xiu, kenalin ini Mbak Shu, dia yang bertugas menerima karyawan baru," ujar Hyun mengenalkan pada sahabatnya. 

 

"Pagi, Mbak, aku Xiu Juan," ucap gadis itu sabil mengulurkan tangan.

 

"Hai Xiu Juan, namaku Zhinshu, panggil Shu saja biar lebih akrab," putusnya dengan seulas senyuman. 

 

Perkenalan mereka berlangsung hangat dengan secangkir teh manis sebagai pelengkap dari kehangatan pagi itu. 

 

Waktu menunjukkan jam delapan kurang, Shu sudah kembali ke ruang kerjanya dan Hyun sedang bertugas mengantarkan kopi ke setiap staf kantor. Sementara Xiu duduk di dekat jendela pantry sambil melihat ke loby parkir. 

 

"Wow, dari setiap mobil yang kuamati, baru kali ini aku melihat mobil mewah. Punya siapa, ya?" Xiu berpikir. Tetapi, sepertinya aku tidak asing dengan mobil ini." 

 

Ketika Xiu sedang asyik berpikir tentang siapa pemilik mobil mewah yang terparkir di loby, Hyun datang membawa nampan kosong. 

 

"Sedang apa kamu?" tanya Hyun membuat Xiu terperanjat. 

 

"Eh, kamu Hyun. Ngagetin aja. Aku lagi liat mobil mewah yang terparkir di loby."

 

"Oh, mobil Tuan Muda," jawab Hyun penuh percaya diri. 

 

"Dari mana kamu tau? Lihat saja tidak."

 

"Ya taulah. Karena mobil dia yang paling mentereng, wajar saja dia merupakan CEO sekaligus anak pemilik dari perusahaan ini."

 

"Oh...." 

 

"Hyun, tolong buatkan kopi untuk Tuan muda," ujar Shu dari arah pintu pantry.

 

"Baik, Mbak. Segera," jawab pemuda itu, sedangkan Shu kembali ke ruangannya. 

 

"Xiu, tolong kamu antarkan kopi ini ke ruangan Tuan muda. Bilang saja kamu office girl baru di sini."

 

"Oh, seperti itu. Baiklah, tapi aku gak tau ruangannya."

 

"Dari sini kamu tinggal lurus saja, ruangan Tuan muda ada di barisan itu. Nanti juga terlihat di pintunya tertulis ruangan CEO." 

 

"Baiklah." 

 

Xiu keluar dengan secangkir kopi yang dia bawa, kakinya melangkah dan matanya dengan teliti mencari tulisan yang telah diberitahu oleh Hyun. Hingga akhirnya dia menemukan tulisan tersebut. 

 

"Ini dia," gumamnya di hadapan pintu yang berdiri kokoh berwarna hitam. Xiu mengetuk pintu, "permisi?"

 

"Masuk!"

 

Tanpa ragu, Xiu masuk ke ruangan itu. Tampak sosok lelaki bertubuh tinggi yang sedang membelakanginya, lelaki itu terlihat melihat ke jalan yang cukup macet, entah dia memperhatikan jalanan pusat kota ataukah melihat mentari pagi yang berwarna keemasan. Indah dan dan hangat. 

 

"Saya bawakan kopi, Tu--" ucap Xiu terhenti ketika lelaki itu membalikkan badannya, Xiu melihat wajah lelaki itu, "Kakak Kamera?" sambung Xiu dengan mata yang membulat.  

 

Bab terkait

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Tuan Muda Menyebalkan!

    Lii menoleh, bola mata hitam itu membulat ketika melihat seorang gadis pembawa kopi."Ngapain kamu di sini?" Tatapan Lii kurang bersahabat, terkesan dingin."Em, saya kerja di sini, Kak. Kakak ngapain di sini?" tanya Xiu dengan manik mata heran."Kamu tidak membaca nama yang tertera di atas meja?" Mata Lii melirik ke meja kerjanya.Sepasang mata sipit Xiu membaca nama yang ada di meja kerja Lii, "Liiu Yaoshan?" gumamnya dengan mata yang masih menatap papan yang bertuliskan namanya, "itu nama Kakak?" tanya Xiu dengan mata yang semakin menyipit.Lii tidak menjawab, tangannya terlipat di dada. Kini dia berjalan ke arah kursi lalu duduk, tetapi sepasang mata elangnya masih menatap tajam ke arah Xiu yang masih membawa cangkir kopi.Xiu pun berjalan ke arah Lii, dia meletakan perlahan cangkir kopi

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Hari Pertama Kerja

    "Astaga! Aku kesiangan," ujar Xiu yang baru saja membuka mata.Dia bergegas menyibakkan selimut yang menutupi hangat tubuhnya, gadis itu segera ke kamar mandi dan bergegas berganti baju. Dia mulai memasukkan buku-buku ke ransel miliknya. Untung saja, sarapan pagi telah siap."Xiu, mau ke mana? Bukankah jam kuliahmu itu nanti siang?" tanya Lian heran."Xiu mulai masuk kerja sekarang, Ma. Maaf, Xiu tidak dapat menemani Mama sarapan." Gadis ini mengambil nasi dan telur dadar ke dalam wadah kecil berwarna violet yang tertutup rapat."Xiu berangkat ya, Mam?" Xiu mencium tangan ibunya kemudian mendaratkan kecupan manis di pipi Lian.Lian hanya menggeleng kemudian tersenyum melihat kelakuan putrinya yang membawa bekal cukup banyak dalam tasnya. Tidak lupa, botol minumnya pun tak luput dia bawa.

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Gara-Gara Roti Bakar

    Setelah selesai dari kampus, Xiu bergegas kembali ke tempat kerjanya. Untung saja bukan jam pulang kantor atau sekolah, jadi semuanya lancar. Bahkan hanya dalam beberapa menit, gadis itu sudah kembali sampai di kantor Lii.Berjalan dalam halaman kantor yang sangat luas membuat Xiu cukup kelelahan, terlebih dari tadi pagi dia hanya makan satu porsi kecil nasi dan telur dadar. Langkah kakinya mulai sedikit gemetar menahan perut yang lapar."Kamu kenapa, Xiu?" tanya Hyun."Lapar," lirihnya sambil tersenyum, pipi tirus itu memerah ketika mengutarakan apa yang dia rasa."Aku buatkan roti bakar, mau? Soalnya makan siangku udah habis," papar Hyun, dia berdiri dari kursi tempat duduknya."Boleh, aku bantu, ya?" Xiu mendekat."Tidak usah." Hyun mendorong pelan pundak Xiu agar gadis itu tetap duduk di

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Diner

    Tidak ada jawaban dari Hyun, lelaki itu terdengar muntah-muntah dari dalam toilet. Xiu menjadi bingung dengan keadaan sahabatnya yang tiba-tiba saja seperti orang yang telah minum racun.Xiu menunggu dengan gelisah di depan pintu, Hyun masih tidak dapat menghentikan muntahnya. Bukan jijik, hanya saja Hyun membayangkan bibir lelaki yang ada pada roti bakar yang telah dia makan. Hyun pun keluar dari toilet dengan sedikit terhuyung lemas. Tangan yang masih memegang perut menjadikan Xiu menjadi khawatir."Kamu kenapa sih, Hyun?" tanya Xiu dengan ekspresi wajah panik.Kalau kujawab, sama aja aku membuka aib di depanmu, Xiu. Batin Hyun sambil meringis menahan perutnya yang sakit."Ish! Bukannya jawab," keluh Xiu yang merasa diabaikan."Perutku masih sakit, Xiu.""Waduh, ya sudah. Biar aku yang nanti b

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Liiu Yaoshan

    Liiu Yaoshan (24 Tahun), memiliki paras tampan seperti sang ayah, mempunyai bola mata hitam pekat, pandangannya tajam bak elang. Dia mempunyai tinggi badan 180 CM dengan berat 70 kilo gram dan berambut panjang sebahu. Lii tumbuh di keluarga broken home. Orang tuanya bercerai ketika dia bersekolah di sekolah menengah pertama. Diusia itu, seorang anak laki-laki sangat membutuhkan sosok ayah yang akan menjadi panutannya, tetapi tidak dengan Lii, dia kehilangan sosok ayah di usia itu.Lii hidup bersama ibunya yang bernama Li Wei (44 Tahun), wanita cantik berkulit putih, berambut currly. Namun, dia terlalu berambisi dengan bisnisnya. Li Wei sangat mencintai bisnisnya, hal itu membuatnya lupa pada kewajiban pertamanya sebagai seorang istri yang harusnya melayani suaminya. Hal ini lah yang memicu keretakan rumah tangga mereka, hingga perceraian pun terjadi.Zhang Junda (46 Tahun), ayah dari Liiu. Seorang yang mempunyai perusahaan besar seperti mantan istrinya, Li We

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xiu Juan

    "Hyun!" teriak Xiu Juan.Xiu Juan (19 Tahun), seorang perempuan dari keluarga biasa cenderung miskin. Dia anak dari seorang janda bernama Xia Lian yang bekerja disalah satu toko kelontongan yang cukup besar di kota itu. Xiu seorang mahasiswa disalah satu kampus terfavorit di sana. Gadis yang mempunyai paras cantik sesuai dengan namanya Xiu Juan, yang berarti keanggunan dan kecantikan.Xiu hanya tinggal berdua bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal lima tahun lalu ketika gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya, Xiu ingin bekerja seperti Hyun, sahabatnya. Tetapi Xia tidak memperbolehkannya, wanita itu menginginkan putrinya untuk meneruskan kuliah agar bisa mengubah nasib kehidupan mereka."Xiu? Ada apa?" tanya Hyun yang berada di motor."Aku nebeng ke kampus, ya?" pinta Xiu tanpa berbasa-basi."Oh, iya sudah. Naiklah!"Xiu menaiki jok motor di belakang H

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xia Lian

    "Maaf, Tuan. Kasih saya tempo, saya belum ada uang untuk mencicil utang-utang bulan ini. Kebutuhan saya terlalu banyak," ujar Xia Lian.Xia Lian (39 Tahun) ibu dari Xiu Juan, wanita yang sudah menjada sekitar lima tahun lalu. Dia terpaksa berhutang pada bosnya yang bernama Jingmi, pemilik toko kelontong terbesar di kota itu. Jingmi (49 Tahun) yang memiliki dua istri."Tempo lagi, tempo lagi. Kapan kamu bisa bayar, hah?" ujar Jingmi yang merasa kesal. Lelaki itu memperhatikan Lian yang mempunyai paras cantik. "Kamu ingin semuanya berakhir? Semua hutang beserta bunganya akan aku nyatakan lunas, asal--" katanya terjeda."Asal apa, Tuan?" tanya Lian."Asal kamu mau menjadi istri ketigaku," ujar Jingmi dengan senyum nakal.Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Satu sisi aku ingin melunasi hutang itu, tapi dengan cara apa? Apa iya aku ha

Bab terbaru

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Diner

    Tidak ada jawaban dari Hyun, lelaki itu terdengar muntah-muntah dari dalam toilet. Xiu menjadi bingung dengan keadaan sahabatnya yang tiba-tiba saja seperti orang yang telah minum racun.Xiu menunggu dengan gelisah di depan pintu, Hyun masih tidak dapat menghentikan muntahnya. Bukan jijik, hanya saja Hyun membayangkan bibir lelaki yang ada pada roti bakar yang telah dia makan. Hyun pun keluar dari toilet dengan sedikit terhuyung lemas. Tangan yang masih memegang perut menjadikan Xiu menjadi khawatir."Kamu kenapa sih, Hyun?" tanya Xiu dengan ekspresi wajah panik.Kalau kujawab, sama aja aku membuka aib di depanmu, Xiu. Batin Hyun sambil meringis menahan perutnya yang sakit."Ish! Bukannya jawab," keluh Xiu yang merasa diabaikan."Perutku masih sakit, Xiu.""Waduh, ya sudah. Biar aku yang nanti b

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Gara-Gara Roti Bakar

    Setelah selesai dari kampus, Xiu bergegas kembali ke tempat kerjanya. Untung saja bukan jam pulang kantor atau sekolah, jadi semuanya lancar. Bahkan hanya dalam beberapa menit, gadis itu sudah kembali sampai di kantor Lii.Berjalan dalam halaman kantor yang sangat luas membuat Xiu cukup kelelahan, terlebih dari tadi pagi dia hanya makan satu porsi kecil nasi dan telur dadar. Langkah kakinya mulai sedikit gemetar menahan perut yang lapar."Kamu kenapa, Xiu?" tanya Hyun."Lapar," lirihnya sambil tersenyum, pipi tirus itu memerah ketika mengutarakan apa yang dia rasa."Aku buatkan roti bakar, mau? Soalnya makan siangku udah habis," papar Hyun, dia berdiri dari kursi tempat duduknya."Boleh, aku bantu, ya?" Xiu mendekat."Tidak usah." Hyun mendorong pelan pundak Xiu agar gadis itu tetap duduk di

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Hari Pertama Kerja

    "Astaga! Aku kesiangan," ujar Xiu yang baru saja membuka mata.Dia bergegas menyibakkan selimut yang menutupi hangat tubuhnya, gadis itu segera ke kamar mandi dan bergegas berganti baju. Dia mulai memasukkan buku-buku ke ransel miliknya. Untung saja, sarapan pagi telah siap."Xiu, mau ke mana? Bukankah jam kuliahmu itu nanti siang?" tanya Lian heran."Xiu mulai masuk kerja sekarang, Ma. Maaf, Xiu tidak dapat menemani Mama sarapan." Gadis ini mengambil nasi dan telur dadar ke dalam wadah kecil berwarna violet yang tertutup rapat."Xiu berangkat ya, Mam?" Xiu mencium tangan ibunya kemudian mendaratkan kecupan manis di pipi Lian.Lian hanya menggeleng kemudian tersenyum melihat kelakuan putrinya yang membawa bekal cukup banyak dalam tasnya. Tidak lupa, botol minumnya pun tak luput dia bawa.

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Tuan Muda Menyebalkan!

    Lii menoleh, bola mata hitam itu membulat ketika melihat seorang gadis pembawa kopi."Ngapain kamu di sini?" Tatapan Lii kurang bersahabat, terkesan dingin."Em, saya kerja di sini, Kak. Kakak ngapain di sini?" tanya Xiu dengan manik mata heran."Kamu tidak membaca nama yang tertera di atas meja?" Mata Lii melirik ke meja kerjanya.Sepasang mata sipit Xiu membaca nama yang ada di meja kerja Lii, "Liiu Yaoshan?" gumamnya dengan mata yang masih menatap papan yang bertuliskan namanya, "itu nama Kakak?" tanya Xiu dengan mata yang semakin menyipit.Lii tidak menjawab, tangannya terlipat di dada. Kini dia berjalan ke arah kursi lalu duduk, tetapi sepasang mata elangnya masih menatap tajam ke arah Xiu yang masih membawa cangkir kopi.Xiu pun berjalan ke arah Lii, dia meletakan perlahan cangkir kopi

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Pertemuan

    Lii terbangun dari tidur, mentari pagi yang menerobos masuk ke sela ventilasi yang membuat siluet di dinding kamar. Aroma harum kopi yang menguar dari nakas yang berwarna putih di samping tempat tidur, membuatnya ingin segera menikmati.Lii bangkit dari ranjang king size miliknya, kaki itu turun, tetapi dia masih duduk di tepi ranjang, tangannya meraih pegangan cangkir yang terasa hangat di sela jari.Lelaki itu mulai menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam nan kental yang tersaji pagi ini. Lii bangkit dari kasur, dia menghampiri meja kerja untuk mengambil kamera digital, karena biasanya di pagi hari dia mengambil foto mentari yang berwarna kuning keemasan, sangat indah."Ah, sial! Bukankah kameraku rusak?" Lii kesal. Karena dalam hidupnya, hanya kamera digital yang selalu menemani waktu-waktunya.Lelaki itu bergegas ke kantor setelah semua

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xia Lian

    "Maaf, Tuan. Kasih saya tempo, saya belum ada uang untuk mencicil utang-utang bulan ini. Kebutuhan saya terlalu banyak," ujar Xia Lian.Xia Lian (39 Tahun) ibu dari Xiu Juan, wanita yang sudah menjada sekitar lima tahun lalu. Dia terpaksa berhutang pada bosnya yang bernama Jingmi, pemilik toko kelontong terbesar di kota itu. Jingmi (49 Tahun) yang memiliki dua istri."Tempo lagi, tempo lagi. Kapan kamu bisa bayar, hah?" ujar Jingmi yang merasa kesal. Lelaki itu memperhatikan Lian yang mempunyai paras cantik. "Kamu ingin semuanya berakhir? Semua hutang beserta bunganya akan aku nyatakan lunas, asal--" katanya terjeda."Asal apa, Tuan?" tanya Lian."Asal kamu mau menjadi istri ketigaku," ujar Jingmi dengan senyum nakal.Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Satu sisi aku ingin melunasi hutang itu, tapi dengan cara apa? Apa iya aku ha

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xiu Juan

    "Hyun!" teriak Xiu Juan.Xiu Juan (19 Tahun), seorang perempuan dari keluarga biasa cenderung miskin. Dia anak dari seorang janda bernama Xia Lian yang bekerja disalah satu toko kelontongan yang cukup besar di kota itu. Xiu seorang mahasiswa disalah satu kampus terfavorit di sana. Gadis yang mempunyai paras cantik sesuai dengan namanya Xiu Juan, yang berarti keanggunan dan kecantikan.Xiu hanya tinggal berdua bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal lima tahun lalu ketika gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya, Xiu ingin bekerja seperti Hyun, sahabatnya. Tetapi Xia tidak memperbolehkannya, wanita itu menginginkan putrinya untuk meneruskan kuliah agar bisa mengubah nasib kehidupan mereka."Xiu? Ada apa?" tanya Hyun yang berada di motor."Aku nebeng ke kampus, ya?" pinta Xiu tanpa berbasa-basi."Oh, iya sudah. Naiklah!"Xiu menaiki jok motor di belakang H

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Liiu Yaoshan

    Liiu Yaoshan (24 Tahun), memiliki paras tampan seperti sang ayah, mempunyai bola mata hitam pekat, pandangannya tajam bak elang. Dia mempunyai tinggi badan 180 CM dengan berat 70 kilo gram dan berambut panjang sebahu. Lii tumbuh di keluarga broken home. Orang tuanya bercerai ketika dia bersekolah di sekolah menengah pertama. Diusia itu, seorang anak laki-laki sangat membutuhkan sosok ayah yang akan menjadi panutannya, tetapi tidak dengan Lii, dia kehilangan sosok ayah di usia itu.Lii hidup bersama ibunya yang bernama Li Wei (44 Tahun), wanita cantik berkulit putih, berambut currly. Namun, dia terlalu berambisi dengan bisnisnya. Li Wei sangat mencintai bisnisnya, hal itu membuatnya lupa pada kewajiban pertamanya sebagai seorang istri yang harusnya melayani suaminya. Hal ini lah yang memicu keretakan rumah tangga mereka, hingga perceraian pun terjadi.Zhang Junda (46 Tahun), ayah dari Liiu. Seorang yang mempunyai perusahaan besar seperti mantan istrinya, Li We

DMCA.com Protection Status