Ini bukanlah masalah besar, dia telah menerima hadiah, sedangkan Sean tidak, bukankah ini akan membahayakan Sean? “Wah, Tuan Sean ada di sini juga,” kata Setya begitu melihat Sean, dia menyerahkan ginseng itu ke tangan Bambang, kemudian berjalan ke arah Sean. “Apa kabar Tuan Sean? Maaf sudah mengganggu,” Pria itu membungkukkan badan dan mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Sean. Sama seperti sebelumnya, Sean tidak bangkit dari duduknya, dan hanya mengulurkan tangannya untuk berjabat dengan Setya. Setya juga tidak tersinggung sama sekali, melainkan dia hanya tertawa dan menyerahkan tas hadiah lain kepada Sean. “Tuan Sean, orang luar biasa seperti kamu, aku tidak tahu harus memberi apa kepadamu. Hanya saja aku mendengar bahwa Nyonya Sean orang yang cantik dan berbakat, aku memilih sebuah cincin berlian Cartier untuk Nyonya Sean, saya harap Tuan Sean tidak keberatan dan bisa mewakili Nyonya Sean untuk menerima pemberian dari saya,” kata Setya dengan hormat
“Tidak mengganggu sama sekali, anggap saja seperti rumah sendiri, kepala Keluarga Wiguna bisa datang ke sini, merupakan sebuah kehormatan bagi kami,” kata Bambang tersenyum dan penuh semangat, lalu dia berbalik badan melirik ke arah Jennie. “Jennie, tambah lagi minumannya,” suruh Bambang. Melihat Bambang begitu antusias bertemu dengan Dennis, orang-orang yang ada di sana juga tidak ada yang keberatan. Lagi pula di mata Dennis, mereka bagaikan adik-adik baginya. “Bos Dennis.” “Bos Dennis.” Bos-bos dari toko-toko perhiasan menyapa Dennis, dalam hati bertanya, apakah kedatangan Dennis juga berkaitan dengan Gypsy Gold Horse Fam? Pada saat itu, Riza yang sudah mengeluarkan 50 triliun rupiah saja tidak bisa mengambil alih Gypsy Gold Horse Fam di kota Bandung dari tangan Sean, jika Keluarga Wiguna juga ingin terlibat, bisakah Sean menahan tekanan ini semua? Jika Sean tidak bisa menahan tekanan ini, dan pada akhirnya menyerahkan Gypsy Gold Horse Fa
“Seorang pria semakin berkharisma dimulai di usia 40 tahun, bos Dennis jangan terlalu merendah,” kata Sean datar sambil tersenyum. Dalam hati, Sean terus mencari maksud dan tujuan dari Dennis. Apa yang membuat kepala keluarga nomor satu ini, secara khusus datang untuk menemuinya, mungkin saja dia ingin meminta sesuatu, atau bahkan dia telah menyadari sebuah rahasia? Berpikir demikian, Sean mulai berjaga-jaga dalam hatinya, dan sangat berhati-hati. Melihat Sean dan Dennis kembali dalam keheningan, membuat semua orang yang ada di sana tambah kebingungan. Yardan Tahalea sekeluarga langsung berdiri, suasana ini terlalu aneh bagi mereka, bagaimana mungkin mereka bisa bertahan? “Bapak Bambang, rumahmu hari ini sungguh ramai, aku akan bertamu lagi di lain waktu, aku sekeluarga pamit undur,” kata Yardan Tahalea yang tak kuasa untuk duduk lebih lama lagi. Delapan bos perhiasan itu tak usah dibicarakan lagi, sekarang datang lagi seorang yang lebih hebat,
“Saudara Sean, jujur saja, aku orang yang tidak mudah salut dengan orang, sejauh ini, hanya tiga orang di kota Bandung yang membuat aku merasa salut, yaitu orangtuaku, kedua Roby dari Perusahaan Wijaya, dan yang ketiga adalah kamu,” kata Dennis sambil menatap mata Sean. “Bos Dennis bisa saja, aku hanya orang biasa,” kata Sean sambil tertawa, dan masih belum bisa menebak niat Dennis yang sebenarnya. “Saudara Sean, meskipun kamu menutupinya dengan baik, tapi waktu di acara itu sudah bisa membuat aku menebak siapa identitasmu,” kata Dennis. Raut wajah Sean berubah, dia menatap Dennis tanpa berkutik. Dalam hatinya dia juga merasa waktu itu terlalu berlebihan dan sedikit ceroboh. Setelah dipikir-pikir, di kota Bandung ini siapa yang bisa membawa uang cash begitu banyak untuk judi Gold Horse? Dan selain itu, jika bukan karena melihatnya dengan pandangan distorsi, tentu saja bisa menebaknya dengan mudah, bahwa dia sungguh mampu mengeluarkan uang sebesar triliunan. Ya
Sesampainya di rumah, Mega sudah pulang dari kantor dan sekaligus menjemput Andin. Melihat Mega tengah memasak di dapur, Sean segera menghampiri ke dapur untuk membantunya. Saat melihat Sean yang sudah kembali, Mega hanya meliriknya sekilas, kemudian memalingkan wajahnya ke masakannya. Beberapa hari ini Mega masih marah terhadap Sean, sikapnya masih acuh tak acuh kepadanya. Karena beberapa hari yang lalu, Mega bertanya kepada Sean, seberapa banyak hal lagi yang disembunyikan Sean darinya, tapi Sean tidak memberitahunya, melainkan mengatakan jika bukan waktu yang tepat untuk memberitahunya. Menjadi seorang istri, melihat Sean yang tidak terbuka kepadanya, membuat Mega sangat sedih, dan bahkan sudah dua hari ini mereka pisah ranjang. “Biar aku saja,” kata Sean selesai dia mencuci tangan. Tanpa berbicara, Mega mencuci tangan kemudian berjalan keluar meninggalkan dapur. Pertama, dia pasti masih marah, kedua, bakat masak Sean jauh lebih hebat darinya, dan Sean lah
Tiba-tiba ada dua gadis yang turun dari mobil Lamborghini melihat satpam yang sedang kewalahan memarkirkan mobil BMW. “Kenapa kalian membiarkan mobil jelek ini masuk dan parkir disini? Mana orangnya, apakah dia datang untuk ke pesta kakekku?" Seorang gadis marah kepada Satpam. “Maaf, Tuan Putri kedua, dia memang mengatakan kedatangannya untuk hadir di acara ini,” kata salah satu Satpam berusaha menjelaskan. Gadis ini bernama Cassie, dia adalah putri dari kakak perempuan Dennis yang bernama Rasti, sifatnya sombong, kasar dan keras kepala. Dia hanya bergaul dengan orang kaya dan membenci orang miskin. Dan dia datang bersama sahabat baiknya bernama Angelina, dia baru tiba dari Malaysia, dan Cassie baru saja menjemputnya dari bandara. Sean penasaran, lalu dia pun menjulurkan kepalanya keluar jendela, dia melihat dua gadis muda nan cantik, salah satu dari mereka postur tubuhnya tinggi dan wajahnya tampak dingin. “Apa lihat-lihat? Cepat parkir, kalau tidak kelu
“Silahkan ke lorong sebelah kanan,” kata wanita itu dengan datar. Begitu Sean masuk, dia melihat ada tiga lorong, melihat tatapan wanita itu, dia sudah mengetahui, lorong yang dia lewati adalah bagian orang-orang biasa. Tidak salah lagi, pesta ulang tahun Lian Wiguna kali ini berbeda, mungkin karena orang yang datang terlalu banyak, maka dari itu dibagi menjadi tiga lorong. Lorong yang memberi bingkisan di bawah 1 miliar, lorong yang memberi bingkisan di atas 1 miliar sampai 2 miliar, dan lorong yang memberi bingkisan di atas harga 2 miliar, dipisahkan dengan jelas. Begitu Sean memasuki ruangan tamu, meskipun ruangan yang paling buruk, tapi juga sangat luas, dan dekorasinya juga sangat mewah, membuat orang merasa sangat nyaman. Dia mulai melihat sekeliling, lumayan banyak orang diruangan itu. Masing-masing mempunyai kalangan mereka tersendiri, ada yang berkumpul mengobrol bersama, ada yang pojokan ngobrol sambil minum teh. Yang membuat Sean sangat berkesan a
Sebenarnya keluarga Wiguna hanya melihat Sean, maka dari itu mereka mengundang Bambang sekeluarga. Bambang membawakan hadiah dengan harga yang cukup mahal, jadi mereka berada di ruangan yang berbeda dengan Sean. Tapi karena di ruangan yang mereka tempati banyak pengusaha-pengusaha besar, jadi tidak ada yang mengenali Bambang. Dan mereka tidak bisa masuk ke dalam topik pembicaraan pengusaha-pengusaha itu, yang membuat mereka tidak nyaman. Jadi, Bambang sekeluarga masuk ke ruangan tempat Sean berada. Tapi tidak disangka Natalie malah kecanduan berjudi, baru saja jadi miliarder langsung turun menjadi jutawan. Melihat ekspresi ayah mertuanya yang terlihat seperti tidak ada harapan untuk melanjutkan hidup, Sean menghela nafas, dan bersiap untuk membantu mereka memenangkan uangnya kembali. “Ibu, bangun, biar aku saja,” kata Sean sambil berjalan ke depan. “Sudah saja, tidak usah dilanjutkan,” cegat Bambang buru-buru kepada Sean. “Kakak ipar, apakah kamu jago be