akaaak done 3 bab ya hari ini. terima kasih sudah membaca ya 🤗 jangan lupa tinggalkan komentar dan gems untuk Laura sama Jake 🌹💐 sampai jumpa besok pukul 12.00-12.30 WIB dan follow 1nst4gram othor @almiftiafay buat yang suka spoiler
Ketakutan memburu Jake, memberinya kecemasan hebat yang menusuk setiap petak di dalam dadanya yang berpikir bahwa ini adalah akhir dunia jika dokter keluar dengan mengabarkan hal buruk ... hal yang paling buruk ... seperti ... kematian.Sepasang netranya menghangat saat dokter Xiao mengatakan, “Mohon maaf karena kami tidak bisa menyelamatkan satu ginjal Bu Laura karena itu memang benar-benar rusak,” ujarnya. “Tapi kondisi satu ginjal lain miliknya dalam kondisi yang baik, dan operasi berjalan dengan lancar.”Jake mematung di tempat ia berdiri, kepalanya tertunduk, diguyur ribuan liter es batu yang melunturkan semua gelisah yang mengekang sekujur tubuhnya selama Laura ada di dalam sana.Matanya terpejam dengan lega, selama lebih dari enam puluh detik yang ia lakukan hanya mengatur napasnya yang naik turun, hingga Farren mewakilinya untuk bicara pada Dokter Xiao.“Terima kasih, Dokter Xiao,” ujar Farren akhirnya. “Kami akan menunggu kabar baik lainnya dari Anda.”“Baik. Kami akan memind
“Ibuku yang melakukannya?” ulang Jake memperjelas pada Farren yang dengan cepat mengangguk.“Benar, Tuan. Nyonya Alina yang melakukannya,” jawabnya tegas. “Sebagian besar beritanya sudah berhasil diturunkan. Anda ingin aku melakukan apa?”Jake membuang napasnya dengan sedikit berat, tangannya menyapukan rambut hitamnya ke belakang. Seolah itu adalah caranya menjernihkan pikiran sebelum ia memberi keputusan pada tangan kanannya itu.“Aku yang akan mengurusnya, Ren,” jawab Jake akhirnya. “Aku akan menghubungi ibuku nanti.”“Baik.” Farren menundukkan kepalanya di hadapan Jake sebelum mengayunkan langkah kaki panjangnya untuk meninggalkan ruang rawat naratama.Menyisakan Jake serta Elsa yang masih duduk berhadapan dengan dipisahkan oleh meja.“Aku juga tahu soal skandal itu,” kata Elsa memulai kembali percakapan. “Apakah Laura juga mendengarnya, Pak Jake?”“Laura tahu semuanya, Sa,” jawabnya.“Artinya sekarang tidak ada yang Anda dan Laura rahasiakan, setidaknya ada perkembangan yang bag
“A-apa?” tanya Fidel, menelan ludahnya dengan gugup. “Sebaiknya kamu tidak lupa, Fi,” lanjut Jake sembari menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi dengan tangan yang bersedekap. “Bahwa keluarga Laura lah yang sejak awal dekat dengan keluargaku. Aku mengenal Laura jauh lebih dulu sebelum kamu tiba-tiba mengatakan pada semua orang bahwa kita memiliki hubungan. Seingatku … itu kamu katakan di depan anak-anak saat kita ada di bangku SMA,” lanjut Jake panjang. Membeberkan kenangan yang bisa ia ingat, bahwa memang seperti itulah adanya. Bahwa ia dan Laura sudah saling mengenal jauh sebelum keluarga Fidel dekat dengan keluarga Heizt. “Kalau tidak salah ingat, kamu tiba-tiba mengatakan kita dekat karena saat itu kamu sangat kesal pada Laura setelah dia memenangkan lomba ratu sekolah,” Jake menyipitkan matanya saat Fidel mulai bergerak tidak nyaman di tempat ia duduk. “Kamu kesal karena tidak memiliki pencapaian dibanding Laura yang bagus dalam segala hal. Karena tahu jika kamu dekat da
Jake tak mengatakan apapun saat ia melepas dengan kasar kedua tangan Fidel yang melingkar di pinggangnya.Ia memutar tubuhnya sehingga kali ini ia berhadapan secara langsung dengan Fidel tanpa ada meja yang memisahkan.“Kenapa kamu benar-benar tidak bisa memahami apa yang aku katakan, Fi?” tanya Jake, terdengar putus asa.Bahkan dari Farren berdiri di dekat pintu masuk pun … tuannya itu sedang menahan diri agar tak meledak karena kebebalan Fidel dan keras kepalanya yang ... mengesankan.“Aku ini pria beristri,” tegas Jake. “Berhentilah bersikap seperti ini!”“Tidak bisa,” jawab Fidel dengan cepat. “Aku tidak bisa mengizinkan siapapun mendapatkanmu, Jake.”“Apakah kamu tidak sadar bahwa yang ada di dalam dirimu itu hanyalah obsesi? Kamu hanya tidak ingin kalah dari Laura, Fidel! Itu saja.”“Ini bukan obsesi,” tepis Fidel. Mengangkat dagu kecilnya pada Jake, seolah sedang menantangnya. “Aku mencintaimu, ini bukan obsesi!” jeritnya sembari menghentakkan kakinya lebih dari satu kali, meng
Laura bergeming untuk lebih dari enam puluh detik lamanya. Pelukan Jake dan bibirnya yang baru saja bersinggungan dengan pipi Laura membuatnya membeku.Kelegaan yang besar dari cara Jake mengucap, ‘Akhirnya kamu bangun’ menghangatkan hati Laura. Seolah memang ‘kepergian’ sesaatnya telah dinantikan kembali oleh pria ini.Laura membalas pelukan Jake meski kedua tangannya terasa kaku.“Terima kasih sudah bangun,” ucap Jake sekali lagi saat ia menarik dirinya sehingga mereka bisa menemukan manik mata satu sama lain di bawah cahaya remang.“Apakah ... kamu bisa mengambilkan aku minuman?” tanya Laura lemah, dan serak. “Aku haus sekali,” lanjutnya.Jake mengangguk, “Tunggu sebentar,” jawabnya.Laura menyaksikan pria itu beranjak menjauh, mengambilkan Laura satu botol minuman dari atas nakas setelah menekan tombol panggil perawat agar mereka datang dan memeriksa keadaan Laura.Jake kembali mendekat setelah membantu Laura bangun dan mendapatkan posisinya yang lebih nyaman. Baru setelah itu mem
“Apakah kamu sudah membayangkannya?” tanya Jake mengakhiri lamunan sesaat Laura.“T-t-tidak,” jawab Laura, menggeleng, menolaknya dengan cepat. “A-apa yang h-harus a-aku bayangkan? A-aku s-saja t-tidak tahu apa maksud u-ucapanmu,” lanjutnya terbata-bata yang justru membuat Jake menunduk dengan seulas tawa.Sangat menyenangkan sekali melihat wajah gugup Laura. Ia berpikir dalam hati, mengapa ia tak menjalani pernikahan yang manis dengan Laura selama ini? Bukankah jika hal itu mereka lakukan, maka setiap saat Jake pasti melihat betapa cantiknya dia saat dilanda kegugupan?Seperti ini contohnya.“Tapi cara bicaramu yang gugup menjawab lebih banyak kalau kamu baru saja membayangkannya, Nona Eve Laura,” kata Jake sembari bangun dari duduknya.“Tidak! Jangan salah sangka!” elak Laura sekali lagi.“Untuk apa salah sangka?” tanya Jake tanpa beban, mengangkat sekilas kedua bahunya. “Tidak ada yang salah dengan yang kita lakukan, bukan?”“Itu ....” Laura berhenti bicara. Biar bagaimanapun ...
Dunia di sekitar Laura seolah sedang berhenti bekerja. Debar jantungnya membuncah kala Jake mengubah dari sekadar menyapa bibirnya kini lebih jauh dengan memagutnya.Laura yang sepasang matanya masih terbuka pada akhirnya terpejam. Ia tak ingin menolaknya, memilih agar hatinya mengambil alih.Dari meraih sehelai benang sari bunga tabebuya yang jatuh di pipi Jake, Laura bisa merasakan hangatnya sentuhan bibir pria ini. Ciuman mereka pagi hari ini rasanya jauh lebih manis daripada yang pernah mereka lakukan di belakang sana. Saat Jake menarik wajahnya, Laura menjumpai senyum manis pria itu. Bibirnya terlihat merah, mungkin sama halnya yang terjadi pada bibir Laura karena Jake menggigitnya, seolah ia sedang berusaha keras untuk mengendalikan diri.Laura berdeham, menyentuh sekilas pipinya yang panas sebelum bertanya, “Bagaimana tadi kalau ada yang melihat?”“Mau melakukannya di tempat yang tidak bisa dilihat oleh orang lain?” tanya Jake balik yang membuat Laura dengan cepat menarik tang
‘Apa dia tidak punya permintaan lain yang membuatku tidak jantungan begini?’ batin Laura, memandang Jake yang tengah menahan pinggang kecilnya agar ia tak memalingkan wajah atau menunjukkan punggung padanya. Di atas ranjang … dengan keadaan mata sayunya itu, apakah tujuan Jake meminta agar Laura menciumnya karena ia ingin mereka melakukan hal lain yang lebih daripada itu? Misalnya— “Kenapa kamu diam saja?” tanya Jake, yang untuk kesekian kalinya telah membawa Laura terjaga dari lamunannya. Laura ingin menjawabnya tetapi ia masih tidak bisa menyusun kata. Saat keheningan telah mengambil alih, bibirnya yang mengatup beku mendapat sentuhan dari Jake yang memberinya sebuah kecupan tak lebih dari dua detik. “Kecupan saja untuk malam ini,” ucap Jake sembari bangun dari posisi berbaringnya. “Akan lain cerita kalau aku melakukannya lebih dari itu, Laura,” lanjutnya kemudian beranjak turun dari tempat tidur. Laura masih terlalu terkejut untuk mengatakan apapun. Tetapi sepertinya pria i