Sebenarnya Satya juga sedikit ragu. Dia bahkan memikirkan kemungkinan terburuk. Jika dirinya tidak mampu bertahan, dia akan meminta maaf kepada Clara sebelum mati. Dia telah merusak kehidupan Clara yang indah.Terdengar suara langkah kaki dari belakang. Clara berjalan keluar dari dapur. Dia memandang Satya sembari berkata, "Buburnya ada di panci. Cepat makan telurnya selagi panas. Aku juga menggoreng 2 butir telur dan memasak mie. Nggak ada Aida yang menjaga kalian. Sebaiknya kamu cepat cari pembantu."Satya berbalik, lalu menyahut seraya memandang Clara, "Aku akan suruh Gracia untuk cari pembantu. Kamu sarapan dulu sebelum pergi."Clara menolak, "Aku nggak tenang tinggalkan Joe di rumah."Clara melihat ke kamar tidur dengan ekspresi enggan. Namun, dia tetap memakai jaket dan hendak pergi. Satya meraih tangan Clara dan memohon, "Kalau begitu, kita makan sama-sama hari Jumat nanti."Clara memakai sepatunya dengan pelan. Setelah beberapa saat, Clara baru menyetujui ajakan Satya.Satya me
Clara masuk ke ruang kerja. Pintu ruangan tidak ditutup. Terdengar suara barang pecah dari dalam ruangan, lalu Malik menegur, "Sekolah di luar negeri atau menikah! Kamu harus pilih salah satu sekarang!"Entah apa yang dikatakan Vigo sehingga Malik makin marah. Dia membentak, "Kamu masih merasa bangga? Keluarga Sadali telah dipermalukan olehmu! Kami sudah mencari begitu banyak guru hebat untukmu agar bisa mengajarimu menjadi orang yang bijak! Tapi, kamu malah belajar hal yang memalukan seperti ini! Beri tahu aku, kapan itu terjadi?""Sudah lama," sahut Vigo. Darah mengalir dari dahinya, tetapi dia sama sekali tidak takut. Vigo bahkan menegaskan, "Aku sudah lama menyukai Clara dan nggak pernah berhenti sampai sekarang!"Malik melempar sebuah pajangan ke arah Vigo lagi dan marah-marah, "Beraninya kamu bicara begitu! Dasar anak durhaka!"Clara mengadang tubuh Vigo sehingga dia membelakangi Malik. Bahunya dihantam pajangan itu dan dia saling bertatapan dengan Vigo. Kala ini, ekspresi Vigo t
Clara berucap dengan pelan, "Ayah, aku akan pergi ke luar negeri dalam waktu tiga hari."Malik terkejut. Veren juga tercengang, tetapi kesadarannya segera kembali. Dia meraih lengan Clara sambil berbisik, "Masalah ini nggak begitu serius. Aku akan memohon kepada Ayah lagi, oke?"Clara menggeleng dengan perlahan.Malik meletakkan tangannya di belakang punggung. Di hadapannya adalah satu rak yang berisi buku-buku. Clara menghampiri Malik yang sedang membelakanginya. Tubuhnya masih ramping, sifatnya juga masih pendiam. Dia berkata kepada Malik, "Setelah aku pergi kali ini, aku juga nggak tahu kapan akan kembali. Ayah, jaga dirimu baik-baik."Ketika datang, hati Clara tidak tenang. Ketika pergi, dia akhirnya paham. Inilah yang Malik ingin Clara lakukan. Clara harus melakukannya karena ini adalah keputusan yang terbaik untuk semuanya. Vigo tidak perlu dijodohkan. Malik juga tidak perlu khawatir sepanjang hari. Yang dibutuhkan hanyalah Clara tinggal di luar negeri dan tidak kembali.Clara sa
Di atas langit, tampaknya ada bintang jatuh. Raut wajah Satya yang dingin terlihat linglung. Alaia sedang memeluk lengan Satya di dalam pelukannya. Alaia menggigit otot Satya yang terhalangi pakaian. Anak ini memelas dengan kasihan, "Ayah, aku lapar."Satya menunduk menatap Alaia. Dia mengelus wajah Alaia sambil bertutur, "Ayo kita makan."....Di sebelahnya, ada restoran 24 jam yang menjual bubur. Pemiliknya berasal dari Kota Aruma, jadi rasa buburnya sangat autentik dan lezat.Alaia sangat menyukainya. Dia makan semangkuk kecil penuh. Setelah kenyang, dia tidur di gendongan Satya. Lantaran hatinya masih merindukan Clara, dia terus mengigau, "Ibu, Ibu."Satya menenangkan Alaia seraya melihat ke arah luar. Dia telah mencoba menghubungi Clara, tetapi ponsel Clara tidak aktif.Satya khawatir terjadi sesuatu kepada Clara, jadi dia pergi ke kediaman Keluarga Sadali saat dini hari. Namun, pelayan Keluarga Sadali bungkam dan tidak mau mengatakan apa pun. Satya meninggalkan kediaman Keluarga
"Semena-mena?" balas Malik. Dia duduk sembari memandang putra semata wayangnya. Ekspresinya tampak sedih dan muram. Dia berdiri, lalu berjalan keluar.Sesaat, Malik berkata dengan suara rendah ke arah ruang kerja, "Agus, bukankah kamu bilang aku semena-mena? Kalau begitu, ikutlah denganku untuk lihat segila apa putra kesayanganmu sekarang. Kamu harus dengar sendiri kata-kata mengejutkan yang keluar dari mulutnya!"Agus sontak terperanjat. Dia teringat dengan istrinya yang menangis sepanjang hari. Dia juga teringat ada dokter yang sering datang ke rumah. Bukan hanya dokter gizi, tetapi juga ada psikiater terkemuka di Kota Brata. Mereka mengepung Vigo, sedangkan Agus tidak boleh menemuinya.Malik membuka pintu kamar. Vigo sedang berbaring di kasur. Dia terlihat makin kurus. Ada dokter di kedua sisinya. Malik meminta dokter pergi.Kini, hanya ada tiga generasi pria Keluarga Sadali di dalam kamar. Malik berjalan ke arah kasur dengan perlahan. Dia memandang wajah Vigo dan berujar dengan eks
Satya tidak tahu bahwa Clara sudah meninggalkan Kota Brata. Hampir setiap hari, dia pergi ke restoran itu untuk duduk 2 jam. Demi menunggu Clara. Namun, Clara sudah pergi ke luar negeri. Bagaimana mungkin mereka bisa bertemu?Seiring berjalannya waktu, Satya mengira Clara telah menyesali pilihannya pada malam itu. Wanita ini tidak ingin membicarakan masa depan dengannya sehingga terus menghindar.Sebulan telah berlalu. Satya berpikir, 'Apa wanita ini tidak merindukan Alaia?' Satya berkali-kali mendatangi kediaman Keluarga Sadali. Namun, dengan statusnya yang sekarang, Satya tidak dapat menemui anggota penting Keluarga Sadali lagi.Pada akhir musim panas, kesehatan Satya makin memburuk. Annika membawanya ke rumah sakit dan memaksanya melakukan operasi serta beristirahat.Aida sudah pulang. Seperti biasa, dia merawat Satya dan Alaia. Kadang, Satya akan menanyakan lokasi Clara kepadanya. Namun, Aida sama sekali tidak tahu.Di bangsal VIP rumah sakit Keluarga Ruslan. Ini adalah hari ketiga
Lampu di jalanan berwarna-warni dan terlihat ramai. Namun, tidak ada lagi Clara ataupun Joe di kota ini. Satya berdiri sendirian dengan ekspresi suram.Tiba-tiba, Satya melihat Vigo. Vigo sedang berkencan di sebuah restoran kelas atas. Pasangan kencan butanya itu adalah seorang wanita terpelajar. Parasnya tidak terlalu cantik, tetapi auranya sungguh elegan. Kedua keluarga tampak harmonis.Satya memandang dari luar dengan tenang. Vigo memang terlihat ramah, tetapi tatapannya terlihat agak suram, tidak seperti dulu.Satya menunggu sampai Keluarga Sadali keluar. Ketika Agus dan istrinya keluar, mereka cukup terkejut melihat Satya, tetapi tidak mengatakan apa-apa. Satya menatap Vigo dan berkata, "Aku ingin menanyakan beberapa hal kepadamu."Vigo mengangguk, lalu berkata kepada orang tuanya, "Kalian tunggu di mobil saja."Dengan demikian, hanya tersisa Satya dan Vigo. Vigo menatap perban di tubuh Satya dan berucap, "Kudengar kamu baru melakukan operasi." Satya tidak ingin berbasa-basi. Dia
Alaia menancapkan lilin berangka 26. Begitu melihatnya, Satya cukup terkejut. Dia mengira Alaia akan melupakan Clara seiring berjalannya waktu, tetapi nyatanya Alaia sering bertanya tentang Clara.Hari demi hari berlalu. Pada ulang tahun Clara yang berikutnya, Satya membawa Alaia ke Kota Aruma. Tahun berikutnya lagi, Satya membeli kembali Grup Chandra dan vilanya. Satya berhasil mencapai kesuksesannya kembali hingga statusnya setara lagi dengan Keluarga Sadali.Pada tahun yang sama, istri Vigo melahirkan anak kembar. Satya membawa Alaia pulang untuk merayakan satu bulan kelahiran bayi kecil itu. Dia memberikan angpao besar kepada anak-anak Vigo.Istri Vigo juga memberikan angpao kepada Alaia. Dia berkata kepada Satya sambil tersenyum, "Jimat pelindung yang dipakai putrimu sangat indah."Tahun ini, Alaia sudah berusia 4 tahun. Dia tumbuh menjadi gadis yang cantik. Entah berapa banyak gadis kecil yang iri melihatnya digendong oleh ayahnya seperti itu.Satya menyentuh jimat pelindung itu