“Boleh saja, jika memang kamu tidak ingin membayar, apakah kamu bisa merasa aman setelah meninggalkan tempat ini,” ancam Yuda. Bandar judi itu terkejut, dia tahu Yuda orang seperti apa, orang sekecil dia tidak akan berani untuk memprovokasi Yuda. Dia sempat ragu, dengan sangat enggan dan menggertakkan gigi, dia berkata, “Tuan Yuda, aku hanya memiliki 200 miliar, sisanya aku sudah tidak sanggup lagi!” 200 miliar ini adalah hasil menang judinya hari ini, meskipun hatinya sakit, tapi dengan ancaman Yuda, dia hanya bisa terpaksa mengeluarkan uang ini. Orang lain yang mendengarkan Yuda berkata demikian, tidak bisa berbuat apa-apa untuk bandar judi, mereka hanya bisa diam saja. “Aku di sini juga paling maksimal hanya bisa mengeluarkan 300 miliar, total 500 miliar, sisanya aku sudah tidak bisa mengeluarkan lagi,” Yuda mendorong semua chip yang dia punya di atas meja ke hadapan Sean. “Hentikan omong kosongmu, kita semua sudah dewasa, berani taruhan berani bayar. Sepuluh kali lipat,
“Sudah terima saja uangnya, itu sudah lebih dari cukup.” “Iya benar, lagi pula di sini bukanlah kasino yang sesungguhnya, kalian masih saja bertaruh begitu besar, Keluarga Wiguna pasti tidak akan mengakuinya.” “Jika aku menjadi kamu, aku akan mengambil uangnya, itu sudah lebih dari modal yang kamu keluarkan.” “Iya benar, jadi orang jangan terlalu serakah, kamu harus tahu kejahatan bermula dari keserakahan.” Melihat pengurus Keluarga Wiguna juga tengah membantu Keluarga Suryana berbicara, dan orang-orang juga mulai berbicara. Sepertinya mereka sudah mulai tidak bisa melihat siapa yang salah. “Apakah kamu sedang mengancamku?” Sean tidak menghiraukan perkataan orang-orang itu, termasuk Ridwan, dia bahkan tidak meliriknya, dan hanya menatap Faruq. Pancaran mata Faruq mulai berubah, dia tidak menyangka Sean begitu cerdik. Raut wajah Ridwan juga mulai berubah, dia bahkan sudah memperkenalkan identitas dirinya, dan dia sudah mengatakan dengan sangat jel
Apa dia mengira dirinya adalah orang yang sangat penting? Semua orang mulai menertawakan keadaan ini, sebagian besar dari mereka hanya melihat Sean berjalan masuk dari luar, bukan berasal dari ruangan yang lain. Bagaimana menjelaskannya, Sean hanya masuk di ruangan orang-orang biasa, bukan di ruangan yang khusus untuk orang-orang kaya. Sean yang tidak memiliki kekuatan latar belakang yang kuat, tapi dengan sangat berani membuat masalah di kediaman Keluarga Wiguna, bukankah pengurus Keluarga Wiguna berhak untuk mengusirnya? “Kamu bilang, aku tidak berhak menyeretmu keluar?” kata Ridwan sambil tersenyum sinis. “Menurutku kalian harus berpikir sebelum bertindak, coba saja suruh mereka. Aku tidak ingin mempermalukan Yuda, dan aku juga tidak ingin karena dia, kamu dibuang dari Keluarga Wiguna,” kata Sean datar. Semua orang menertawakan Sean, mereka mengira Sean sudah gila. Bagaimana bisa, untuk menjadi pengurus Keluarga Wiguna dan bisa bertahan di posisi ini s
Saat itu dia sengaja kalah 200 miliar di hadapan Natalie, itu hanya sekedar untuk mematahkan keinginan Natalie untuk berjudi. Berjudi bukanlah hal yang baik, 10 kali bermain belum tentu bisa menang. Jika terus membiarkan Natalie kalah dalam judinya, Sean percaya dia akan menghabiskan seluruh harta benda yang ada di keluarga Sudarsono, termasuk rumah satu-satunya mungkin akan dijual oleh Natalie.Orang yang kalah dalam judinya, tidak akan bisa berpikir jernih. Baru saja Sean hendak mengantongi ponselnya, dia kembali menerima sebuah panggilan. “Saudara Sean, apakah kamu sudah sampai? Bagaimana kalau aku menyuruh putriku untuk menjemputmu?” tanya Dennis dalam telponnya. “Oh, aku sudah sampai, aku sekarang berada di lobby ruangan hiburan,” kata Sean. “Baiklah, kamu datang ke Taman, aku akan menyuruh putriku untuk menjemput, aku sekarang sedikit sibuk,” kata Dennis. “Baiklah,” selesai berbicara Sean segera menutup telponnya, setelah menemukan arah ke Tama
Namun meskipun dia ragu, tapi dia tidak mengingatkan Ridwan, malah sebaliknya dia berharap Ridwan dan Sean memiliki konflik. Dia ingin konflik ini semakin besar, ini akan sangat menyenangkan mengganggu Dennis dan tuan Lian. Saat itu, Sean pasti menderita, dan ini adalah hasil terbaik yang dilihatnya. “Ridwan, orang yang hanya makan dan minum gratis seperti ini, aku sarankan lebih baik kamu mengusirnya keluar!" Pria itu berkata dengan arogan, "Kalau sampai terdengar oleh orang-orang, di ulang tahun tuan besar Lian ini ada orang yang datang untuk makan dan minum secara gratis, ini pasti akan memberikan dampak tidak baik untuk keluarga Wiguna," Faruq menatap Sean dengan sinis. “Oh iya Tuan Ridwan, orang seperti ini seharusnya diusir, daripada mempermalukan keluarga Wiguna,” Yuda yang mendengar ucapan Faruq, menatap Sean dengan tatapan memprovokasi. Ridwan sedikit ragu, dia merasa apa yang dikatakan Yuda masuk akal, tapi hatinya takut Sean benar-benar mengenal tuan Denn
Situasi sekarang menjadi serius. “Kamu mau buat onar disini?” Sean tersenyum dingin dan berkata, “Hari ini kalau Dennis tidak memberiku sebuah penjelasan, aku akan menghancurkan taman ini.” “Hebat sekali, beraninya kamu menghancurkan taman kami? Aku ingin melihat seberapa hebat dirimu.” Tepat saat ini, dua gadis cantik keluar, salah satu diantaranya mengendus dingin. “Nona muda kedua!” Ridwan melihat nona muda, dan menyapa dengan hormat. Sean melihat kesana, kebetulan melihat dua gadis cantik yang ditemui ketika memarkirkan mobil sebelum masuk. Kedua gadis cantik ini adalah nona muda keluarga Wiguna, Cassie dan Jenifer. “Oh ternyata kamu pecundang?” setelah melihat Sean dengan jelas, Cassie tertegun, matanya penuh dengan penghinaan. Mereka melihat sendiri Sean menyetir mobil yang jauh lebih murah diantara semua mobil yang berjejer. Dimata mereka orang yang kekayaannya tidak sebanding dengan mereka adalah pecundang. “Bocah, sudah
“Memutar balikkan fakta! Kamu yang sudah mau main tangan, apakah aku harus berdiri di sini membiarkanmu memukulku?” ucap Sean dengan datar. “Siapa aku, dan siapa kamu, mana bisa membandingkan mana yang lebih murah. Semuanya sudah jelas! Hari ini kalau tidak mematahkan tanganmu, aku tidak bermarga Wiguna!” ucap Cassie dengan jijik, sambil mengeluarkan telepon bersiap-siap memanggil orang. “Cassie, kamu tidak apa-apa kan?” tanya Jenifer khawatir sambil memapah Cassie. Cassie menggeleng, bersiap-siap menelepon. Sebagai putri kedua keluarga Wiguna, ini pertama kalinya dia dipermalukan. Hari ini kalau tidak menghabisi Sean, bagaimana mungkin dia ikhlas. “Apa yang terjadi disini?” Setelah selesai menerima telepon, Kezia keluar dan melihat banyak orang berkerumun. “Nona Kezia, pria ini tidak hanya mengancam akan menghancurkan taman. Bahkan melukai nona Cassie dan beberapa satpam, ini sudah melanggar hukum, cepat beri dia pelajaran!”ucap Ridwan mengadu
Orang hebat seperti ini, dihentikan oleh pengurus rumah di luar taman, bukankah ini mempermalukan Sean? “Hah?” Ridwan bergidik, dan pada saat ini, dia baru sadar. Orang yang dianggap sampah dan Ridwan sudah menyiapkan kata-kata penghinaan, ternyata benar-benar orang hebat yang diundang tuan Lian. Lalu dia memandang Riza dan Faruq dengan tatapan tidak senang. Kalau bukan kedua orang ini yang mendesaknya, bagaimana mungkin dia menyinggung Sean? “Kak Kezia, apa yang sedang kamu lakukan, cepat bantu aku balas dendam, betisku masih sakit,” ucap Cassie bingung. “Cassie, jangan kasar, tuan Sean adalah orang yang akan kita sambut,” Kezia memandang Cassie dan terus mengedipkan matanya. “Hah? Apa maksudnya? Di-dia o-orang hebat yang diundang paman?!” seketika Cassie menjadi gagap karena terkejut. Tidak habis pikir, orang yang mengendarai mobil paling murah diantara yang lain, ternyata orang hebat yang sangat dihargai paman dan kakek. Dan orang seperti ini