“Saudara Sean, jujur saja, aku orang yang tidak mudah salut dengan orang, sejauh ini, hanya tiga orang di kota Bandung yang membuat aku merasa salut, yaitu orangtuaku, kedua Roby dari Perusahaan Wijaya, dan yang ketiga adalah kamu,” kata Dennis sambil menatap mata Sean. “Bos Dennis bisa saja, aku hanya orang biasa,” kata Sean sambil tertawa, dan masih belum bisa menebak niat Dennis yang sebenarnya. “Saudara Sean, meskipun kamu menutupinya dengan baik, tapi waktu di acara itu sudah bisa membuat aku menebak siapa identitasmu,” kata Dennis. Raut wajah Sean berubah, dia menatap Dennis tanpa berkutik. Dalam hatinya dia juga merasa waktu itu terlalu berlebihan dan sedikit ceroboh. Setelah dipikir-pikir, di kota Bandung ini siapa yang bisa membawa uang cash begitu banyak untuk judi Gold Horse? Dan selain itu, jika bukan karena melihatnya dengan pandangan distorsi, tentu saja bisa menebaknya dengan mudah, bahwa dia sungguh mampu mengeluarkan uang sebesar triliunan. Ya
Sesampainya di rumah, Mega sudah pulang dari kantor dan sekaligus menjemput Andin. Melihat Mega tengah memasak di dapur, Sean segera menghampiri ke dapur untuk membantunya. Saat melihat Sean yang sudah kembali, Mega hanya meliriknya sekilas, kemudian memalingkan wajahnya ke masakannya. Beberapa hari ini Mega masih marah terhadap Sean, sikapnya masih acuh tak acuh kepadanya. Karena beberapa hari yang lalu, Mega bertanya kepada Sean, seberapa banyak hal lagi yang disembunyikan Sean darinya, tapi Sean tidak memberitahunya, melainkan mengatakan jika bukan waktu yang tepat untuk memberitahunya. Menjadi seorang istri, melihat Sean yang tidak terbuka kepadanya, membuat Mega sangat sedih, dan bahkan sudah dua hari ini mereka pisah ranjang. “Biar aku saja,” kata Sean selesai dia mencuci tangan. Tanpa berbicara, Mega mencuci tangan kemudian berjalan keluar meninggalkan dapur. Pertama, dia pasti masih marah, kedua, bakat masak Sean jauh lebih hebat darinya, dan Sean lah
Tiba-tiba ada dua gadis yang turun dari mobil Lamborghini melihat satpam yang sedang kewalahan memarkirkan mobil BMW. “Kenapa kalian membiarkan mobil jelek ini masuk dan parkir disini? Mana orangnya, apakah dia datang untuk ke pesta kakekku?" Seorang gadis marah kepada Satpam. “Maaf, Tuan Putri kedua, dia memang mengatakan kedatangannya untuk hadir di acara ini,” kata salah satu Satpam berusaha menjelaskan. Gadis ini bernama Cassie, dia adalah putri dari kakak perempuan Dennis yang bernama Rasti, sifatnya sombong, kasar dan keras kepala. Dia hanya bergaul dengan orang kaya dan membenci orang miskin. Dan dia datang bersama sahabat baiknya bernama Angelina, dia baru tiba dari Malaysia, dan Cassie baru saja menjemputnya dari bandara. Sean penasaran, lalu dia pun menjulurkan kepalanya keluar jendela, dia melihat dua gadis muda nan cantik, salah satu dari mereka postur tubuhnya tinggi dan wajahnya tampak dingin. “Apa lihat-lihat? Cepat parkir, kalau tidak kelu
“Silahkan ke lorong sebelah kanan,” kata wanita itu dengan datar. Begitu Sean masuk, dia melihat ada tiga lorong, melihat tatapan wanita itu, dia sudah mengetahui, lorong yang dia lewati adalah bagian orang-orang biasa. Tidak salah lagi, pesta ulang tahun Lian Wiguna kali ini berbeda, mungkin karena orang yang datang terlalu banyak, maka dari itu dibagi menjadi tiga lorong. Lorong yang memberi bingkisan di bawah 1 miliar, lorong yang memberi bingkisan di atas 1 miliar sampai 2 miliar, dan lorong yang memberi bingkisan di atas harga 2 miliar, dipisahkan dengan jelas. Begitu Sean memasuki ruangan tamu, meskipun ruangan yang paling buruk, tapi juga sangat luas, dan dekorasinya juga sangat mewah, membuat orang merasa sangat nyaman. Dia mulai melihat sekeliling, lumayan banyak orang diruangan itu. Masing-masing mempunyai kalangan mereka tersendiri, ada yang berkumpul mengobrol bersama, ada yang pojokan ngobrol sambil minum teh. Yang membuat Sean sangat berkesan a
Sebenarnya keluarga Wiguna hanya melihat Sean, maka dari itu mereka mengundang Bambang sekeluarga. Bambang membawakan hadiah dengan harga yang cukup mahal, jadi mereka berada di ruangan yang berbeda dengan Sean. Tapi karena di ruangan yang mereka tempati banyak pengusaha-pengusaha besar, jadi tidak ada yang mengenali Bambang. Dan mereka tidak bisa masuk ke dalam topik pembicaraan pengusaha-pengusaha itu, yang membuat mereka tidak nyaman. Jadi, Bambang sekeluarga masuk ke ruangan tempat Sean berada. Tapi tidak disangka Natalie malah kecanduan berjudi, baru saja jadi miliarder langsung turun menjadi jutawan. Melihat ekspresi ayah mertuanya yang terlihat seperti tidak ada harapan untuk melanjutkan hidup, Sean menghela nafas, dan bersiap untuk membantu mereka memenangkan uangnya kembali. “Ibu, bangun, biar aku saja,” kata Sean sambil berjalan ke depan. “Sudah saja, tidak usah dilanjutkan,” cegat Bambang buru-buru kepada Sean. “Kakak ipar, apakah kamu jago be
Awalnya Keluarga Wiguna membangun tempat kasino ini hanya ingin memfasilitasi tamu, dan menghindari mereka dari kebosanan. Tapi sebagian mereka biasanya hanya taruhan kecil, sekitar puluhan juta saja, jarang ada yang bertaruh hingga miliaran. Benar-benar tidak bisa membayangkan, melihat taruhan yang saat ini telah menyentuh angka ratusan miliar. Mata bandar itu mulai berbinar-binar, dia sebenarnya juga seorang penjudi handal, tapi melihat Sean yang sekaligus menukar 200 miliar chip ini, membuat dia merasa, Sean sedang mengantarkan uang untuknya. “Sean, jangan terlalu gegabah,” Bambang memperingatkan. Ini merupakan psikologi penjudi, jika dia menang, dia tidak akan berhenti, dan jika kalah, akan semakin membuatnya ingin mengembalikan modalnya. Seperti Natalie contohnya, demi ingin mengembalikan uangnya, dia rela menyuruh anaknya untuk bercerai dengan suaminya. “Betul kakak ipar, sisakan uangnya, jangan semuanya di buat taruhan,” ucap Jennie turut mencemaskan Sean
Sean tersenyum datar, berdiri dari duduknya, dan bersiap meninggalkan meja judi. Hati Bambang sedang menangis, dia sangat menyesal menghadiri pesta ulang tahun Lian Wiguna. Satu keluarga, menghabiskan dana kurang lebih 300 miliar rupiah, ini benar-benar membuatnya hampir putus urat sarafnya. “Sudah lupakan, ayo, kita pulang, kita tidak perlu lagi menunggu jamuan dari Lian Wiguna,” ucap Bambang sambil menghelakan nafas yang panjang, hatinya sangat sakit. Meskipun uang yang dipakai berjudi ini mereka dapat dengan tidak sengaja, dari menang lotre, menemukan jejak dari lukisan kuno, dalam arti lain, jika semua kita dapat secara gratis, maka akan tiba waktunya untuk kehilangan. Bambang berpikir demikian, agar hatinya bisa sedikit menerima kenyataan ini semua. Cobaan yang membuatnya hampir gila tidak bisa dia terima. Jennie masih tercengang, dan mulai hari ini, keluarganya kembali lagi seperti dahulu kala, dia baru saja menikmati beberapa hari hidup menjadi orang ka
Sebelumnya Sean sudah menghabiskan 200 miliar untuk satu putaran, dan itu pun langsung kalah. Dan sekarang dia menukar lagi 200 miliar untuk chip lagi. Sungguh membuat semua orang yang ada di sana tertegun sekaligus penasaran. Apakah Sean akan membuang-buang uang dengan percuma lagi? Penjudi kelas atas sekalipun belum pernah ada yang seperti Sean. Pelayan begitu cepat menukar dan mengantarkan chip, dan seperti halnya tadi, dia kembali mengingatkan Sean untuk memeriksa saldo di ponselnya. “Apakah sama dengan yang tadi menggunakan dadu?” tanya bandar judi kepada Sean. “Iya,” jawab Sean mengangguk, sejujurnya, dari semua permainan judi, dia juga telah mempelajari tentang dadu ini. Jika kamu ingin berjudi kartu dengannya, dia tidak akan bisa. “Baiklah,” kata bandar judi itu lantang, kemudian mulai mengocok dadunya. Bang! Tabung kocok itu berhenti di atas meja, raut wajah bandar judi itu tersenyum memandang Sean, “Besar kecil, atau angka?”