Keesokan harinya, Clara kembali ke Kota Brata.Begitu turun dari pesawat pribadi, Clara langsung menuju Kediaman Ruslan untuk menjemput dua anaknya. Annika yang mendengar kabar baik ini pun menangis bahagia. Bersama Zakki, dia membawa anak-anak untuk berkumpul bersama di vila Satya.Di dalam vila, suasananya menjadi sepi karena tidak ada pemilik rumah. Aida sibuk beres-beres tanpa henti. Dia ingin vila itu terlihat ramai dan meriah seperti biasa ketika Satya pulang. Para pembantu juga ikut sibuk membersihkan rumah dan membeli barang-barang untuk tahun baru. Semua orang tampak sibuk.Siang itu, Zakki pergi menjemput Satya. Saat Rolls Rayce hitam memasuki vila, Clara sedang merangkai bunga di ruang tamu. Sementara itu, Alaia bersandar di sebelahnya. Ketika mendengar suara langkah kaki yang familier di pintu masuk, Alaia memanggil ayahnya dengan lembut. Kemudian, dia berlari untuk memeluk kaki Satya. Joe juga melakukan hal yang sama.Di ruang tamu, Clara sedang berdiri di sana. Dia menata
Siang itu, Satya kembali. Meskipun masih tampak rapi dengan pakaian lengkap, rambutnya sudah berantakan. Ada beberapa bercak darah kering di kemeja biru tua dalam mantel abu-abu gelapnya. Jelas bahwa dia baru saja berkelahi.Di dalam kamar, suasana terasa hangat. Clara membantunya melepas mantel. Jari-jari putih halusnya mengusap beberapa bercak di kemeja, lalu dia menatap Satya seraya bertanya, "Berantem lagi? Satya, jangan bilang padaku kamu sudah berumur 41 tahun tapi masih pergi ke Kota Handa untuk berkelahi."Satya menatapnya dengan dalam. Setelah beberapa saat, dia perlahan memeluk istrinya. Dagunya bersandar di bahu Clara dengan lembut, seperti peliharaan yang manja. Satya mengaku, "Ya! Aku memang pergi ke Kota Handa dan menghajar Jazli. Aku sudah termasuk baik. Nggak mencungkil matanya sudah menunjukkan bahwa temperamenku lebih baik dalam beberapa tahun terakhir."Clara kesal, tetapi juga merasa lucu. Wanita itu menjelaskan, "Dia nggak melakukan apa-apa."Satya menatap lebih da
Anak-anak berlarian di lantai bawah. Suara Alaia yang memanggil Joe dengan panggilan "kakak" terdengar nyaring. Satya memejamkan mata untuk menikmati momen ini sejenak, lalu menyibakkan selimutnya dan berdiri. Setelah mencuci muka sebentar, dia pun turun ke bawah.Suasana di lantai bawah sangat ramai. Aida sedang mengajari anak-anak membuat wedang ronde. Sementara di sebelah mereka, ada Clara yang sedang menulis dan melukis kaligrafi imlek di atas meja besar yang diambil entah dari mana. Dia pernah belajar seni rupa, jadi cukup andal dalam urusan kaligrafi dan lukisan. Setiap menyelesaikan satu karya, Clara meminta tukang kebun untuk menempelkannya. Saat ini, taman juga sudah berhiaskan banyak lampu kecil yang tampak indah.Satya menatap lama semua pemandangan ini. Matanya berair. Pemandangan ini terkesan familier, tapi juga terasa baru. Inilah titik awal kebahagiaan baru antara dirinya dan Clara.Aida yang menengadah menyadari keberadaan Satya. Sambil bersiap-siap memasak ronde yang s
Satya mendongak dan melihat Clara yang sedang mengamati dari teras.Saat ini, hari sudah petang dan pemandangan tampak terhalang. Sebenarnya, dia tidak bisa melihat jelas ekspresi istrinya sekarang. Namun setelah bertahun-tahun menjadi suami istri, dia bisa menebak pikiran sang istri hanya dengan melihat siluet wajahnya.Satya menatap dengan pandangan mendalam. Clara sedang cemburu karena dirinya membawa pulang seorang wanita lain. Namun, kegembiraan muncul di dalam hati Satya karena rasa cemburu ini. Senyuman pun merekah di wajah Satya, membuatnya tampak menawan. Sementara itu, Clara yang berdiri di teras tampak gusar.....Baru saja mengeluhkan majikannya kemarin, Aida langsung luluh begitu melihat orang yang dibawa majikannya adalah Nella. Terlebih lagi, Nella juga sedang mengandung. Aida segera menghangatkan tangan Nella dan menuntunnya masuk. "Ayo, jangan sampai kedinginan di luar." Nella merasa terharu. Waktu itu, dia terpaksa menjual dirinya kepada Satya demi uang berobat ibuny
Nella melewati tahun baru bersama mereka. Pukul 7 malam, Aida dan pelayan menghidangkan makanan. Ada 2 meja bulat yang besar di ruang tamu. Aida, Satya, Clara, dan anak-anak duduk bersama, sedangkan para pelayan duduk bersama.Lauk yang dihidangkan di kedua meja sama, bahkan terdapat angpau besar untuk setiap pelayan. Semua itu adalah pemberian Clara.Clara pernah berkata kepada Satya, "Para pelayan memang mendapat THR setiap tahun, tapi tahun baru adalah momen terpenting dalam setahun. Mereka sering lembur dan terlambat makan. Kita harus memperlakukan mereka dengan baik. Kalau melewati tahun baru bersama, mereka pasti akan bekerja makin giat."Setelah menikah kembali, semua urusan rumah ditangani oleh Clara. Ketika mendengarnya, Satya menyahut, "Terserah kamu saja, kamu yang membuat keputusan di rumah ini."Itu sebabnya, mereka bisa makan bersama malam ini. Para pelayan merasa sangat berterima kasih kepada Clara, apalagi mereka memang suka bekerja di rumah ini. Satu per satu menghampi
Alaia bertingkah manja. Dia ingin tidur bersama orang tuanya di tahun baru. Satya awalnya ingin menyetujui, tetapi dia teringat pada janji Clara sore tadi. Mana mungkin dia bersedia melewatkan kesempatan itu?Jadi, Satya mencoba untuk membujuk Alaia. Alaia pun memeluk bantal sambil berlari pergi dan bergumam, "Ayah nggak menyayangiku lagi."Satya tidak bisa menahan tawanya. Joe mengikuti Alaia keluar dan menjaganya. Pada malam tahun baru ini, dia membawa Alaia ke kamarnya dan memberinya banyak permen.....Sinar lampu di kamar utama tampak remang-remang. Clara membasahi handuk, lalu berlutut dan menyeka tubuh Satya. Tubuhnya terasa panas karena minum-minum tadi, bahkan area lehernya tampak merah.Clara menyeka leher Satya dengan lembut. Satya tak kuasa menelan ludah. Clara bertanya dengan penuh kasih sayang, "Kamu cuma minum beberapa gelas, kenapa bisa mabuk?""Karena aku senang," sahut Satya sambil menatap Clara lekat-lekat dan menggenggam tangannya. Kemudian, dia meneruskan, "Kamu ng
Di koridor rumah sakit, angin malam berembus, membuat orang merasa kedinginan. Malam ini adalah tahun baru dan orang-orang berkumpul, tetapi Vigo malah masuk UGD.Anggota Keluarga Sadali menunggu di depan. Semuanya tampak panik dan gelisah. Mereka benar-benar mencemaskan Vigo.Surya bergegas datang ke rumah sakit. Dia memapah Malik, lalu bertanya, "Penjagaan di sini sangat ketat. Gimana bisa alergi Pak Vigo kambuh? Apa ada pengawal yang lalai dalam bertugas?"Di bawah sinar lampu, wajah Malik tampak suram. Surya segera memahami sesuatu. Semua ini pasti perbuatan Satya!Tiba-tiba, ponsel Malik berdering. Malik melihat nama si penelepon, lalu menjawab dengan dingin, "Kamu akhirnya keluar dari penjara. Bukannya berkumpul dengan keluarga, malah meneleponku tengah malam begini. Ada apa?""Tentu saja untuk mengucapkan selamat tahun baru." Nada bicara Satya terdengar agak aneh. "Aku mendapat istri yang begitu baik berkat ayah mertuaku. Bukannya beberapa hari lalu kamu ingin aku memberimu bala
Selesai berbicara, Satya turun dari ranjang dan menggendong Alaia ke kloset. Kemudian, Satya menutup pintu kamar mandi dan kembali ke pinggir ranjang untuk berciuman dengan Clara. Dia berucap, "Clara, selamat tahun baru!"....Hari keempat, Vigo dipindahkan ke rumah sakit lain. Renata tidak pernah menjenguknya. Ini bukan karena Renata sibuk merawat Axel, melainkan karena sibuk bercinta dengan kekasihnya.Veren menjenguk Vigo. Dia duduk di depan ranjang sambil mengupas apel. Setelah ragu-ragu, dia berkata kepada Vigo, "Baru-baru ini, Renata jatuh cinta dengan seorang pria. Pria itu meminjam 120 miliar darinya untuk berbisnis.""Dia ceroboh sekali. Masa langsung meminjamkan uang itu begitu saja? Dengar-dengar, masih ada uang lain selain 120 miliar itu. Entah berapa totalnya kalau dijumlahkan. Tapi, dia nggak berani pakai uang Keluarga Sadali. Semua itu maharnya, seharusnya nggak tersisa banyak lagi."Ekspresi Vigo tampak datar. Ketika melihat ekspresinya itu, Veren bisa menebak bahwa put