Tetesan air mata itu sungguh menyedihkan. Hati Satya bergetar melihatnya. Dia menggenggam bahu Clara dan memanggil namanya, "Clara."Clara sangat tenang. Dia meraba-raba sambil membaringkan badannya, lalu berucap dengan lelah, "Aku tiba-tiba nggak bisa melihat lagi. Tapi, aku sudah membuat persiapan untuk ini. Satya, jangan menyia-nyiakan usahamu lagi. Aku sudah lelah."....Clara berbaring dengan tenang, sudut matanya dibasahi air mata. Untuk sesaat, dia teringat pada pertemuan pertamanya dengan Satya.Saat itu, Satya sungguh memesona. Kini, pria ini juga masih tampan, tetapi tidak bisa membuat Clara berdebar-debar lagi. Clara tidak akan merendahkan diri untuk meminta cinta darinya.Air mata membasahi mata Clara yang hampa. Semua momen indah yang pernah mereka lewati ternyata hanyalah suatu kebohongan.Clara perlahan-lahan memejamkan matanya. Sementara itu, Satya tidak bisa menerima kenyataan seperti ini. Dia ingin Clara melakukan transplantasi hati setelah kondisinya agak membaik. Na
Clara tidak bisa melihat apa pun. Saat Satya keluar, Aida membawa Joe datang. Aida menarik tangan Joe untuk meraih tangan Clara. Dia berkata sembari menangis, "Joe, cepat panggil ibu."Clara menggenggam tangan Joe yang hangat sejenak, lalu melepaskannya dengan enggan karena Clara tahu tangannya dingin. Kondisi Clara sangat lemah. Joe sepertinya tahu Clara merasa tidak nyaman. Jadi, Joe berucap, "Bu ... Bu tidur."Aida menyeka air matanya dan berujar, "Nyonya, Tuan Muda Joe panggil kamu. Joe pengertian sekali. Nyonya harus semangat demi Tuan Muda Joe, mungkin penyakitmu bisa membaik. Tuan sudah mencarikan dokter yang paling hebat dan peralatan medis yang paling canggih untuk Nyonya. Mungkin saja keajaiban bisa terjadi."Setelah Aida selesai bicara, Clara tersenyum dan menimpali, "Aku sangat memahami Satya. Sekarang, Satya merasa dia menyukaiku karena hampir kehilanganku. Tapi, kalau nanti aku sudah sembuh, Satya pasti akan teringat dengan dendamnya lagi. Orang kejam seperti Satya nggak
Clara tersenyum dan berkomentar, "Baguslah kalau begitu." Dia tidak bisa melihat Davin, jadi dia hanya bisa menyentuh lengan bajunya. Bagi Clara, hari-harinya bersama Davin dulu sangat santai. Namun, hidup Clara menjadi tersiksa setelah Davin cedera.Meskipun begitu, Clara tidak menyesal karena masa-masa itu sangat menyenangkan. Kala itu, Clara masih punya semangat hidup dan tidak hidup dalam kebohongan. Hanya saja, Clara membuat Davin terlibat dalam masalah.Sementara itu, Davin terus mengamati wajah Clara yang tirus. Clara tidak terlihat seperti dulu lagi. Namun, Davin masih ingat dengan ekspresi Clara yang polos dan perasaannya kepada Clara dulu.Davin membungkuk, lalu mendekati Clara dan berbisik, "Clara, jangan menyerah, ya? Kamu punya anak dan kamu masih muda. Mungkin, kelak kamu bisa bertemu dengan pria lain yang kamu cintai. Asalkan masih hidup, kamu pasti punya harapan. Sekarang, teknologi kedokteran makin canggih. Kamu pasti bisa sembuh."Clara tersenyum. Sebenarnya, dia mera
Putri Davin sangat mirip dengannya. Kulitnya putih dan parasnya sangat cantik. Davin tersenyum lembut, lalu memakaikan kalung giok itu di leher putrinya.Freya berasal dari keluarga yang cukup berada. Dia tentu tahu bahwa giok ini sangat mahal. Freya bertanya, "Davin, siapa yang memberikan giok ini?"Davin mengusap kepala Freya sembari menyahut, "Dia itu teman sekolahku dulu. Kebetulan dia juga dirawat di rumah sakit ini. Jadi, aku sekalian menjenguknya dan dia memberiku giok ini."Freya mengangguk, lalu berpesan, "Giok ini harganya mahal. Temanmu lagi sakit, bagaimana kalau nanti kamu belikan sesuatu untuknya sebagai balasan? Jangan sampai orang lain menganggap kita suka mengambil keuntungan."Davin mengangguk. Dia tidak berbicara lagi dan hanya menemani Freya. Sebenarnya Davin tahu bahwa kehidupannya sudah diatur oleh Satya, termasuk Freya. Sebelumnya, Davin rela menerima "kebahagiaan" ini. Setelah dipikir-pikir, Davin merasa dirinya sangat konyol.Davin mengusap kepala putrinya dan
Satya ingin menghukum Clara karena Clara tidak setia. Clara tidak bisa menghentikan Satya. Dia terus meyakinkan dirinya sendiri untuk mengabaikan perbuatan Satya. Kemudian, Clara bertanya, "Satya, apa kamu masih bisa bergairah?"Satya tertegun. Dia teringat saat dirinya dan Clara berhubungan intim pertama kali. Tubuh Clara berkeringat, malam itu adalah pertama kalinya Satya mengagumi tubuh seorang wanita. Namun, sekarang tubuh Clara sangat kurus.Satya merasa tidak rela. Dia terus mencium dan menggerayangi tubuh Clara. Satya ingin mengingatkan Clara tentang kenangan mereka dulu. Satya berujar, "Clara, dulu kamu sangat mencintaiku. Kita juga pernah hidup bahagia."Satya cemburu kepada Davin sehingga gerakannya sedikit kasar. Clara yang kesakitan menarik rambut Satya. Tubuhnya terus memberontak dan dia berbicara dengan napas tersengal-sengal, "Satya, sekarang aku hanya merasakan kebencian. Aku juga nggak sanggup menghadapi siksaanmu lagi."Satya membenamkan kepalanya di leher Clara semba
Clara terus melontarkan pertanyaan yang sama, tetapi Satya tidak menjawabnya. Clara marah karena tidak mendapatkan jawaban. Dia pun berusaha sekuat tenaga untuk duduk. Clara tahu Satya ada di dekatnya, lalu dia meraih barang-barang di meja dan melemparkannya ke arah Satya. Kala ini, Clara benar-benar ingin Satya mati.Clara sudah dibohongi dan disiksa Satya selama bertahun-tahun. Sekalipun Clara merasa putus asa dan menderita, dia hanya ingin dirinya mati. Clara tidak pernah berpikiran untuk membunuh Satya. Namun, sekarang Clara berharap Satya mati. Clara berteriak, "Satya, kenapa kamu nggak mati saja?"Darah mengalir dari dahi Satya. Barang yang dilempar Clara tadi menghantam kepala Satya. Kemudian, Satya menyeka darah di dahinya dan berkata seraya menatap Clara, "Kamu benar-benar mau aku mati? Aku ini suamimu dan aku rela menyumbangkan organ hatiku untukmu. Clara, apa kamu begitu membenciku?""Iya!" sahut Clara dengan tegas.Satya menelan ludah, lalu dia mendongak dan menimpali, "Kam
Satya memainkan kalung giok Alaia sembari bertanya, "Nama anakmu Alaia?"Freya mengangguk, lalu memohon, "Pak Satya, waktu itu kita sudah sepakat. Transaksi kita berakhir setelah aku dan Davin menikah. Kelak, kita nggak akan bertemu lagi."Satya menatap Freya lekat-lekat sehingga Freya gemetaran. Ekspresi Satya sangat dingin saat berbicara, "Aku sudah pernah bilang, taklukkan hati suamimu supaya dia nggak berkeliaran."Freya langsung memahami maksud Satya. Dia menatap kalung giok yang dipakai Alaia dan menebak siapa yang memberikan kalung itu. Freya kaget. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berlutut kepada Satya tanpa memedulikan kondisinya yang baru saja melahirkan. Freya tahu Satya sangat kejam.Freya memelas kepada Satya untuk melepaskan Davin, "Davin nggak akan berani macam-macam. Kalaupun mereka bertemu, Davin hanya menganggap Bu Clara sebagai teman. Davin nggak mungkin mengincar Bu Clara. Pak Satya, aku dan Davin saling mencintai. Kami juga punya anak yang menggemaskan. Aku
Selama Davin masih hidup, hidup Clara akan menderita dan Freya akan dikendalikan oleh Satya. Davin sudah melihat rekaman kamera pengawas. Dia melihat istrinya bersujud kepada Satya agar melepaskan dirinya. Freya benar-benar bodoh! Davin tidak pantas menerima pengorbanan Freya ....Di sisi lain, Satya memaksa Clara makan setelah kembali ke kamar. Clara hanya memakan setengah mangkuk bubur daging. Joe yang berada di kamar sebelah menangis lagi. Beberapa hari ini, Joe terus menangis dan memanggil Clara. Hal ini membuat Clara sedih.Namun, Clara tidak ingin mencurahkan isi hatinya kepada Satya. Sekarang dia malas berbagi masalah apa pun dengan Satya. Clara hanya menganggap Satya sebagai orang asing.Satya mengamati Clara sesaat, lalu bertanya, "Apa kamu nggak peduli lagi dengan Joe?"Clara tetap saja terdiam. Satya mengalihkan pandangannya, lalu meletakkan mangkuk bubur di atas meja dan berjalan ke kamar sebelah.Aida yang menggendong Joe kewalahan. Dia terus membujuk, "Tuan Muda Joe bosan