Hanz kedatangan tamu yang cukup istimewa hari ini. Siapakah mereka?
Mark dan Gerald!Dua orang yang dulu sering membully dan menyakiti Hanz. Ada perlu apa mereka ke kantor pusat Fadeyka Energy? Apa mereka masih ingin membully?Dua orang itu dipersilakan masuk dan duduk di ruang kerja CEO Fadeyka Energy. Ya, ruangan kerja Hanz sendiri.Hanz duduk tegap dan menegakkan bahu. “Oh, teman lama. Apa kabar kalian berdua?”Bukankah dua orang ini dulunya akan menawarkan pekerjaan kepada Hanz di Oilzprom? Hanz tidak mungkin pernah lupa.“Baik, Hanz,” jawab mereka nyaris berbarengan. Mereka menatap seperti memelas. Nada bicara seperti orang belum makan seharian. Lemas. Atau mungkin mereka ada sebuah maksud.“Ada perlu apa kalian berdua? Bukannya orang tua kalian akan memasukkan kalian ke Oilzprom?” Hanz menatap tegas. Nada bicarnya juga tegas. Walaupun bisa saja Hanz ingin membalaskan dendamnya, tapi dia tidak mau, karena duaSemilir angin cukup kencang petang hari ini. Deburan ombak menyapu butiran-butiran pasir di pinggir Pantai Kuta, Bali. Sementara di langit, jingga berpendar-pendar, gumpalan awan putih yang menghiasi jagat. Sebentar lagi, temaram malam akan menyergap. Mempesona, matahari yang tenggelam di sisi barat bumi begitu memikat hati. Cahayanya membias di hamparan air laut yang bergelombang-gelombang. Sebuah pemandangan yang sulit dilupakan. Hanz melangkah pelan di pinggiran pantai. Setelan hawaii-nya berkibar-kibar disepak angin. Dipandanginya sunset yang begitu indah. Pasir-pasir halus menempel di kakinya. Sementara tangannya tak lepas menggenggam erat tangan Julya. Wanita itu pun serasa tidak ingin genggaman itu terlepas. Sesekali manik matanya menangkap wajah yang punya dagu tirus pas di sampingnya. “Ayo berenang!” pekik Avraam sembari melambai-lambaikan tangannya. Badannya sudah tenggelam separuh. Di sebelahnya ada Zahid dan empat orang lainnya.
Hanz melangkah lebar di atas air. Tiba-tiba ada seringai terbit di wajahnya. Sorot matanya tak henti mengawasi dua pria yang sedang menggoda Julya. Lalu Hanz mendorong dua tu cukup keras. “Wanita ini istri temanku,” kata Zahid pakai bahasa Indonesia yang jelas. Sengaja Zahid maju juga. Hanz mencekik leher salah satu dari mereka, namun Zahid segera melerainya. “Sabar, Hanz.” “Maaf, kami tidak tahu kalau dia pergi bersama kalian,” ucap salah satu dari mereka dengan lemah. “Kami kira dia memang sendirian,” timpal yang lainnya. Keributan kecil ini menyita perhatian orang-orang di sekitar. Belasan orang mengerumuni. Avraam berlarian mendekati. “Kenapa Hanz?” Avraam terengah-engah. Zahid langsung mencerocos. “Sabar. Hanya salah paham. Mereka berdua tidak tahu kok kalau Julya bersama kita.” Avraam meremas-remas jari-jemarinya dan siap memukul. Sementara Hanz melepaskan genggaman tangannya dari pria it
Flashback. Sekitar empat bulan lalu. Berlatar di University College London, UK. Misha sudah berumur delapan belas tahun. Meskipun tidak pernah mengikuti pendidikan formal seperti orang pada umumnya, Misha masuk pengecualian dari sistem. Dengan bermodalkan ijazah nembak, kalau di Indonesia disebut paket c, kemudian memang orangnya cerdas, dan faktor paling berpengaruh adalah dia merupakan anaknya Tuan Dmitry Fadeyka. Kali pertama Misha merasakan dunia pergaulan seperti apa karena selama delapan belas tahun dia hanya terbenam di dalam istana, hanya berinteraksi dengan ayah, kakak, guru privat, dan pekerja istana. Hanz berulang kali meminta agar Misha menempuh pendidikan di Swiss, namun wanita yang mulai beranjak dewasa itu sudah termakan isu di internet dan media sosial, bahwa UK terutama Inggris, merupakan tempat paling populer di seluruh Eropa. Maksud hati Hanz menyuruhnya di kuliah di Swiss adalah suasanya yang tenang dan nyaman. Sw
Hanz dan Julya baru saja tiba di istana. Kedatangan mereka disambut dua orang penjaga. Hanz mengerling mengawasi situasi di dalam istana. Tapi, tidak ada masalah besar yang tampak. “Tuan Hanz. Segera ke kamar Misha, Tuan,” ucap seorang pelayan istana. Hanz dan Julya melangkah cepat, naik ke lantai dua, lalu mengetuk-ngetuk pintu kamar Misha. “Misha, buka pintunya. Ini Kakak.” Tak ada jawaban. Tok! Tok! Tok! “Misha, kami ingin masuk,” timpal Julya. Tak lama berselang Tuan Dmitry menghampiri. Wajahnya berubah emosi. “Hanz, kau cari tahu pria itu. Dia sudah kurang ajar.” Hanz terbengong. Hingga saat ini dia belum tahu duduk persoalannya seperti apa. Tiba-tiba disuruh ayahnya mencari pria kurang ajar. Siapa memangnya? Perlahan isak tangis pecah dari dalam kamar. Namun, Misha masih tidak mau membuka pintu kamarnya. Di ruang keluarga yang tertutup, barulah Tuan Dmitry menceritakan semua mas
Hanz bilang pada ayahnya, percuma saja menuntut dan menghajar keluarga Nathan, sementara Misha juga akhirnya akan tetap melahirnya anak itu. Hanz berjam-jam memikirkan persoalan ini, kira-kira apa solusi terbaik yang mesti diambil. Jika melakukan tindakan buruk dengan memberi perhitungan terhadap keluarga Nathan, apa akan menyelesaikan masalah? Hanz juga memahami perasaan adiknya Misha. Memang sangat disayangkan dan disesalkan Misha jatuh ke dalam jurang yang salah, namun harus bagaimana lagi. Sekarang Hanz sebagai salah satu anggota Keluarga Fadeyka, apalagi melihat kondisi ayahnya yang sedang tidak begitu sehat, tentu harus mengambil langkah bijak. Benar-benar di luar perkiraan, Nathan merupakan anak dari Thommas Anderson, seorang pejabat di British Oil yang cukup punya peran sentral di perusahaan milik negara tersebut. Kabarnya, Britis Oil, sebagai perusahaan pemasok minyak tersbesar di UK, meliputi empat negara sekaligus, Inggris, Skotlandia, Wales, dan Irlan
Di London. Masih belum hilang kekesalan Thommas pada Nathan meskipun sepulang dari pertemuan dengan Keluarga Fadeyka fisiknya masih sempurna hingga saat ini. Sebab, dalam perkiraannya sebelum berangkat, dia akan dihajar oleh anak buah Tuan Dmitry. Meskipun demikian, Thommas tetap menanggung beban yang amat berat supaya dia dan keluarganya tetap selamat. Begitu sampai di rumah, Thommas langsung mencecar habis putranya, “Kau harus berhenti kuliah, Nathan!” Nathan tercekat. “Bagaimana bisa, Ayah? Sementara aku baru masuk kuliah.” Thommas menatapnya lurus-lurus. “Pakai apa kau menafkahi istrimu kalau kau tidak bekerja? Kau mau minta uang sama orang tua? Dari mana kau mendapatkan uang, Nathan?” Nathan tak mampu menjawab. Evelyn, mamanya Nathan, menyabarkan putranya. “Kau harus menuruti apa kata papamu, Nathan. Apa yang papa perintah, kau tidak boleh menolaknya. Lihatlah, papa sudah berjuang untuk keselamatan keluarga kita.”
Seusai disibukkan oleh acara pernikahan anaknya yang amat memalukan, Thommas langsung memutar otaknya lagi secepat mungkin, karena jika tidak, Keluarga Fadeyka akan kembali memisahkan hubungan Nathan dan Misha, lalu memberikan perhitungan pada keluarganya. Itulah ancaman dari Tuan Dmtry padanya. Sungguh membuatnya pusing. Sejak dari awal Thommas sudah mengira bahwa dia telah masuk ke dalam lubang buaya. Tak ada jalan keluar, selain bertarung untuk menyelamatkan diri. Dan cara bertarungnya adalah mengikuti aturan main dari mereka. Maka malam ini juga, meskipun dalam keadaan capek baik badan maupun pikiran, Thommas membuka lobian pertamanya. Rekan sesama direktur pun dihubunginya. “Halo Mr.Richard?” sapa Thommas sambil mengatur napasnya, suaranya agak parau. “Halo juga Mr.Thommas. Ada keperluan apa kira-kira malam-malam ini telepon?” “Bukankah posisi kita sedang tekarena belum bisa membenahi keterpurukan yang sedang melanda British Oil
Menegangkan, di kediaman Thommas sedang ada perbincangan seru antara orang tua dan anak. Thommas sangat menghargai kedewasaan dari Jimmy karena menilai berdasarkan usia, kematangan, pola pikir, dan pengalaman di militer. Jika Jimmy memberikan sebuah saran, Thommas akan mempertimbangkannya. Jimmy melipat tangan di dada, lalu berkata, “Kenapa Papa susah-susah memikirkan Nathan? Papa akhir-akhir ini kelihatannya kurang tidur karena mengurusi dia, sementara dia sekarang bersenang-senang di istananya Tuan Dmitry.” Thommas meletakkan ponselnya di atas meja ruang keluarga. “Meskipun dia buat ulah yang sangat memalukan, bagaimanapun dia tetap anak Papa dan bagian dari keluarga kita.” “Biarkanlah dia, Pa. Dia sudah besar. Jika nanti Tuan Dmitry ingin menuntut, ya sudah biar dia saja yang dihukum, biar tahu rasa. Kenapa kita satu keluarga yang repot?” Thommas mengalihkan pandangannya ke arah Jimmy. “Apa yang Papa lakukan ini juga demi kepentingan pekerj
Robert mendobrak masuk ke dalam. Tapi Julius berusaha mendorongnya keluar lagi. Julius tidak mau kalau sampai apa yang ada di dalam rumahnya diketahui oleh orang luar, apalagi mereka adalah petugas.Melihat keresahan yang di wajah Julius, maka Robert mengeluarkan senyuman kecut seraya berkata, “Aku Robert Hanssen dari FBI.”Mendengar itu, Julius tercengang dan diterpa rasa takut. “Aku tidak peduli. Pergi dari sini!” Suara Julius mulai berubah dan tampak sekali kegelisahan di wajahnya.Sungguh ini adalah musibah besar bagi Julius dan Edwin. Setelah berminggu-minggu dalam melaksanakan tugasnya, tak disangka kalau keberadaan mereka dapat terendus oleh petugas.Julius cukup kelabakan dan karena bingung mau berbuat apa, tidak ada cara lain selain dari berpura-pura tidak tahu dan sebisa mungkin untuk mengusir tiga orang ini dari sini. “Kalian tidak sopan! Sudah aku bilang kalau aku sedang tidak menerima tamu.”Julius semakin resah dan berontak.Sebaliknya, Robert tetap tenang dan malah memb
Mengejutkan, tiba-tiba siang hari ini ada tiga orang yang sudah berada di depan rumah milik Julius. Mereka berpakaian seperti orang biasa tapi jika melihat dari fisik mereka, sepertinya mereka bukanlah orang biasa. Mereka punya badan yang besar dan kekar.Setelah mengetuk beberapa saat, akhirnya pintu pun terbuka. “Ya ada apa?” sapa Julius. “Siapa kalian?”Begitu melihat tiga orang ini agak mencurigakan, Julius sedikit tersentak dan mengerutkan keningnya.Robert Hanssen memperhatikan raut wajah Julius yang mulai berubah. “Izinkan kami masuk,” kata Robert.Namun, Julius menggeleng. “Maaf untuk saat ini aku tidak sedang menerima tamu. Tadi aku tanyakan pada kalian tentang kalian siapa dan dari mana. Tapi kalian belum juga menjawab. Silakan kalian pergi.”Robert dan dua rekannya semakin curiga saat mendapat perlakuan seperti itu dari tuan rumah. Biasanya ketika ada tamu yang datang, tuan rumah akan ramah dan mempersilahkan tamunya untuk masuk, tapi anehnya Julius malah bersikap tak nya
Setelah sehari dan semalam mempelajari semua data dan juga mendengar penjelasan langsung dari Edwin, maka mulai hari ini Julius mulai melakukan publikasi di situs Wikileaks.Informasi rahasia tentang kejahatan pihak AS yang selama ini rupanya secara diam-diam memata-matai warganya sendiri akhirnya ketahuan. Sikap buruk AS yang begitu keji dan tercela pada akhirnya diketahui oleh masyarakat dunia, terutama masyakarat Amerika sendiri tentunya.Dikarenakan isu sekarang ini cepat sekali bisa viral lantaran sosial media, maka tidak butuh waktu lama untuk membuat berita tersebut trending dan menjadi bahasan utama di setiap acara. Banyak acara televisi yang memberitakan tentang berita tersebut sehingga dalam waktu beberapa jam saja bahkan hampir seluruh dunia pun mencoba membuka situs tersebut dan membaca beritanya aslinya.Dalam kurun waktu dua minggu, akhirnya semua informasi yang dirasa pantas dipublikasikan akhirnya rampung juga, semua telah tersampaikan sesuai dengan kemauan dari Edwin.
Julius menggelengkan kepala dan menyandarkan punggungnya lalu berkomentar, “Pemerintah AS memata-matai warganya sendiri? Parah! Tindakan yang mereka lakukan sudah keterlaluan.”Tidak sampai di situ. Pada akhirnya Julius pun tahu bahwa selama ini pihak pemerintah dan militer AS memang secara diam-diam melakukan spionase terhadap musuh-musuh mereka seperti Rusia dan Tiongkok. Tujuannya adalah supaya mereka tahu apa saja yang tumbuh dan berkembang di sana, terutama dalam hal militer. AS tidak mau kalau lawan-lawan mereka lebih tangguh dari pada mereka. Jika mereka dengan tega melakukannya terhadap warganya sendiri, maka tidak sulit bagi mereka untuk melakukannya terhadap Rusia, Tiongkok, dan negara-negara Timur Tengah.Julius terbelalak ketika semakin tahu betapa bobrok dan kejinya pihak AS yang secara terselubung melakukan semua kejahatan tersebut. “Edwin Joyden, pantas kau menjadi buronan. Ini adalah yang mereka takutkan rupanya. Wajar dan masuk akal.”Di sebelah Julius, Hanz dan Edwin
Begitu telah sampai di bandara di salah satu kota di Australia, perjalanan pun dilanjutkan dengan menggunakan mobil yang sudah disiapkan oleh Keluarga Fadeyka. Pihak bandara telah mendapatkan laporan bahwa akan ada utusan dari Keluarga Fadeyka yang akan tiba di bandara. Maka dari itu tidak ada hal apa pun yang bisa menghalangi keberangkatan mereka. Semua dipastikan aman jika uang sudah berbicara.Perjalanan lewat darat pun dilakukan. Dari Melbourne menuju Lorne butuh waktu beberapa jam. Julius sudah memberikan titik lokasi keberadaan dirinya pada Hanz. Lokasi tersebut masih berada dalam keramaian. Julius sengaja memilih lokasi tersebut karena dia sengaja ingin membebaskan diri dan tidak tampak seperti seorang buronan meskipun hal tersebut memang berbahaya bagi dirinya.Begitu telah sampai di lokasi, hanya tiga orang yang masuk ke dalam rumah : Hanz, Edwin, dan Avraam. Sementara para petugas lainnya berada cukup jauh dari rumah tersebut.“Selamat datang,” sambut Julius setelah membuka
Tentu saja dia adalah Hanz.“Avraam! Kenapa kau berkata seperti itu pada Edwin? Sudah aku bilang pada mu supaya berhenti mempermasalahkan ini! Aku adalah orang yang sangat berkenan mau membantu dia.”Avraam kaget saat tahu tiba-tiba Hanz sudah ada di sana. Padahal tadi setahu dia Hanz sedang tertidur. Dia cukup gugup. “Maafkan aku, Hanz.”Avraam sangat patuh dan bahka takut terhadap Hanz. Jika Hanz sudah bicara sangat serius, dia akan menurut. Hanya saja sejak kemarin dia ingin sekali rasanya membuat Hanz lantas yakin bahwa rencana yang sedang ditempuh ini sangat berisiko. Hanz sudah berulang kali diperingatkan oleh Avraam tapi Avraam bukannya tidak patuh, namun terlalu sayang pada Hanz. Dan kini sepertinya Avraam tidak bisa berkutik lagi saat dia mendapati ekspresi kemarahan yang terpampang di wajah Hanz.Ketika jarak mereka sangat dekat, Hanz memicingkan sebelah mata seraya berkata, “Kau tidak ada urusan di sini, Avraam. Tugas mu cuma mengawal dan menjaga kami. Tidak lebih dari itu.
Edwin tidak ingin merepotkan Hanz, tetapi di lain hal dia tidak mungkin mengurungkan segala rencana yang sudah hampir rampung dijalankan, dan di samping itu Han telah memaksa dirinya agar tetap pada rencana.“Aku pastikan Hanz tidak akan kenapa-kenapa,” ujar Edwin dengan kalimat yang pasti dan wajah serius. “Hanz telah menjamin keselamatan diriku. Jadi aku jauh lebih pantas menjamin juga keselamatan dirinya.”Dengan program canggih HF03, keberadaan Edwin tidak mungkin bisa terlacak oleh siapa pun, terutama oleh para petugas. Dengan begitu dia akan selalu aman dan apalagi dia mendapat pengawalan cukup ketat dari Fadeyka Army utusan dari Tuan Dmitry.Edwin menatap mata Avraam lurus-lurus seraya berkata, “Avraam, aku berjanji pada mu. Hanz tidak akan kenapa-kenapa. Jika terjadi sesuatu, aku yang akan bertanggung jawab. Aku merelakan nyawaku jika terjadi sesuatu pada Hanz. Aku adalah orang yang paling bertanggung jawab.”Lagi, Avraam membuang wajahnya dan merasa malas melihat mata Edwin.
Pada saat Hanz sedang tertidur pulas, Avraam memanggil Edwin dan menyuruhnya untuk mengobrol di belakang. “Ada apa, Avraam?” tanya Edwin bingung. Dahi Avraam berkerut dan alisnya mengernyit. Dia memberikan tatapan tajam dan lurus pas ke arah wajah Edwin sambil berkata dengan pelan tapi tegas. “Apa kau bisa menjamin keselamatan Hanz?” Kaget dilempar pertanyaan seperti itu, Edwin sedikit termundur badannya. Dia berkata dengan heran. “Apa maksud mu, Avraam?” “Apa maksudku?” Avraam menyunggingkan senyuman halus sebelah bibirnya. “Kau adalah buronan besar dan sangat berbahaya. Hingga saat ini kau masih masuk daftar kejaran FBI dan interpol. Kau penjahat besar, Edwin. Selama Hanz dan aku berada di dekat mu, kami selalu berada dalam bahaya. Apa kau tidak mengerti?” Edwin sangat mengerti bahwa dirinya memang membawa bahaya besar bagi Hanz dan lainnya. Tapi ini semata-mata bukanlah kemauan Edwin seorang, melainkan atas persetujuan Hanz juga. “Kenapa kau melibatkan Hanz dalam perkara ini
Julius tidak tahu kalau orang tersebut adalah Hanz Fadeyka. Tapi Hanz tahu tentang Julius dan bahkan bisa tahu lokasi persembunyian Julius. Tidak ada satu pun orang yang bisa melacak lokasi keberadaan pemilik situs Wikileaks kecuali Hanz.Itulah alasan kenapa Julius mau menerima kehadiran Hanz. Selain itu, Hanz pun mengatakan bahwa dia akan membawa seseorang yang mempunyai informasi besar yang bakal mencengangkan dunia, tentu saja nantinya semua akan tahu lewat situs terlarang : Wikileaks.Tidak hanya menjanjikan pada Julius untuk memberikan keamanan, Hanz juga memberikan hadiah besar berupa rahasia besar dari sebuah negara, di mana rahasia tersebut dia dapatkan dari seorang pria bernama : Edwin Joyden!Bagi Hanz sendiri, ini merupakan pengalaman emas yang amat berharga karena dia diberi kesempatan bertemu dengan dua orang hebat dan sangat mencintai kebenaran dan keadilan.Edwin merupakan pria yang sangat pintar dan berhati mulia. Dia rela mengkhianati negaranya sendiri demi membongka