Share

Bab 153

Penulis: Imgnmln
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Bambang ragu selama setengah menit, lalu berkata, "Baiklah, aku akan mempercayaimu. Tapi aku berharap kamu tidak salah merasakan itu. 200 juta bukan uang yang sedikit."

"Tenang saja Ayah, bayar saja dulu," kata Sean sambil tersenyum.

"Berapa nomor rekeningmu?" tanya Bambang kepada Devindra setelah kembali.

Melihat Bambang yang ingin membelinya, semua orang terkejut.

"Bambang, apakah kamu gila? Sebuah kain seharga 200 juta, bagaimana kamu memberi penjelasan kepada istrimu nanti."

"Bambang, bagaimana caramu berpikir? Bukankah kamu biasanya tidak suka menyimpan barang seperti ini? kamu harus berpikir dengan matang."

"Dia pasti dihipnotis oleh menantunya, kalau tidak dia tidak mungkin menghabiskan 200 juta hanya untuk membeli sebuah kain."

"Seorang menantu yang menipu ayah mertuanya sendiri. Kalau aku punya menantu seperti itu, aku akan menghajarnya hingga mati."

Semua orang menasehati Bambang agar bersikap tenang dan menatap Sean dengan hina.

Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 154

    "Sepertinya ini lukisan yang dibuat oleh Van Jousen, kalau tidak salah nama lukisannya Guernsey," kata Lubis kepada mereka. Mendengar hal itu, semua orang terkejut. Kalau benar ini lukisan karya Van Jousen, maka Bambang akan sangat beruntung mendapatkan banyak uang nantinya. Orang yang paham di bidang ini pasti tahu kalau lukisan ini bernilai sekitar 100 M dan juga tidak bisa dibeli di tempat lain lagi. Bambang seketika bersemangat dan mulai menatapnya. Meskipun kemampuannya memeriksa barang antik tidak begitu mahir, namun saat ini dia juga terhipnotis akan lukisan itu. "Coba aku ingin melihatnya lagi," kata Indra sambil mengambil lukisan itu dari Lubis. Semua orang ikut gemetaran dan merasa apakah itu benar merupakan Kuno Guernsey? "Tidak salah, ini adalah lukisan Kuno Guernsey karya Van Jousen. Kalau dilelang, setidaknya lukisan ini bisa dilelang dengan harga 100M," kata Indra lalu menghadap Sendi. Sendi juga menganggukkan kepala dan berkata dengan

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 155

    "Sean, setelah uang ini kita cairkan, kita bagi dua hasilnya," kata Bambang sambil menepuk pundak Sean dengan sangat senang. Hari ini benar-benar mendapat untung yang banyak. Rejeki yang tak terduga. "Nanti saja kalau aku perlu, aku akan minta pada ayah. Sekarang simpan dulu saja," kata Sean. Dia hanya ingin membantu ayah mertuanya mendapat sedikit uang saja. Lagipula dia juga tidak membutuhkan uang itu. "Baik kalau begitu, bilang saja kalau kamu membutuhkannya. Jangan minta sama ibumu, langsung cari saja aku," kata Bambang sambil tersenyum, dia semakin suka kepada Sean sekarang. Surya yang berdiri disamping itu terlihat sangat iri, dia semakin ingin segera mendapatkan Jennie. Bambang tidak ada anak laki-laki dan hanya ada 2 anak perempuan. Sean juga tidak membutuhkan uang dari Bambang, dia benar-benar sangat iri. Meskipun Erwin dan Devindra tidak begitu puas akan kemunculan Riza, namun mereka juga tidak mengatakan apapun. Keluarga Hartanto bukanla

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 156

    "Bocah tengil, berani-beraninya kamu tidak menghiraukan aku dan Yuda. Lihat saja nanti," kata pria itu lalu pergi bersama wanita itu. "Yuda? Anak dari keluarga Suryana yang kaya itu? Kalau memang dia adalah orang itu, maka kamu harus berhati-hati anak muda," kata orang lain dengan perasaan terkejut. "Sepertinya iya, dia anak orang kaya dari keluarga Suryana yang ada di Bandung. Tidak mungkin orang lain lagi selain dia." Jennie dan Bambang sedikit terkejut dan mulai khawatir. "Sean, coba saja kamu bantu dia untuk memeriksa batunya nanti, atau kamu susul dia untuk minta maaf," kata Bambang dengan penuh kekhawatiran. "Iya kakak ipar, kita tidak boleh cari masalah dengan keluarga Suryana. Yuda juga merupakan salah satu anak orang kaya yang terkenal akan sadisnya. Kalau kamu membuat salah padanya, maka itu akan sangat menjadi masalah," kata Jennie dengan penuh kekhawatiran. "Jadi orang itu harus rendah hati, terlihat sombong bisa membuatmu sengsara," kata

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 157

    Semua orang menatap Bambang dengan penuh kasihan. "Ayah, bagaimana ini, apakah kakak ipar akan dipukul mereka hingga cacat?" kata Jennie dengan khawatir dan dia masih menginginkan bantuan dari Sean untuk membantunya mendapatkan barang antik. Ekspresi wajah Bambang sangat khawatir dengan keadaan Sean, tapi dia juga tidak bisa berbuat apa-apa. "Orang sombong seperti dia memang pantas mendapatkan hal itu," kata Devindra setelah Sean dibawa pergi oleh dua orang itu. "Yang paling buruk adalah dia tidak berakhlak dan bahkan tega menipu teman sendiri. Anggap saja hal ini sebuah pelajaran karena kesombongannya," kata Erwin dengan senyuman hina. "Bambang, bukan aku ingin menasehatimu, hanya saja menantumu itu benar-benar keterlaluan dia menyepelekan orang lain dan merasa dirinya paling hebat," kata Indra dengan tatapan yang terlihat senang. Dia sudah lama tidak senang kepada Sean. Dia tentu saja senang ketika melihat Sean mendapatkan masalah. "Profesor

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 158

    "Bagaimana mungkin Yuda bisa membiarkanmu kembali dengan selamat?" tanya Devindra dengan judes. "Aku juga tidak tahu, aku hanya membicarakan sedikit hal yang masuk akal dengannya. Mungkin dia merasa hal itu juga benar dan langsung melepaskanku tanpa menyentuh sedikitpun," kata Sean sambil tersenyum misterius. "Bagaimana mungkin, aku tahu sangat jelas akan Yuda. Bagaimana mungkin membicarakan hal yang masuk akal denganmu lalu meloloskan begitu saja. Mungkin kamu meminta maaf dan memohon kepadanya dan perilakumu terlihat tulus, jadinya dia pun melepaskanmu," kata Devindra dengan tidak percaya. Semua orang juga merasa seperti itu. Orang seperti Yuda tidak akan membicarakan hal yang masuk akal. Dia mungkin akan langsung membahas pukulan. "Baguslah kalau tidak apa-apa," kata Bambang dengan lega. Meskipun dia setuju akan perkataan Devindra, namun dia tidak mungkin membuat menantunya sendiri malu. Sean adalah pembawa rezeki bagi Bambang. "Ayo kita pulang, kita t

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 159

    "Aku berani bertaruh, dia itu pasti pergi untuk meminta maaf kepada Yuda," kata Devindra ketika melihat semua orang terkejut. "Benar, pastilah pergi untuk meminta ampun," jawab orang lain. Bambang dan Jennie juga merasa kalau Sean pergi meminta maaf. Kalau tidak, dia tidak mungkin berani pergi menghampiri Yuda. Dibawah pengawasan semua orang, Sean pun sampai di depan Yuda. Yuda menatap Sean dengan ekspresi wajah yang murung karena dia sudah tahu kalau kedua kaki dan tangan bawahannya tadi telah dipatahkan oleh Sean. Kedua bawahan itu merupakan mantan prajurit ternama dan mereka merupakan prajurit yang sudah pernah berperang pada masanya. Tapi, siapa sangka Sean yang hanya seorang diri bisa mengalahkan mereka dan hampir membuat mereka muntah darah. "Kamu masih berani menjumpaiku?" kata Yuda dengan ekspresi yang seram. PLAK! PLAK! Sean tidak berkata apapun dan langsung menampar kedua pipi Yuda. Melihat kejadian ini, semua orang langsung hening. Ti

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 160

    Yuda sedikit terkejut ternyata kejadian yang menimpa abangnya juga merupakan perbuatan Sean. Mengingat kejadian abangnya, dia pun tidak lagi berani mengganggu Sean meskipun dia merasa sangat kesal. Dia mengerti pepatah yang berkata mengalah bukan berarti kalah. Dia juga tidak berani berkata apapun saat Sean hendak pergi. Karena menurutnya kalau manusia ini menggila, mungkin dia sendiri akan ditendang hingga mandul. Namun hal ini tidak mungkin berakhir disini saja. "Kalau aku tidak membuatmu mati, aku bukan bermarga Suryana!" kata Yuda didalam hati. Setelah diancam oleh Sean, Yuda pun lemas dan membuat semua orang mengubah pandangan mereka terhadap Yuda. Apakah kamu masih merupakan generasi dari keluarga Suryana? Apalagi Devindra dan juga Surya, mereka berdua menatap Yuda dengan penuh hina. Mereka yang tadinya berharap kalau Yuda akan membalas perlakuan Sean. Namun siapa sangka Yuda langsung lemas ketika Sean beraksi. "Sial, apa dia sudah lupa marganya

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 161

    Semua orang yang mengikuti pertaruhan sudah ada di belakang masing-masing kotak. Semua membuka kotaknya dan meneliti batu yang mereka dapat untuk di tebak. Setelah beberapa menit mereka meneliti dengan sangat teliti. Sampai keadaan ruangan yang tadinya ramai dengan suara, hening seketika. "Baiklah, aku akan memulainya, 10M untuk batu yang sudah aku teliti. Boleh siapa yang mau meneliti dan bertaruh denganku?" kata seorang pria yang memiliki tinggi badan tidak lebih dari 158 cm, bisa dilihat kalau pria ini sangat suka berjudi. "Baik, aku akan bertaruh denganmu," kata salah satu pengusaha perhiasan lainnya. Yang langsung menghampiri batu tersebut dan menelitinya. Semua orang mulai penasaran akan batu apa yang ada dalam kotak si pria pendek tadi. "Jika kalian bingung dan butuh ahli batu, aku sudah menyiapkannya dengan biaya sekitar 200 juta. Tapi tidak menjamin menang ataupun kalah," kata Riza sambil mempromosikan ahli batu yang dia undang itu. Meski

Bab terbaru

  • Tuan Muda Konglomerat   Ekstra Part

    “Dian, apa kamu sedang sibuk?” Sean menelepon Jenderal Dian, suaranya terdengar dingin.[Ya, Tuan, aku baru saja mau pergi makan, apa kamu sudah makan? Kalau kamu belum makan, aku traktir kamu makan.] Jenderal Dian tertawa."Oke, aku akan mencarimu sendiri di hari lain, tapi Dian, aku punya sesuatu untuk didiskusikan denganmu, apa kamu bisa menyisihkan beberapa menit untuk mendengarkanku?" Sean juga tertawa.[Tentu saja tidak masalah, katakan saja,] jawab Jenderal Dian."Aku ingin keluarga Wijaya menghilang dari muka bumi ini!" Ucap Sean dengan dingin.Dian yang mendengar itu terkejut, dia menggertakan giginya dengan kuat. [A-ada apa, Tuan? Apa yang terjadi?]"Lakukan, aku ingin keluarga Wijaya menghilang hari ini juga!"Dian yang menyadari terjadi sesuatu antara Sean dan Riswan langsung bergegas membawa anak buahnya menuju kediaman keluarga Wijaya,***Sementara itu, malam hari di kediaman Wijaya.BRAK!"Bajingan!" Gerutu Riswan dengan kesal. "Beraninya dia memperlakukanku seperti in

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 256 - End

    "Tidak, kamu masih tidak terlalu mengenalku, aku hanya manusia biasa, aku tidak mencintai itu semua, aku hanya mencintai uang. Begini saja, melihat ketulusanmu, aku akan mengurangi sedikit uangnya menjadi 10 milyar, kita semua orang terhormat, tidak perlu membicarakan harga lagi." Sean melambaikan tangannya, tampak seperti orang yang menyukai uang. Sebenarnya dia hanya ingin memeras Riswan. Malam itu, Riswan tidak ingin pergi ke supermarket untuk melakukan sesuatu, dan setelah kejadian ini, dia merasa Riswan tidak tahan untuk tidak pergi ke supermarket untuk melakukan sesuatu. Kalau begitu, peras dia dengan keras dulu, ketika dia benar-benar membuat masalah, kemudian memerasnya lagi, atau memberikan sedikit masalah pada keluarga Wijaya-nya, lihat apa dia berani pergi ke supermarket membuat masalah di masa depan? Begitu Sean mengatakan ini, Riswan dan yang lainnya tercengang. '10 Milyar?!' Ini jelas adalah perampasan! Riswan mengeluh di dalam hatinya, mengeluh hingga hampir muntah

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 255

    Dia tidak menyangka itu Sean, meskipun dia tidak tahu identitas pasti Sean, tapi pria ini adalah dewa yang ingin diajak bersulang oleh tokoh-tokoh kuat di kota, termasuk Rendy. Dia hanya putra dari keluarga kecil, sama sekali tidak berani menghadapinya. "Sean, Tuan Muda Riswan kami sudah datang, bukankah kamu tadi berteriak ingin melihat Tuan Muda Riswan kami, kamu berani sombong? Oh iya, kami Tuan Muda Riswan adalah pewaris Keluarga Wijaya, salah satu dari empat keluarga besar," kata Beni memberikan pandangan mengejek pada Sean. Sebelumnya dipukuli oleh Sean, sekarang Riswan ada di sini, dia segera melanjutkan kembali penampilannya yang arogan dan sombong. Sean bahkan tidak menatapnya sama sekali, hanya menatap Riswan dengan datar. “Ternyata kamu,” Riswan tidak menyangka itu adalah Sean, ekspresi matanya tiba-tiba menjadi suram. Hubungannya dengan Sean sudah naik ke titik musuh sejati, dia belum pergi mencari masalah ke Sean, tapi tidak disangka Sean ter

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 254

    "Hutang mamaku padamu sudah dibayar, sekarang kita akan menghitung kompensasi untuk kerusakan mental mamaku selama periode ini. Oh iya, dan adik iparku," kata Sean sambil tersenyum mengejek. Awalnya dia hanya ingin membayar hutang Natalie, mengambil kwitansinya lalu pergi dari tempat itu. Tidak disangka, Beni ternyata masih ingin mempermainkannya, jadi dia menemani Beni untuk bersenang-senang. "Ada apa denganmu? Kompensasi kerusakan mentalnya seharusnya dia sendiri yang memintanya pada kami baru benar, kan," Beni tertawa mendengar perkataan Sean. “Kenapa? Dia mamaku, aku sebagai menantu, bukankah tidak masalah mencari kalian untuk menghitung kompensasi kerusakan mental?" Sean melotot ke arah Beni. Mamamu? Kami tidak melihat dia memperlakukanmu sebagai menantu, kalau tidak bagaimana mungkin dia meninggalkanmu sendirian, dan dengan tidak pedulinya melarikan diri. Wajah Beni menjadi sangat jelek, tapi dia masih berkata, "Kamu jangan bercanda, tadi juga

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 253

    "Lepaskan dia, berapa banyak hutangnya, aku akan membayarnya," menanggapi pengakuan bersalah Natalie, Sean tidak repot-repot menanganinya, Natalie bahkan meminjam dari lintah darat untuk mendapatkan kembali uang kalah judinya, dia sama sekali tidak percaya omong kosong Natalie. Di masa lalu, dia melihat dengan matanya sendiri, ada orang yang demi berhenti berjudi, dia bahkan memotong jari kelingkingnya. Tapi tidak lama kemudian, orang itu menginjakkan kaki di kasino dan kehilangan celana dalam. "2 miliar dengan tambahan bunga 15%," Natalie dengan tergesa-gesa berkata. Sean menatap tajam ke arah Beni, dan Beni dan yang lainnya pun menatap serius wajah Sean, kemudian Beni mengangguk, berkata, "Benar, total semuanya jadi 2,3 miliar, jika kamu dapat membayar kembali uang itu, aku akan segera melepaskannya." "Berikan aku nomor rekening," kata Sean sambil menatap handphone yang dia keluarkan. Beni tertegun, kemudian tertawa, langsung memberikan nomor rekeningny

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 252

    Jennie juga merupakan wanita cantik di sekolahnya. Sejujurnya, Beni yang sudah hidup lebih dari 30 tahun dan melihat banyak wanita, tapi dia belum pernah melihat wanita cantik seperti Jennie. Alasan Beni meminjamkan uang sebanyak 2 miliar kepada Natalie itu karena dia sudah melihat foto Jennie sebelumnya. Biasanya, tidak banyak orang yang bisa dengan tepat waktu melunasi pinjaman rentenir, apalagi pinjaman dengan bunga berganda semacam ini. Jika melihat Jennie orangnya langsung hari ini, dia bahkan lebih cantik dari foto, Beni langsung tertarik. “Benar, dia putriku Jennie, Jennie, cepat kesini dan temui Kak Beni,” Natalie dengan hati-hati tersenyum dan berbicara, Beni bisa memberikan toleransi beberapa hari, membuatnya sedikit terkejut, dan tidak berpikir hal lainnya sama sekali. “Halo, Kak Beni,” Jennie dengan sedikit takutnya menyapa Beni. "Jennie cantik, sini duduk, tolong cepat tuangkan teh," Beni menyuruh pria berotot untuk menyiapkan teh. Si pria be

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 251

    Keesokan harinya Mega bangun pagi-pagi dan tidak mengatakan sepatah kata pun kepada Sean, bisa dilihat bahwa dia masih sangat marah. Sepertinya itu bukan hanya marah biasa, itu sangat menyedihkan. Sudah hampir sepuluh tahun menikah, Mega dibohongi, jika wanita yang lain, tidak mungkin hanya marah semudah itu. Mega terjaga, dan Sean juga sudah bangun. Dia diam-diam menatap Mega yang sedih yang tidak berbicara dengannya, hatinya merasa sedikit terguncang, dan bahkan dia hampir ingin menceritakan yang sebenarnya padanya. Setelah Mega keluar, Sean juga bangun untuk mandi. Lalu dia pergi ke dapur untuk membuat sarapan untuk Andin. Setelah mengantarkan Andin ke sekolah, dia berencana pergi ke supermarket. Meskipun tidak mungkin bagi Riza untuk mengirim seseorang ke supermarketnya untuk menimbulkan masalah, dia tahu bahwa Riswan pasti akan mengirim seseorang, dan itu masalah akhir-akhir ini. Pada saat itu, dia masih gelisah tentang Irfan, dan dia khawatir kepercayaan

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 250

    Pria muda itu mengambil kotak nasi itu tanpa sadar dan ingin mengatakan sesuatu, tetapi ternyata dia tidak bisa mengatakan apa-apa. Pagi ini dia makan beberapa roti dan memang sedikit lapar, dia diam-diam mengucapkan terima kasih kepada Andin dan Sean sebelum membuka nasi kotak. Tetapi ketika nasi kotak terbuka, dia tercengang. Dia kaget melihat puluhan juta uang tunai, lalu buru-buru menatap Sean. Tetapi pada saat itu Sean memegang tangan Andin dan berjalan di luar taman. “Semoga kehidupan kalian diberkati!” Pria muda itu bergetar, di belakang Sean dan Andin dia membungkuk, matanya sedikit basah. Akhirnya dia menyadari, bahwa saat dia menelpon keluarganya tadi, ada sepasang ayah dan anak perempuan yang melewatinya, saat itu di tidak memperhatikan, dan percakapannya pasti didengar oleh ayah dan anak perempuan itu. Untuk bantuan Sean, dia mengingat erat-erat di dalam hatinya. Dan akan benar-benar ingat penampilan mereka berdua. Uang itu sangat penting baginya.

  • Tuan Muda Konglomerat   Bab 249

    Dia juga orang yang memiliki harga diri, dia ingin dengan kemampuannya sendiri naik selangkah demi selangkah, tapi perasaan yang semua sudah diatur oleh orang lain ini membuatnya sangat tidak nyaman. “Itu, aku, aku tidak tahu apa yang dipikirkan Tuan muda Sean,” Chandra tertawa. “Lupakan saja, aku juga tidak mempersulitmu, aku akan bicara sendiri dengannya,” kata Mega dan meninggalkan kantor Chandra. Pada saat itu, saat itu dia benar-benar mengetahui identitas Sean yang sebenarnya, di hatinya tidak ada rasa terkejut dan bahagia. Yang ada hanya perasaan ditipu. Setelah meninggalkan perusahaan, Mega memarkir mobil di sisi jalan, mengeluarkan ponselnya, dan mencari nomor Sean. Dia awalnya ragu, tapi akhirnya dia tetap tidak menelepon Sean. Awalnya, dia ingin menanyakan mengapa Sean terus membohonginya, tetapi setelah memikirkannya, dia menyerah. Sean telah menipu dia. Apa gunanya bertanya lagi? Sebelum Mega kembali ke rumah, dia ditelepon Dewi, mengunda

DMCA.com Protection Status