Alaia bertingkah manja. Dia ingin tidur bersama orang tuanya di tahun baru. Satya awalnya ingin menyetujui, tetapi dia teringat pada janji Clara sore tadi. Mana mungkin dia bersedia melewatkan kesempatan itu?Jadi, Satya mencoba untuk membujuk Alaia. Alaia pun memeluk bantal sambil berlari pergi dan bergumam, "Ayah nggak menyayangiku lagi."Satya tidak bisa menahan tawanya. Joe mengikuti Alaia keluar dan menjaganya. Pada malam tahun baru ini, dia membawa Alaia ke kamarnya dan memberinya banyak permen.....Sinar lampu di kamar utama tampak remang-remang. Clara membasahi handuk, lalu berlutut dan menyeka tubuh Satya. Tubuhnya terasa panas karena minum-minum tadi, bahkan area lehernya tampak merah.Clara menyeka leher Satya dengan lembut. Satya tak kuasa menelan ludah. Clara bertanya dengan penuh kasih sayang, "Kamu cuma minum beberapa gelas, kenapa bisa mabuk?""Karena aku senang," sahut Satya sambil menatap Clara lekat-lekat dan menggenggam tangannya. Kemudian, dia meneruskan, "Kamu ng
Di koridor rumah sakit, angin malam berembus, membuat orang merasa kedinginan. Malam ini adalah tahun baru dan orang-orang berkumpul, tetapi Vigo malah masuk UGD.Anggota Keluarga Sadali menunggu di depan. Semuanya tampak panik dan gelisah. Mereka benar-benar mencemaskan Vigo.Surya bergegas datang ke rumah sakit. Dia memapah Malik, lalu bertanya, "Penjagaan di sini sangat ketat. Gimana bisa alergi Pak Vigo kambuh? Apa ada pengawal yang lalai dalam bertugas?"Di bawah sinar lampu, wajah Malik tampak suram. Surya segera memahami sesuatu. Semua ini pasti perbuatan Satya!Tiba-tiba, ponsel Malik berdering. Malik melihat nama si penelepon, lalu menjawab dengan dingin, "Kamu akhirnya keluar dari penjara. Bukannya berkumpul dengan keluarga, malah meneleponku tengah malam begini. Ada apa?""Tentu saja untuk mengucapkan selamat tahun baru." Nada bicara Satya terdengar agak aneh. "Aku mendapat istri yang begitu baik berkat ayah mertuaku. Bukannya beberapa hari lalu kamu ingin aku memberimu bala
Selesai berbicara, Satya turun dari ranjang dan menggendong Alaia ke kloset. Kemudian, Satya menutup pintu kamar mandi dan kembali ke pinggir ranjang untuk berciuman dengan Clara. Dia berucap, "Clara, selamat tahun baru!"....Hari keempat, Vigo dipindahkan ke rumah sakit lain. Renata tidak pernah menjenguknya. Ini bukan karena Renata sibuk merawat Axel, melainkan karena sibuk bercinta dengan kekasihnya.Veren menjenguk Vigo. Dia duduk di depan ranjang sambil mengupas apel. Setelah ragu-ragu, dia berkata kepada Vigo, "Baru-baru ini, Renata jatuh cinta dengan seorang pria. Pria itu meminjam 120 miliar darinya untuk berbisnis.""Dia ceroboh sekali. Masa langsung meminjamkan uang itu begitu saja? Dengar-dengar, masih ada uang lain selain 120 miliar itu. Entah berapa totalnya kalau dijumlahkan. Tapi, dia nggak berani pakai uang Keluarga Sadali. Semua itu maharnya, seharusnya nggak tersisa banyak lagi."Ekspresi Vigo tampak datar. Ketika melihat ekspresinya itu, Veren bisa menebak bahwa put
Setelah naik ke mobil, Nella tidak melontarkan sepatah kata pun. Matanya masih berkaca-kaca. Gracia duduk di sebelahnya. Sebagai seorang wanita, dia tentu memahami perasaan Nella. Nella menyukai Vigo.Sayangnya, keduanya tidak pantas untuk bersama, apalagi Vigo sudah punya istri. Gracia menepuk bahu Nella, lalu menghibur, "Kamu masih muda, pasti ada pria yang tulus mencintaimu nanti."Nella menggeleng ringan. Ketika masih muda, mudah bagi seseorang untuk jatuh cinta. Namun, ini akan sulit untuk dilakukan seiring bertambahnya usia. Dia tidak bisa mengungkapkan perasaannya kepada Vigo. Bagaimanapun, dirinya hanya wanita simpanan.Gracia hanya bisa mengembuskan napas. Setelah mengantar Nella pulang, dia kembali ke vila untuk melapor kepada Satya. Mereka bertemu di taman dan mengobrol untuk sesaat.Menjelang sore hari, Gracia pulang ke vilanya, sedangkan Satya masuk ke ruang kerjanya. Begitu mendorong pintu, terlihat Clara memegang sepucuk surat di tangannya. Itu surat dari Jazli. Isinya s
Yuna merendahkan suaranya saat meneruskan, "Aku nggak nyangka Jazli adalah orang Pak Satya."Nada bicara Yuna dipenuhi kekaguman. Kemarin malam, dia dan Randy telah menganalisis bahwa Satya jauh lebih hebat daripada Malik. Satya masih muda, tetapi menguasai berbagai metode yang bisa membuat lawannya kewalahan.Yuna berkata, "Kamu tinggal saja dengan tenang di Kota Handa. Kalau Pak Satya butuh bantuan, suamiku pasti akan membantunya."Clara menggenggam tangan Yuna, lalu menyahut sambil tersenyum lembut, "Terima kasih. Aku jadi tenang kalau begini."Yuna menuangkan segelas teh mawar untuk Clara. Dia berujar, "Coba teh ini, bisa menenangkan diri dan bagus untuk kecantikan."Keduanya mengobrol dengan seru. Kemudian, Yuna masih punya urusan lain sehingga pergi duluan. Clara merasa teh mawar itu sangat lezat sehingga memilih untuk menghabiskannya. Tanpa diduga, Clara malah bertemu seseorang setelah Yuna pergi.Pintu ruang privat dibuka dari luar. Terlihat Malik dan Surya. Surya tersenyum sam
Malam itu, Satya mengantar Clara dan anak-anak ke Kota Handa. Aida merasa sangat enggan. Dia ikut mengantar mereka ke bandara dan menunggu sampai pesawat mereka terbang. Air matanya mengalir tanpa henti.Pukul 8.30 malam, pesawat pribadi Grup Chandra tiba di bandara Kota Handa. Di tempat parkir, tampak 4 mobil mewah sudah menunggu. Jazli dan Diana telah membuat persiapan matang untuk menyambut keluarga Satya.Segera, Satya membawa istri dan anak-anaknya keluar dari bandara. Clara menggandeng Joe, Satya menggendong Alaia. Alaia memeluk leher Satya dengan erat sambil memandang pemandangan yang asing.Saat ini, Dicky yang merupakan asisten Jazli maju untuk memberi sebuket bunga kepada Clara. Dia berkata, "Bu, selamat datang di Kota Handa."Perlakuan ini jelas jauh berbeda jika dibandingkan dengan sebelumnya. Clara menerima bunga itu. Bagaimanapun, dia tidak boleh mempermalukan suaminya.Jazli membuka pintu mobil untuk mereka. Dia terlihat berwibawa seperti biasa, tidak terlihat bahwa diri
Satya menunduk menatap Clara. Clara mengangguk. Jadi, Satya berkata, "Oke, kami akan keluar sebentar lagi."Terdengar suara langkah kaki yang menjauh. Clara melepaskan Satya, lalu merenung dan berucap, "Orang tua Pak Jazli memang di tanganmu, tapi sekarang aku di wilayah Pak Jazli. Jangan sampai merusak hubungan. Kamu harus bisa menjaga harga diri mereka."Satya mengelus wajah Clara. Dia tersenyum sambil membalas, "Aku akan menurutimu kalau soal hubungan wanita.""Kamu paling ahli berhubungan dengan wanita, 'kan? Sejak kapan jadi mau menurutiku?" ejek Clara.Karena tidak ada siapa pun di sini, Satya menyahut, "Sejak menetapkan hatiku, aku nggak pernah berhubungan dengan wanita mana pun lagi. Cuma ada kamu di hatiku. Tubuhku juga milikmu."Clara tidak ingin mendengarnya lagi. Dengan wajah memerah, dia mendesak Satya untuk turun. "Jangan buat mereka menunggu terlalu lama."Satya meraih lengan Clara, lalu berkata dengan lirih, "Clara, kalau Jazli punya niat jahat padamu, beri tahu saja ak
Mendengar ini, ekspresi Jazli terlihat agak bingung. Dia tahu alasan Diana mandul, tetapi tidak pernah mengungkitnya.Jazli memang tidak berniat melakukannya malam ini. Begitu Diana membahas tentang anak, dia menjadi makin tidak berminat. Setelah menenangkan diri, Jazli menyingkirkan tangan Diana sambil berkata, "Sudah malam, tidurlah."Diana pun merasa malu. Latar belakangnya memang kurang bagus sehingga statusnya agak rendah. Namun, dia benar-benar menginginkan anak seperti Alaia.Diana menggenggam tangan Jazli, lalu berujar dengan lirih, "Anak itu bukan anak kandung mereka. Mereka sudah punya seorang putra dan akan melahirkan lagi nanti ...."Jazli bisa menebak isi pikiran Diana. Dia meletakkan tangan di belakang kepala sendiri, lalu bertanya, "Kamu ingin mengadopsi anak itu?"Ekspresi Diana dipenuhi penantian. Namun, Jazli menolak, "Kamu juga sudah lihat mereka sangat menyayanginya seperti anak kandung. Mana mungkin mereka bersedia. Lupakan saja niatmu itu."Diana bersikeras ingin