Share

Xia Lian

Penulis: Nona Kirei
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

"Maaf, Tuan. Kasih saya tempo, saya belum ada uang untuk mencicil utang-utang bulan ini. Kebutuhan saya terlalu banyak," ujar Xia Lian. 

Xia Lian (39 Tahun) ibu dari Xiu Juan, wanita yang sudah menjada sekitar lima tahun lalu. Dia terpaksa berhutang pada bosnya yang bernama Jingmi, pemilik toko kelontong terbesar di kota itu. Jingmi (49 Tahun)  yang memiliki dua istri. 

"Tempo lagi, tempo lagi. Kapan kamu bisa bayar, hah?" ujar Jingmi yang merasa kesal. Lelaki itu memperhatikan Lian yang mempunyai paras cantik. "Kamu ingin semuanya berakhir? Semua hutang beserta bunganya akan aku nyatakan lunas, asal--" katanya terjeda. 

"Asal apa, Tuan?" tanya Lian.

"Asal kamu mau menjadi istri ketigaku," ujar Jingmi dengan senyum nakal. 

Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Satu sisi aku ingin melunasi hutang itu, tapi dengan cara apa? Apa iya aku harus menerima pinangan dari Tuan Jingmi yang sepertinya hiper sex? Batin Lian bergejolak untuk mengambil keputusan. 

"Jangan, Ma!" Tiba-tiba saja bantahan lantang terucap dari bibir seorang perempuan. Kedua pasang mata menoleh ke pintu.

"Xiu?" ujar Lian. 

Jingmi memandang wanita muda yang berdiri di depan pintu. Wow, barang bagus, lebih bagus lagi daripada ibunya, dia lebih fress karena masih muda. Batin Jingmi ketika melihat Xiu. 

"Mama jangan mau hidup sama dia, apalagi kata Mama dia itu mempunyai dua istri. Mama mau jadi istri ketiganya?" ujar Xiu lantang. 

Lian bangkit dari kursi, dia menyeret putrinya ke kamar setelah sadar melihat Jingmi yang seolah terpikat pada putri cantiknya. 

"Kenapa kamu muncul disaat seperti ini, Xiu?" tanya Lian yang lalu mengunci pintu kamar. 

"Loh, dari mana Xiu tau ada orang itu di sini? Lagian, kenapa juga harus menagih utang hingga ke rumah, Ma?"

"Ini semua salah Mama karena sampai detik ini, Mama belum bisa mencicil utang padanya," lirih Lian dengan pandangan yang merunduk lesu. 

Xiu menghela napas, dia merasa sedih karena tidak dapat membantu ibunya. Apalagi, ketika Jingmi meminta ibunya untuk menjadi istri ketiganya. Xiu merasa sangat merutuk dirinya sendiri karena tidak dapat berbuat apa-apa. 

"Lalu? Apa yang mau Mama lakuin?"

"Tidak ada cara lain lagi selain menerima pinangan dari Tuan Jingmi," lirih Lian disertai air mata yang menetes. 

Lian sangat mencintai almarhum suaminya. Dari lubuk hati terdalam, dia tidak ingin menikah lagi dengan pria manapun. Tetapi keadaan yang memaksanya untuk melakukan itu semua. Melihat Lian seperti itu, Xiu hanya bisa memeluk untuk menenangkan sang ibu. 

"Lian!" pekik Jingmi dari luar. 

"Iya, sebentar!" jawab Lian dalam kamar, air mata yang membasahi pipi pun dia usap untuk menutupi kesedihannya. Dia bangkit dari tepi ranjang kemudian berjalan menuju pintu kamar. 

"Ma?" panggil Xiu ketika Lian membuka kunci pintu. 

Lian menoleh dengan mata sembab. 

"Mama yakin?" tanya Xiu sambil menyipitkan matanya yang memang sudah sipit semakin tak terlihat. 

Lian mengangguk. Wanita itu bergegas menemui Jingmi di ruang tamu. Lelaki itu tampak bahagia, entah apalagi yang ada dalam pikiran lelaki ini.

"Iya, Tuan," jawab Lian kala sudah berada di ruang tamu, "saya bersedia menerima pinangan Tuan Jingmi."

Lelaki itu tersenyum. 

"Tapi sayang, aku sudah tidak tertarik padamu. Aku jauh lebih tertarik pada putrimu yang lebih menggoda," jawab Jingmi menyeringai. 

Lian mendongak. 

"Jangan, Tuan. Dia masih kuliah, masih ingin meraih masa depannya. Saya bersedia menjadi istri Tuan agar hutang-hutang saya lunas," bantah Lian. 

Jingmi menggeleng. 

"Tidak ada cara lain selain dari putrimu yang menikah denganku. Kalau tidak seperti itu, maaf. Hutang-hutangmu akan semakin besar dan aku yakin, kalian tidak akan mampu untuk mengganti utang kalian, bunganya pun pasti tidak akan bisa dilunasi," ujar Jingmi, "pikirkan tawaran itu baik-baik!" 

Jingmi bangkit dari kursi yang sudah tua karena Lian tidak sanggup untuk membeli yang baru. Bagaimana memikirkan kursi/sofa baru? Untuk biaya kuliah dan hidup mereka saja, Lian sudah sangat kebingungan. 

Lian hanya dapat melihat Jingmi yang keluar dari pintu rumahnya hingga lelaki tiu tidak terlihat dari pandangan, Lian pun terduduk lemas di kursi yang sedikit reot. 

Karena khawatir, Xiu keluar dari kamar. Dia melihat Lian yang sudah berderai air mata. Gadis cantik itu menghampiri kemudian menyeka air yang membasahi pipi ibunya. 

"Xiu...." Hanya kata itu yang meluncur di bibir Lian, dia memeluk putrinya erat. 

Hening. 

Hanya ada air mata yang tertumpah dari pipi Lian, dia terlalu bingung untuk menyampaikan kabar buruk untuk putrinya. 

*** 

Malam menjelang, Lii hanya berbaring dan menscroll ponsel yang ada di genggamannya. Hanya saja ada rasa yang berbeda, lelaki ini masih terbayang wajah cantik seseorang yang menjatuhkan kameranya. 

"Kasihan juga sih dia, kalau harus mengganti kamera digitalku. Apalagi rumahnya kecil dan tidak layak menurutku." Lelaki itu lemah ketika mengingat kejadian tadi siang. 

Lagi-lagi lelaki itu terbayang wajah cantik itu walau dia tidak mengetahui nama gadis yang baru saja menyita perhatiannya. 

Nama? Siapa nama gadis itu? Batin Lii. 

Lii segera mengambil dompet kemudian menarik kartu pengenal mahasiswi miliknya. "Xiu Juan? Nama yang indah. Sesuai dengan wajahnya, cantik." Spontan, Lii berucap tanpa dia sadar telah mengagumi seseorang. 

Lii memandang foto kecil yang ada di kartu mahasiswa gadis itu. Entah disengaja atau tidak, dia membidiknya dengan kamera ponsel. Lii tersadar ketika ada panggilan masuk di ponselnya. 

"Sialan!" ketusnya sambil membuka layar ponsel yang terkunci. 

"Halo?"

"Lii, lu ada di mana? Kita udah ada di Club tempat biasa," jawab seseorang dari dalam ponsel. 

"Lagi malas keluar, gue di rumah aja."

"Ah, gak asik, lo! Cepat ke sini, gue ada kawan baru, cantik."

"Udah gue bilang, gue gak mau pacaran. Secantik apa sih cewek yang lu bawa?"

"Makanya ke sini, nanti lu liat sendiri, bodynya, wuuiiihhhh gak nahan!" seru lelaki itu dengan menggebu. 

Walaupun malas, Lii akhirnya bangkit dari ranjang king size ternyamannya. Dia meraih jaket berbahan jeans warna biru, tidak lupa dia mengikat rambut panjangnya. Lii meraih kunci mobil dan dompet, kemudian melesat di bawah langit gelap. 

Setelah perjalanan yang cukup jauh, akhirnya mobil itu terparkir di samping club. Lelaki jangkung itu turun dari mobil kemudian memasuki tempat gelap yang hanya diterangi oleh kerlip lampu-lampu kecil sebagai penerangannya. 

Di sana sudah terlihat dua orang sahabatnya, sahabat semasa kuliah yang dulu sempat lose contek. Ada yang berbeda, di sana mereka ditemani oleh wanita-wanita yang dia tidak kenal. Lii pun menghampiri. 

"Hai...." sapa seorang perempuan yang tidak dia kenal. 

Lii mengernyit. 

"Ini dia si Gondrong Ganteng kawan kita udah datang," ujar sahabatnya. "kenalin, Li, ini Rere yang gue bilang tadi ditelpon."

"Hai, Lii. Aku Rere." Gadis itu mengulurkan tangannya yang disambut oleh Lii. Mereka berjabat tangan. 

Semuanya larut dalam pekat malam yang dihibur oleh wanita dan juga minuman yang memabukkan di meja. Kedua sahabatnya sudah hilang kesadaran, entah dengan cara apa mereka berdua pulang. Tetapi tidak dengan Lii, lelaki ini terlalu kuat hanya dengan minum beberapa gelas wine. 

"Balik, yuk?" ajak Lii pada Rere. 

"Oke!" jawabnya santai. 

Mereka berdua masuk ke mobil kemudian melesat menjelang pagi. 

"Lii, kok kamu enggak mabuk? Sementara kedua sahabatmu saja sudah mabuk sedari tadi," tanya Rere yang heran pada Lii. 

Lii tersenyum kecut. "Sudah biasa," jawabnya singkat. 

Dingin sekali lelaki ini, kaya sih kaya. Kalau dinginnya mengalahkan es balok bahkan kutub utara pun takluk melihat sikapnya, keluh Rere dalam batinnya. Dia merasa sulit untuk memenangkan hati Lii. 

Jangankan memenangkan, respek saja tidak ada dalam ekspresi wajah lelaki tampan ini. 

*** 

Xiu tidak menyangka ketika Lian memberitahu kabar kemarin tentang Jingmi. 

"Aku gak mau nikah sama Tuan Jingmi, Ma," ujar Xiu.

"Mama pun tidak ingin kamu menikah dengan dia, Xiu. Hanya saja kita bayar dengan cara apa? Sementara bunganya saja tiap hari semakin bertambah besar. Bisa-bisa rumah ini pun tidak dapat menutupi untuk jaminan bunganya saja."

Hening. 

Bagaimana ini? Aku tidak mau kalau sampai menikah dengan Tuan Jingmi. Aku pun harus membayar kamera digital milik Kak--Kak siapa namanya, ya? Batin Xiu. 

Walaupun gundah, Xiu memutuskan untuk pergi ke kampus, siapa tahu kawan-kawannya bisa membantunya, entah dengan cara apa. 

"Ma, nanti kita bahas lagi, ya? Tapi Xiu tidak mau kalau harus menikah dengan Tuan Jingmi. Lebih baik Xiu mencicil uang walau mungkin harua seumur hidup!" tegas Xiu. 

Gadis itu berangkat ke kampus dengan perasaan campur aduk, dia berjalan ke halte bus dengan langkah gontai karena pikirannya menerawang entah ke mana. Terlalu banyak yang dia pikirkan, antara hutang ibunya, juga dirinya pada seorang laki-laki yang entah namanya siapa. 

"Xiu?" panggil seorang lelaki. 

Xiu menolah, "Hyun?" 

"Kamu kenapa? Tumben, masih pagi udah ngampus? Ada kuis?"

Xiu menggeleng. 

"Lalu?"

"Aku ada masalah," lirih gadis yang biasanya ceria. 

"Masalah apa kalau boleh tau?"

"Panjang ceritanya, yang jelas aku lagi butuh uang, Hyun."

"Gitu, ya? Rencanamu apa?"

"Aku ingin kerja paruh waktu, tapi mana ada pekerjaan seperti itu? Atau, aku stop dulu kuliah, ya? Biar bisa fokus nyari duit," ujar Xiu yang sudah sangat pusing. 

"Jangan, sayang dong kalau kuliahnya pending? Kalau mau, aku akan carikan pekerjaan. Di tempat kerjaku kebetulan lagi buka lowongan pekerjaan, nanti aku bantu agar kamu bisa bekerja tanpa mengganggu kuliah, mau?"

Sepasang mata sipit itu membulat. Binar bahagia terpancar dari raut wajah cantik Xiu Juan. "Beneran?"

"Iya. Tapi mungkin posisinya rendah, seperti aku yang hanya seorang office boy," ujar Lii. 

"Gak papa, aku mau kok. Makasih, ya, Hyun?"

"Untuk apa?"

"Untuk semuanya. Kamu mau bantu aku, makasih!" Xiu menggenggam tangan sahabatnya dia terlampau bahagia mendengar sahabatnya mau mencarikan pekerjaan untuknya. Namun, hal itu malah dipandang berbeda oleh Hyun, lelaki ini malah semakin bergetar karena grogi. 

Bab terkait

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Pertemuan

    Lii terbangun dari tidur, mentari pagi yang menerobos masuk ke sela ventilasi yang membuat siluet di dinding kamar. Aroma harum kopi yang menguar dari nakas yang berwarna putih di samping tempat tidur, membuatnya ingin segera menikmati.Lii bangkit dari ranjang king size miliknya, kaki itu turun, tetapi dia masih duduk di tepi ranjang, tangannya meraih pegangan cangkir yang terasa hangat di sela jari.Lelaki itu mulai menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam nan kental yang tersaji pagi ini. Lii bangkit dari kasur, dia menghampiri meja kerja untuk mengambil kamera digital, karena biasanya di pagi hari dia mengambil foto mentari yang berwarna kuning keemasan, sangat indah."Ah, sial! Bukankah kameraku rusak?" Lii kesal. Karena dalam hidupnya, hanya kamera digital yang selalu menemani waktu-waktunya.Lelaki itu bergegas ke kantor setelah semua

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Tuan Muda Menyebalkan!

    Lii menoleh, bola mata hitam itu membulat ketika melihat seorang gadis pembawa kopi."Ngapain kamu di sini?" Tatapan Lii kurang bersahabat, terkesan dingin."Em, saya kerja di sini, Kak. Kakak ngapain di sini?" tanya Xiu dengan manik mata heran."Kamu tidak membaca nama yang tertera di atas meja?" Mata Lii melirik ke meja kerjanya.Sepasang mata sipit Xiu membaca nama yang ada di meja kerja Lii, "Liiu Yaoshan?" gumamnya dengan mata yang masih menatap papan yang bertuliskan namanya, "itu nama Kakak?" tanya Xiu dengan mata yang semakin menyipit.Lii tidak menjawab, tangannya terlipat di dada. Kini dia berjalan ke arah kursi lalu duduk, tetapi sepasang mata elangnya masih menatap tajam ke arah Xiu yang masih membawa cangkir kopi.Xiu pun berjalan ke arah Lii, dia meletakan perlahan cangkir kopi

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Hari Pertama Kerja

    "Astaga! Aku kesiangan," ujar Xiu yang baru saja membuka mata.Dia bergegas menyibakkan selimut yang menutupi hangat tubuhnya, gadis itu segera ke kamar mandi dan bergegas berganti baju. Dia mulai memasukkan buku-buku ke ransel miliknya. Untung saja, sarapan pagi telah siap."Xiu, mau ke mana? Bukankah jam kuliahmu itu nanti siang?" tanya Lian heran."Xiu mulai masuk kerja sekarang, Ma. Maaf, Xiu tidak dapat menemani Mama sarapan." Gadis ini mengambil nasi dan telur dadar ke dalam wadah kecil berwarna violet yang tertutup rapat."Xiu berangkat ya, Mam?" Xiu mencium tangan ibunya kemudian mendaratkan kecupan manis di pipi Lian.Lian hanya menggeleng kemudian tersenyum melihat kelakuan putrinya yang membawa bekal cukup banyak dalam tasnya. Tidak lupa, botol minumnya pun tak luput dia bawa.

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Gara-Gara Roti Bakar

    Setelah selesai dari kampus, Xiu bergegas kembali ke tempat kerjanya. Untung saja bukan jam pulang kantor atau sekolah, jadi semuanya lancar. Bahkan hanya dalam beberapa menit, gadis itu sudah kembali sampai di kantor Lii.Berjalan dalam halaman kantor yang sangat luas membuat Xiu cukup kelelahan, terlebih dari tadi pagi dia hanya makan satu porsi kecil nasi dan telur dadar. Langkah kakinya mulai sedikit gemetar menahan perut yang lapar."Kamu kenapa, Xiu?" tanya Hyun."Lapar," lirihnya sambil tersenyum, pipi tirus itu memerah ketika mengutarakan apa yang dia rasa."Aku buatkan roti bakar, mau? Soalnya makan siangku udah habis," papar Hyun, dia berdiri dari kursi tempat duduknya."Boleh, aku bantu, ya?" Xiu mendekat."Tidak usah." Hyun mendorong pelan pundak Xiu agar gadis itu tetap duduk di

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Diner

    Tidak ada jawaban dari Hyun, lelaki itu terdengar muntah-muntah dari dalam toilet. Xiu menjadi bingung dengan keadaan sahabatnya yang tiba-tiba saja seperti orang yang telah minum racun.Xiu menunggu dengan gelisah di depan pintu, Hyun masih tidak dapat menghentikan muntahnya. Bukan jijik, hanya saja Hyun membayangkan bibir lelaki yang ada pada roti bakar yang telah dia makan. Hyun pun keluar dari toilet dengan sedikit terhuyung lemas. Tangan yang masih memegang perut menjadikan Xiu menjadi khawatir."Kamu kenapa sih, Hyun?" tanya Xiu dengan ekspresi wajah panik.Kalau kujawab, sama aja aku membuka aib di depanmu, Xiu. Batin Hyun sambil meringis menahan perutnya yang sakit."Ish! Bukannya jawab," keluh Xiu yang merasa diabaikan."Perutku masih sakit, Xiu.""Waduh, ya sudah. Biar aku yang nanti b

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Liiu Yaoshan

    Liiu Yaoshan (24 Tahun), memiliki paras tampan seperti sang ayah, mempunyai bola mata hitam pekat, pandangannya tajam bak elang. Dia mempunyai tinggi badan 180 CM dengan berat 70 kilo gram dan berambut panjang sebahu. Lii tumbuh di keluarga broken home. Orang tuanya bercerai ketika dia bersekolah di sekolah menengah pertama. Diusia itu, seorang anak laki-laki sangat membutuhkan sosok ayah yang akan menjadi panutannya, tetapi tidak dengan Lii, dia kehilangan sosok ayah di usia itu.Lii hidup bersama ibunya yang bernama Li Wei (44 Tahun), wanita cantik berkulit putih, berambut currly. Namun, dia terlalu berambisi dengan bisnisnya. Li Wei sangat mencintai bisnisnya, hal itu membuatnya lupa pada kewajiban pertamanya sebagai seorang istri yang harusnya melayani suaminya. Hal ini lah yang memicu keretakan rumah tangga mereka, hingga perceraian pun terjadi.Zhang Junda (46 Tahun), ayah dari Liiu. Seorang yang mempunyai perusahaan besar seperti mantan istrinya, Li We

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xiu Juan

    "Hyun!" teriak Xiu Juan.Xiu Juan (19 Tahun), seorang perempuan dari keluarga biasa cenderung miskin. Dia anak dari seorang janda bernama Xia Lian yang bekerja disalah satu toko kelontongan yang cukup besar di kota itu. Xiu seorang mahasiswa disalah satu kampus terfavorit di sana. Gadis yang mempunyai paras cantik sesuai dengan namanya Xiu Juan, yang berarti keanggunan dan kecantikan.Xiu hanya tinggal berdua bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal lima tahun lalu ketika gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya, Xiu ingin bekerja seperti Hyun, sahabatnya. Tetapi Xia tidak memperbolehkannya, wanita itu menginginkan putrinya untuk meneruskan kuliah agar bisa mengubah nasib kehidupan mereka."Xiu? Ada apa?" tanya Hyun yang berada di motor."Aku nebeng ke kampus, ya?" pinta Xiu tanpa berbasa-basi."Oh, iya sudah. Naiklah!"Xiu menaiki jok motor di belakang H

Bab terbaru

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Diner

    Tidak ada jawaban dari Hyun, lelaki itu terdengar muntah-muntah dari dalam toilet. Xiu menjadi bingung dengan keadaan sahabatnya yang tiba-tiba saja seperti orang yang telah minum racun.Xiu menunggu dengan gelisah di depan pintu, Hyun masih tidak dapat menghentikan muntahnya. Bukan jijik, hanya saja Hyun membayangkan bibir lelaki yang ada pada roti bakar yang telah dia makan. Hyun pun keluar dari toilet dengan sedikit terhuyung lemas. Tangan yang masih memegang perut menjadikan Xiu menjadi khawatir."Kamu kenapa sih, Hyun?" tanya Xiu dengan ekspresi wajah panik.Kalau kujawab, sama aja aku membuka aib di depanmu, Xiu. Batin Hyun sambil meringis menahan perutnya yang sakit."Ish! Bukannya jawab," keluh Xiu yang merasa diabaikan."Perutku masih sakit, Xiu.""Waduh, ya sudah. Biar aku yang nanti b

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Gara-Gara Roti Bakar

    Setelah selesai dari kampus, Xiu bergegas kembali ke tempat kerjanya. Untung saja bukan jam pulang kantor atau sekolah, jadi semuanya lancar. Bahkan hanya dalam beberapa menit, gadis itu sudah kembali sampai di kantor Lii.Berjalan dalam halaman kantor yang sangat luas membuat Xiu cukup kelelahan, terlebih dari tadi pagi dia hanya makan satu porsi kecil nasi dan telur dadar. Langkah kakinya mulai sedikit gemetar menahan perut yang lapar."Kamu kenapa, Xiu?" tanya Hyun."Lapar," lirihnya sambil tersenyum, pipi tirus itu memerah ketika mengutarakan apa yang dia rasa."Aku buatkan roti bakar, mau? Soalnya makan siangku udah habis," papar Hyun, dia berdiri dari kursi tempat duduknya."Boleh, aku bantu, ya?" Xiu mendekat."Tidak usah." Hyun mendorong pelan pundak Xiu agar gadis itu tetap duduk di

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Hari Pertama Kerja

    "Astaga! Aku kesiangan," ujar Xiu yang baru saja membuka mata.Dia bergegas menyibakkan selimut yang menutupi hangat tubuhnya, gadis itu segera ke kamar mandi dan bergegas berganti baju. Dia mulai memasukkan buku-buku ke ransel miliknya. Untung saja, sarapan pagi telah siap."Xiu, mau ke mana? Bukankah jam kuliahmu itu nanti siang?" tanya Lian heran."Xiu mulai masuk kerja sekarang, Ma. Maaf, Xiu tidak dapat menemani Mama sarapan." Gadis ini mengambil nasi dan telur dadar ke dalam wadah kecil berwarna violet yang tertutup rapat."Xiu berangkat ya, Mam?" Xiu mencium tangan ibunya kemudian mendaratkan kecupan manis di pipi Lian.Lian hanya menggeleng kemudian tersenyum melihat kelakuan putrinya yang membawa bekal cukup banyak dalam tasnya. Tidak lupa, botol minumnya pun tak luput dia bawa.

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Tuan Muda Menyebalkan!

    Lii menoleh, bola mata hitam itu membulat ketika melihat seorang gadis pembawa kopi."Ngapain kamu di sini?" Tatapan Lii kurang bersahabat, terkesan dingin."Em, saya kerja di sini, Kak. Kakak ngapain di sini?" tanya Xiu dengan manik mata heran."Kamu tidak membaca nama yang tertera di atas meja?" Mata Lii melirik ke meja kerjanya.Sepasang mata sipit Xiu membaca nama yang ada di meja kerja Lii, "Liiu Yaoshan?" gumamnya dengan mata yang masih menatap papan yang bertuliskan namanya, "itu nama Kakak?" tanya Xiu dengan mata yang semakin menyipit.Lii tidak menjawab, tangannya terlipat di dada. Kini dia berjalan ke arah kursi lalu duduk, tetapi sepasang mata elangnya masih menatap tajam ke arah Xiu yang masih membawa cangkir kopi.Xiu pun berjalan ke arah Lii, dia meletakan perlahan cangkir kopi

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Pertemuan

    Lii terbangun dari tidur, mentari pagi yang menerobos masuk ke sela ventilasi yang membuat siluet di dinding kamar. Aroma harum kopi yang menguar dari nakas yang berwarna putih di samping tempat tidur, membuatnya ingin segera menikmati.Lii bangkit dari ranjang king size miliknya, kaki itu turun, tetapi dia masih duduk di tepi ranjang, tangannya meraih pegangan cangkir yang terasa hangat di sela jari.Lelaki itu mulai menyeruput sedikit demi sedikit kopi hitam nan kental yang tersaji pagi ini. Lii bangkit dari kasur, dia menghampiri meja kerja untuk mengambil kamera digital, karena biasanya di pagi hari dia mengambil foto mentari yang berwarna kuning keemasan, sangat indah."Ah, sial! Bukankah kameraku rusak?" Lii kesal. Karena dalam hidupnya, hanya kamera digital yang selalu menemani waktu-waktunya.Lelaki itu bergegas ke kantor setelah semua

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xia Lian

    "Maaf, Tuan. Kasih saya tempo, saya belum ada uang untuk mencicil utang-utang bulan ini. Kebutuhan saya terlalu banyak," ujar Xia Lian.Xia Lian (39 Tahun) ibu dari Xiu Juan, wanita yang sudah menjada sekitar lima tahun lalu. Dia terpaksa berhutang pada bosnya yang bernama Jingmi, pemilik toko kelontong terbesar di kota itu. Jingmi (49 Tahun) yang memiliki dua istri."Tempo lagi, tempo lagi. Kapan kamu bisa bayar, hah?" ujar Jingmi yang merasa kesal. Lelaki itu memperhatikan Lian yang mempunyai paras cantik. "Kamu ingin semuanya berakhir? Semua hutang beserta bunganya akan aku nyatakan lunas, asal--" katanya terjeda."Asal apa, Tuan?" tanya Lian."Asal kamu mau menjadi istri ketigaku," ujar Jingmi dengan senyum nakal.Ya Tuhan, aku harus bagaimana? Satu sisi aku ingin melunasi hutang itu, tapi dengan cara apa? Apa iya aku ha

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Xiu Juan

    "Hyun!" teriak Xiu Juan.Xiu Juan (19 Tahun), seorang perempuan dari keluarga biasa cenderung miskin. Dia anak dari seorang janda bernama Xia Lian yang bekerja disalah satu toko kelontongan yang cukup besar di kota itu. Xiu seorang mahasiswa disalah satu kampus terfavorit di sana. Gadis yang mempunyai paras cantik sesuai dengan namanya Xiu Juan, yang berarti keanggunan dan kecantikan.Xiu hanya tinggal berdua bersama ibunya, ayahnya sudah meninggal lima tahun lalu ketika gadis itu masih duduk di bangku sekolah menengah pertama. Awalnya, Xiu ingin bekerja seperti Hyun, sahabatnya. Tetapi Xia tidak memperbolehkannya, wanita itu menginginkan putrinya untuk meneruskan kuliah agar bisa mengubah nasib kehidupan mereka."Xiu? Ada apa?" tanya Hyun yang berada di motor."Aku nebeng ke kampus, ya?" pinta Xiu tanpa berbasa-basi."Oh, iya sudah. Naiklah!"Xiu menaiki jok motor di belakang H

  • Tuan Muda Menyebalkan!    Liiu Yaoshan

    Liiu Yaoshan (24 Tahun), memiliki paras tampan seperti sang ayah, mempunyai bola mata hitam pekat, pandangannya tajam bak elang. Dia mempunyai tinggi badan 180 CM dengan berat 70 kilo gram dan berambut panjang sebahu. Lii tumbuh di keluarga broken home. Orang tuanya bercerai ketika dia bersekolah di sekolah menengah pertama. Diusia itu, seorang anak laki-laki sangat membutuhkan sosok ayah yang akan menjadi panutannya, tetapi tidak dengan Lii, dia kehilangan sosok ayah di usia itu.Lii hidup bersama ibunya yang bernama Li Wei (44 Tahun), wanita cantik berkulit putih, berambut currly. Namun, dia terlalu berambisi dengan bisnisnya. Li Wei sangat mencintai bisnisnya, hal itu membuatnya lupa pada kewajiban pertamanya sebagai seorang istri yang harusnya melayani suaminya. Hal ini lah yang memicu keretakan rumah tangga mereka, hingga perceraian pun terjadi.Zhang Junda (46 Tahun), ayah dari Liiu. Seorang yang mempunyai perusahaan besar seperti mantan istrinya, Li We

DMCA.com Protection Status