Semua orang yang mengikuti pertaruhan sudah ada di belakang masing-masing kotak. Semua membuka kotaknya dan meneliti batu yang mereka dapat untuk di tebak. Setelah beberapa menit mereka meneliti dengan sangat teliti. Sampai keadaan ruangan yang tadinya ramai dengan suara, hening seketika. "Baiklah, aku akan memulainya, 10M untuk batu yang sudah aku teliti. Boleh siapa yang mau meneliti dan bertaruh denganku?" kata seorang pria yang memiliki tinggi badan tidak lebih dari 158 cm, bisa dilihat kalau pria ini sangat suka berjudi. "Baik, aku akan bertaruh denganmu," kata salah satu pengusaha perhiasan lainnya. Yang langsung menghampiri batu tersebut dan menelitinya. Semua orang mulai penasaran akan batu apa yang ada dalam kotak si pria pendek tadi. "Jika kalian bingung dan butuh ahli batu, aku sudah menyiapkannya dengan biaya sekitar 200 juta. Tapi tidak menjamin menang ataupun kalah," kata Riza sambil mempromosikan ahli batu yang dia undang itu. Meski
"Tuan Riza, permainanmu ini terlihat seru. Bagaimana kalau kami menantang kalian?" kata salah satu pria kepada Riza. Ini adalah pertaruhan antar kota. Semua orang menatap beberapa pengusaha itu dengan penasaran "Itu adalah Zein, seorang pimpinan di perusahaan perhiasan di Dolar Sejahtera, seorang gangster yang memiliki puluhan miliar aset. "Iya benar, aku juga pernah melihatnya. Mereka semua merupakan orang-orang yang memiliki aset milyaran, apakah untuk apa mereka datang kesini? Ada beberapa orang yang mengenal beberapa pengusaha itu dan seketika terkejut lalu berteriak. Tentu saja Riza mengenal mereka, apalagi kekuasaan keluarga Sanjaya di Dolar Sejahtera tidak kalah dengan kekuasaan keluarga Hartanto di Bandung. Ini terlihat buruk "Kenapa, kalian tidak berani?" kata Zein kepada pengusaha-pengusaha dari Bandung dengan nada yang menantang Beberapa pengusaha lain juga memasang wajah yang penuh hina. Seperti sedang berkata kalau mereka sengaja datang
Kebetulan Lubis bekerja khusus dibidang bebatuan. "Aku tidak bisa menjamin ini bisa menang. Bagaimanapun kemampuanku masih terbatas jika dibandingkan di dalam negeri," kata Lubis dengan jujur. "Profesor Lubis, kaulah yang paling berpengalaman di Bandung ini, jikalau kamu tidak membantuku, tidak ada lagi yang bisa melakukannya," kata Riza. Semua orang mulai memohon kepada Lubis. Akhirnya Lubis pun maju tanpa persiapan apapun. Bagaimanapun kedatangan pihak lawan pastilah sudah menyewa ahli bebatuan yang sudah senior. "Ini berhubungan dengan masa depan Bandung, profesor Lubis haruslah menang," kata pria pendek itu dengan serius. "Aku akan berusaha semaksimal yang aku bisa," jawab Lubis. "Jangan memberi tekanan kepada profesor Lubis, dia akan berusaha semaksimal mungkin," kata Riza kepada pria pendek itu. Semua orang mengangguk, seluruh keuntungan dan masa depan di bidang perhiasan aka bergantung pada kemenangan Lubis. " profesor Nandang, aku b
1T adalah masalah kecil, mereka bisa membayar bersama. Namun selanjutnya pasar perhiasan mereka akan terhalangi oleh keluarga Sanjaya. Dan juga mereka pasti akan merasa malu. "Tuan Riza, apakah pertandingan kedua akan dilanjutkan?" kata Zein sambil tersenyum. Beberapa pengusaha lainnya juga menatap seluruh rakyat Bandung dengan penuh ejekan. Ekspresi wajah Riza semakin buruk dan dia sangatlah emosi. Bukanlah masalah baginya jika kalah sebesar triliunan rupiah. Namun jika impor perhiasan di Bandung terhambat, maka dia akan disalahkan oleh semua rakyat Bandung dan mungkin akan berpengaruh pada kedudukannya. "Di kota ini, tidak ada yang bisa bertaruh bebatuan. Hasilnya akan tetap sama jika ditandingkan sampai kapanpun," kata Nandang. "Kemampuan bertaruh bebatuan di Bandung ternyata hanya begini saja. Mengadakan pameran sebesar ini dan aku hanya mengenal salah satu orang hebat di Bandung. Aku sedikit kecewa," kata Zein sambil tertawa. Beberapa pengusaha lainn
"Manusia tidak tahu diri, jangan so pintar. Orang idiot sepertimu tidak berhak bertanding dengan senior di bidang ini," kata Nandang sambil menatap Sean. "Cepat turun, jangan coba-coba mempermalukan kami." "Benar, siapa kamu? beraninya menantang Master Nandang?" "Benar-benar tidak tahu malu, kamu mengira dirimu sudah hebat karena keberuntunganmu?" "Cepat turun, jangan memalukan kota kita." Semua orang mulai berteriak ketika melihat Sean hanya berdiri diam di sana. Melihat semua orang yang berteriak, Devindra dan Erwin merasa sangat puas karena mereka sudah menunggu sangat lama momen ini. "Anak muda jaman sekarang semakin tidak tahu malu," kata Indra. "Mungkin lukisan itu membuatnya begitu percaya diri," lanjut Sendi. Mereka berdua tidak percaya pada Sean dan merasa kalau Sean tidak bisa menjadi orang yang sukses. Dia bahkan tidak mengerti kesopanan yang sangat dasar bagi seorang senior. Lubis menghela nafas dan tidak berkata apapun lagi.
Nandang, Zein dan semua yang ada disana mulia gemetaran. 15 triliun untuk taruhan benar-benar nilai yang sangat besar. Bahkan aset keluarga Sanjaya hanya puluhan triliun di Dolar Sejahtera, itupun dengan aset tetapnya. Uang yang benar-benar dapat digunakan, hanya 6-8 triliun, jika mau lebih banyak, itu harus melakukan peminjaman dana dari bank. Bahkan jika salah satu dari keluarga besar di kota Bandung pun, tidak mampu mengeluarkan begitu banyak uang. Jangan-jangan anak ini memang benar-benar putra orang kaya di kota Bandung? Mendengar aksennya, seperti aksen orang kota Yogyakarta, jangan-jangan dia adalah putra orang kaya dari Kota Yogyakarta? Zein menatap Sean dengan sedikit ragu, tetapi tidak peduli bagaimanapun, Sean tidak terlihat seperti putra orang kaya. Sebaliknya, dia hanya terlihat seperti orang bodoh. "Lima, lima belas triliun?" Tubuh Nandang gemetaran, bahkan dia belum pernah punya uang 15 triliun. "Iya, jika kamu berani menerima tantang
"Sepertinya dia ini sedang menggunakan taktik psikologis. Dia sudah menebak kalau Zein dan yang lainnya tidak memiliki uang simpanan sebanyak itu. Dengan begitu dia membuat tekanan kepada pihak lawan. Karena aku juga berpikir keluarga besar juga belum tentu bisa mengeluarkan uang sebesar 15 triliun sekaligus, apalagi untuk taruhan," Ujar Lubis dengan menganalisisnya. "Benar, dia ini cukup berbakat. Terlihat dari caranya menghadapi masalah ini dengan tenang dan percaya diri. Hanya saja yang di sayangkan moralnya sedikit buruk," Sendi mengangguk dan setuju dengan pendapat Lubis. "Kita tunggu saja, kalau Zein dan yang lain setuju pasti dia tidak berani bertaruh lagi. Bisa saja dia langsung kabur karena malu," Ujar Indra dengan mengejeknya. Erwin dan yang lainnya juga kurang lebih memiliki pendapat yang sama seperti mereka bertiga. Setelah mendengar analisis dari ketiga master, mereka semua mengangguk, mereka merasa jika orang-orang Dolar Sejahtera menerima tantanganny
"Saat ini pasti dia sedang khawatir, bisa malu seumur hidup karena kelakuannya." "Sekarang kita lihat, bisakah dia mengeluarkan uang sebesar 3 triliun untuk taruhan. Kalau tidak bisa, orang-orang dari Dolar Sejahtera atau keluarga Hartanto, mereka pasti tidak akan melepaskannya." "Lihat saja Sean, kamu tidak mungkin pulang dengan keadaan baik-baik saja," Yuda menatap Sean, tatapan matanya penuh dengan kegembiraan di atas penderitaan orang lain. Tidak ada yang percaya bahwa Sean bisa mengeluarkan uang sebesar 3 triliun. Tetapi tiba-tiba… "Oke, tunggu sebentar. Aku sekarang akan menggesek kartuku untuk taruhan. Kalian juga keluarkan kontrak kerja sama saluran batu asli." Setelah Sean mengatakannya, dia meminta staf untuk datang dan menggesek kartunya. Melihat Sean benar-benar menggesekkan kartunya, semua orang tidak berani mempercayainya. Bagaimanapun Sean tidak terlihat seperti orang yang bisa mengeluarkan uang sebanyak itu? Saat ini, semua orang