Meskipun keluarga Emily merasa sedikit tidak senang, tetapi mereka juga harus mengakui keberuntungan Sean, menantu ini benar-benar berkah bagi Bambang. Hanya saja melihat Sean ternyata adalah seorang pengangguran, Emily tidak bisa menahan diri untuk mengatainya, "Bambang, Sean masih muda dan tidak pergi bekerja, bahkan jika dia memberikanmu 500 miliarpun, dia masih saja tidak berguna. Menurutku, anak muda seharusnya memiliki sebuah pekerjaan yang tetap dan stabil, seperti putra kami Gavin, dia bekerja di perusahaan besar seperti Champions, kelak dia akan sepenuhnya terjamin, dan tidak perlu lagi memakan uang orang tua. " "Iya, bahkan jika kamu memiliki banyak uang, jika generasi muda tidak kompeten, akhirnya juga akan hidup susah," ujar Yardan Tahalea. Gavin Tahalea juga tampaknya telah mendapatkan kembali kepercayaan dirinya, dia bersikap acuh tak acuh kepada Sean. Tidak peduli seberapa beruntungnya Sean, dia juga tidak akan bisa memenangkan hadiah utama lagi
Argan bahkan tak menghiraukan sikap cuek Sean, dia hanya tersenyum dan bahkan memberinya sebuah tas berisi hadiah kepada Sean, dan berkata dengan hormat, “Tuan Sean, aku tidak memiliki apa-apa untuk diberikan kepadamu. Aku hanya membawa kalung dengan model terbaru untuk Nyonya Sean, sebagai rasa hormat dariku, semoga Tuan dan Nyonya Sean berkenan menerimanya.” Kalung model terbaru dari Hias Emas House? Itu merupakan kalung mewah, dia bahkan memberikan kalung mewah itu untuk Sean, siapa Sean sebenarnya? Emily terkejut, dia juga sering pergi ke Hias Emas House untuk membeli perhiasan, tentu saja dia juga tahu model kalung terbaru ini. Harga kalung itu hampir menyentuh puluhan miliar! Sean mengangguk, dia tahu maksud tujuan Argan, dia mengeluarkan kalung itu, sungguh indah dan mewah, Jennie yang duduk di sebelah tampak iri melihatnya. Ini merupakan hadiah dari bos Argan untuk kakaknya, dia tentu sungkan untuk memintanya. Saat ini, perasaan Emily tidak diragu
Ini bukanlah masalah besar, dia telah menerima hadiah, sedangkan Sean tidak, bukankah ini akan membahayakan Sean? “Wah, Tuan Sean ada di sini juga,” kata Setya begitu melihat Sean, dia menyerahkan ginseng itu ke tangan Bambang, kemudian berjalan ke arah Sean. “Apa kabar Tuan Sean? Maaf sudah mengganggu,” Pria itu membungkukkan badan dan mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Sean. Sama seperti sebelumnya, Sean tidak bangkit dari duduknya, dan hanya mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Setya. Setya juga tidak tersinggung sama sekali, melainkan dia hanya tertawa dan menyerahkan tas hadiah lain kepada Sean. “Tuan Sean, orang luar biasa seperti kamu, aku tidak tahu harus memberi apa kepadamu. Hanya saja aku mendengar bahwa Nyonya Sean orang yang cantik dan berbakat, aku memilih sebuah cincin berlian Cartier untuk Nyonya Sean, saya harap Tuan Sean tidak keberatan dan bisa mewakili Nyonya Sean untuk menerima pemberian dari saya,” kata Setya dengan hormat
“Tidak mengganggu sama sekali, anggap saja seperti rumah sendiri, kepala Keluarga Wiguna bisa datang ke sini, merupakan sebuah kehormatan bagi kami,” kata Bambang tersenyum dan penuh semangat, lalu dia berbalik badan melirik ke arah Jennie. “Jennie, tambah lagi minumannya,” suruh Bambang. Melihat Bambang begitu antusias bertemu dengan Dennis, orang-orang yang ada di sana juga tidak ada yang keberatan. Lagi pula di mata Dennis, mereka bagaikan adik-adik baginya. “Bos Dennis.” “Bos Dennis.” Bos-bos dari toko-toko perhiasan menyapa Dennis, dalam hati bertanya, apakah kedatangan Dennis juga berkaitan dengan Gypsy Gold Horse Fam? Pada saat itu, Riza yang sudah mengeluarkan 50 triliun rupiah saja tidak bisa mengambil alih Gypsy Gold Horse Fam di kota Bandung dari tangan Sean, jika Keluarga Wiguna juga ingin terlibat, bisakah Sean menahan tekanan ini semua? Jika Sean tidak bisa menahan tekanan ini, dan pada akhirnya menyerahkan Gypsy Gold Horse Fa
“Seorang pria semakin berkharisma dimulai di usia 40 tahun, bos Dennis jangan terlalu merendah,” kata Sean datar sambil tersenyum. Dalam hati, Sean terus mencari maksud dan tujuan dari Dennis. Apa yang membuat kepala keluarga nomor satu ini, secara khusus datang untuk menemuinya, mungkin saja dia ingin meminta sesuatu, atau bahkan dia telah menyadari sebuah rahasia? Berpikir demikian, Sean mulai berjaga-jaga dalam hatinya, dan sangat berhati-hati. Melihat Sean dan Dennis kembali dalam keheningan, membuat semua orang yang ada di sana tambah kebingungan. Yardan Tahalea sekeluarga langsung berdiri, suasana ini terlalu aneh bagi mereka, bagaimana mungkin mereka bisa bertahan? “Bapak Bambang, rumahmu hari ini sungguh ramai, aku akan bertamu lagi di lain waktu, aku sekeluarga pamit undur,” kata Yardan Tahalea yang tak kuasa untuk duduk lebih lama lagi. Delapan bos perhiasan itu tak usah dibicarakan lagi, sekarang datang lagi seorang yang lebih hebat,
“Saudara Sean, jujur saja, aku orang yang tidak mudah salut dengan orang, sejauh ini, hanya tiga orang di kota Bandung yang membuat aku merasa salut, yaitu orangtuaku, kedua Roby dari Perusahaan Wijaya, dan yang ketiga adalah kamu,” kata Dennis sambil menatap mata Sean. “Bos Dennis bisa saja, aku hanya orang biasa,” kata Sean sambil tertawa, dan masih belum bisa menebak niat Dennis yang sebenarnya. “Saudara Sean, meskipun kamu menutupinya dengan baik, tapi waktu di acara itu sudah bisa membuat aku menebak siapa identitasmu,” kata Dennis. Raut wajah Sean berubah, dia menatap Dennis tanpa berkutik. Dalam hatinya dia juga merasa waktu itu terlalu berlebihan dan sedikit ceroboh. Setelah dipikir-pikir, di kota Bandung ini siapa yang bisa membawa uang cash begitu banyak untuk judi Gold Horse? Dan selain itu, jika bukan karena melihatnya dengan pandangan distorsi, tentu saja bisa menebaknya dengan mudah, bahwa dia sungguh mampu mengeluarkan uang sebesar triliunan. Ya
Sesampainya di rumah, Mega sudah pulang dari kantor dan sekaligus menjemput Andin. Melihat Mega tengah memasak di dapur, Sean segera menghampiri ke dapur untuk membantunya. Saat melihat Sean yang sudah kembali, Mega hanya meliriknya sekilas, kemudian memalingkan wajahnya ke masakannya. Beberapa hari ini Mega masih marah terhadap Sean, sikapnya masih acuh tak acuh kepadanya. Karena beberapa hari yang lalu, Mega bertanya kepada Sean, seberapa banyak hal lagi yang disembunyikan Sean darinya, tapi Sean tidak memberitahunya, melainkan mengatakan jika bukan waktu yang tepat untuk memberitahunya. Menjadi seorang istri, melihat Sean yang tidak terbuka kepadanya, membuat Mega sangat sedih, dan bahkan sudah dua hari ini mereka pisah ranjang. “Biar aku saja,” kata Sean selesai dia mencuci tangan. Tanpa berbicara, Mega mencuci tangan kemudian berjalan keluar meninggalkan dapur. Pertama, dia pasti masih marah, kedua, bakat masak Sean jauh lebih hebat darinya, dan Sean lah
Tiba-tiba ada dua gadis yang turun dari mobil Lamborghini melihat satpam yang sedang kewalahan memarkirkan mobil BMW. “Kenapa kalian membiarkan mobil jelek ini masuk dan parkir disini? Mana orangnya, apakah dia datang untuk ke pesta kakekku?" Seorang gadis marah kepada Satpam. “Maaf, Tuan Putri kedua, dia memang mengatakan kedatangannya untuk hadir di acara ini,” kata salah satu Satpam berusaha menjelaskan. Gadis ini bernama Cassie, dia adalah putri dari kakak perempuan Dennis yang bernama Rasti, sifatnya sombong, kasar dan keras kepala. Dia hanya bergaul dengan orang kaya dan membenci orang miskin. Dan dia datang bersama sahabat baiknya bernama Angelina, dia baru tiba dari Malaysia, dan Cassie baru saja menjemputnya dari bandara. Sean penasaran, lalu dia pun menjulurkan kepalanya keluar jendela, dia melihat dua gadis muda nan cantik, salah satu dari mereka postur tubuhnya tinggi dan wajahnya tampak dingin. “Apa lihat-lihat? Cepat parkir, kalau tidak kelu