Di musim gugur pada bulan Oktober, Zakki tampak berpakaian hitam dengan mantel tipis berwarna serupa yang dikenakan di bagian luar. Cahaya pagi menyinari sisi wajahnya. Angin pagi yang lembut meniup ujung rambutnya yang rapi sehingga membuatnya terlihat luar biasa tampan.Mungkin menyadari bahwa Annika sedang melihatnya, Zakki pun agak mendongak. Tatapannya langsung bertemu dengan istrinya.Di antara mereka, tidak ada yang mengalihkan pandangan. Zakki bahkan terlihat agak memicingkan mata, seolah-olah ingin melihatnya dengan lebih jelas .... Dia mendapati istrinya yang berdiri di antara cahaya samar dan langsung menghadap ke ke arah cahaya. Zakki dapat melihat sedikit kegembiraan di wajahnyaJakun pria itu tampak sedikit bergerak. Dia mengisap rokok dalam-dalam dengan sekuat tenaga sehingga pipinya pun terlihat cekung. Hal ini memberikan kesan maskulin yang kuat. Kemudian, dia agak mendengus, seolah-olah sedang mengejek Annika.Pada saat itu, Dania keluar dengan membawa koper dari pint
Dania tidak berani menyembunyikan hal tersebut. Dia memberi tahu Zakki dengan jujur bahwa Amelia yang mengangkat teleponnya.Zakki mengalihkan pandangannya ke Amelia. Wanita itu pasti mempunyai maksud terselubung terhadapnya. Akan tetapi, saat ini pandangan Zakki secara jelas memberitahunya bahwa dia tidak memiliki kesempatan.Artis wanita top memang berbeda. Dia terlihat sangat tenang. Amelia mengibaskan rambutnya dengan lembut, lalu menjawab sambil tersenyum lembut, "Nyonya Ruslan memintaku untuk mengingatkan Tuan Zakki agar jangan berolahraga berat karena masih demam."Benar saja, raut wajah Zakki sontak menjadi suram. Amelia mengira bahwa kerja sama di antara mereka sudah mustahil sehingga hendak pergi. Akan tetapi, Zakki malah memanggilnya. Dia tidak bernegosiasi sendiri, melainkan meminta Dania untuk menekan harga lagi sebelum pergi.Amelia mengedipkan mata karena terkejut. Sementara itu, Dania tersenyum profesional dan mulai mendiskusikan detail kerja sama. Tentu saja, dia harus
Begitu turun, di aula bunga telah disiapkan teh, kopi, dan sarapan untuk Annika.Elina sangat pandai menilai orang. Berhubung melihat Annika yang baik-baik saja, dia pun berkata dengan kesal, "Nyonya Ruslan, tolong jangan hanya memikirkan dirimu sendiri. Kamu seharusnya mengelola hubungan pernikahanmu dengan baik.""Apa kamu akan membiarkan suamimu bertindak sesuka hatinya di luar sana? Apa kamu nggak merasa identitasmu terancam setelah melihat pelakor bernama Amelia itu?" tanya Elina.Namun, Annika tidak menatap mereka. Dia duduk di depan meja rendah dan menuangkan segelas latte untuk dirinya sendiri. Setelah menikmati kopinya, dia baru berkata sambil tersenyum, "Apakah kalian datang karena masalah Amelia? Kenapa, kalian takut Nona Shilla kehilangan tempat di hati Zakki? Kalau begitu, kalian seharusnya pergi mencari Zakki, bukan mencoba memengaruhiku.""Kalau aku bisa mengelola hubungan pernikahanku dengan baik, mana mungkin Nona Shilla bisa mengambil keuntungan dari suamiku?" ucap An
Annika menatap ke arahnya. Tak lama kemudian, dia berkata sambil tersenyum tenang, "Oke! Aku akan menunggumu di ruang keluarga!"Annika bangkit dan berjalan melewati suaminya .... Tiba-tiba, Zakki meraih pergelangan tangannya, lalu perlahan menarik sosok Annika hingga mendekat dan menyentuh bahunya dengan lembut. Kulit putihnya tampak mencolok karena kekontrasan dengan kemeja abu-abu pria itu.Annika tampak mengedipkan mata dengan lembut. Zakki mungkin lupa bahwa skandal yang dibuatnya di Kota Clasata telah membuat mantan kekasihnya kesal hingga datang menemuinya. Bukankah Zakki seharusnya menghibur Shilla sekarang?Saat ini, Annika perlahan menepis tangan pria itu. Dia menyunggingkan senyuman yang anggun, lalu pergi ke atas. Punggung wanita itu terlihat sangat elegan dan indah.Annika telah kembali ke sisinya selama beberapa waktu. Sulit bagi Zakki untuk melihat jejak penderitaan yang dialaminya beberapa hari lalu. Jelas bahwa Annika dibesarkan oleh keluarga kaya. Wanita itu memiliki
Kata-kata lembut dari pria hampir selalu dapat memikat hati. Kalaupun Annika sudah kecewa dengannya, saat ini hatinya tetap tak kuasa agak tergoda oleh Zakki. Akan tetapi, dia masih sadar.Zakki berjalan ke arahnya dan menekannya perlahan. Dia mencium Annika secara lembut, tetapi hati wanita itu malah terasa makin hancur. Annika menyentuh wajah tampannya dan bertanya dengan lembut, "Kalau begitu, Zakki, apakah kamu mencintaiku?"Pria ini tidak pernah mengucapkan kata cinta karena dia memang tidak pernah mencintai siapa pun. Zakki yang hanya diam saja, sebenarnya telah mengakui hal tersebut secara tidak langsung.Annika sudah mengetahuinya sejak lama, tetapi dia masih merasa sedikit sedih sekarang. Wanita itu pun bertanya lagi, "Jadi, apakah kamu ingin mencintaiku? Apakah kamu bersedia memberikan cinta dalam hubungan pernikahan yang kamu sebut itu?"Zakki tidak berbohong padanya. Dia mengecup bibir merah istrinya sambil menjawab dengan lembut, "Nggak."Annika pun memejamkan mata secara
Usai memuaskan hasrat, Zakki melepaskan istrinya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan tubuh. Ketika keluar lagi, pria itu telah berpakaian rapi. Sementara itu, Annika tampak menyedihkan. Dia bahkan tidak memiliki kekuatan untuk bergerak sedikit pun.Zakki menatapnya sejenak. Tak lama kemudian, dia pun mendengus dingin sebelum pergi. Saat dia duduk di Bantley hitamnya, dia tidak langsung meninggalkan vila, melainkan merokok dengan tenang.Sebenarnya, Zakki juga tidak merasa senang ketika melihat Annika yang tidak nyaman. Berhubung bukan keinginan kedua belah pihak, rasanya selalu saja ada yang kurang ketika melakukan hal itu.Asap rokok berwarna abu-abu tipis tampak menyelimuti sekitarnya dan memberikan kesan samar-samar pada dirinya. Di dalam kabut tersebut, Zakki memikirkan istrinya, juga memikirkan kata-kata yang telah Annika ucapkan padanya. Wanita itu bertanya, apakah Zakki siap untuk mencintainya? Apakah dia bersedia memberikan cinta?Zakki pun mencemooh dirinya sendiri. Di
Annika menyerahkan pakaian dan barang lain kepada pembantu tersebut. Sementara itu, si pembantu yang merasa iba pun berkata, "Nyonya!"Akan tetapi, Annika malah menjawab dengan tenang, "Aku hanya melakukan pekerjaanku saja!"Dibandingkan dengan siksaan kecil yang diberikan oleh Zakki, sebenarnya ini tidak ada apa-apanya. Annika tahu bahwa Zakki juga berada di dalam mobil. Hanya saja, isi mobil hitamnya tidak terlihat dari luar. Pembantu rumah mengira bahwa hanya asisten Zakki yang datang dengan mobil perusahaan.Begitu pintu mobil tertutup, Zakki yang bersandar di kursi belakang bertanya tanpa pikir panjang, "Apa yang Nyonya katakan?"Belakangan ini, Zakki sangat emosional ketika berada di kantor. Asisten itu menjawab dengan hati-hati, "Nggak mengatakan apa-apa! Tapi, sepertinya Nyonya akan pergi."Zakki tidak bertanya lagi. Ketika mobilnya melaju, dia berpikir bahwa istrinya sepertinya sangat sibuk belakangan ini.Sebelum tengah hari, Annika pergi ke firma hukum Yoyok. Ada beberapa ke
Suasana di kantor sangat hening. Tangan Yoyok yang memakai jam tangan memegang sebuah kartu nama, di atasnya tertera nomor telepon pribadi Yoyok. Annika menerima kartu nama itu.Annika memandang Yoyok beberapa saat, lalu bertanya, "Kenapa kamu mau membantuku? Pengacara Yoyok, aku pikir kamu akan lebih membela Zakki."Yoyok tidak menjawab pertanyaan Annika. Dia bersandar di kursi sambil merokok. Sebenarnya, Yoyok juga tidak tahu alasannya. Mungkin karena waktu di rumah sakit, dia melihat luka di tangan Annika. Yoyok teringat dengan ibunya dulu.Yang berbeda adalah ibunya Yoyok hanya ingin mati sehingga dia pun meninggal, sedangkan Annika ingin hidup. Yoyok pikir, mungkin ini yang menimbulkan rasa simpatinya.....Saat pergi, Annika memegang kartu nama itu dengan erat, tangannya berkeringat. Setelah kembali ke sisi Zakki, kehidupan Annika tampak sempurna, tetapi sebenarnya dia hidup menderita. Namun, dia tidak berniat meninggalkan Zakki karena tidak berani memikirkannya. Sekarang, sepert