Clara terus melontarkan pertanyaan yang sama, tetapi Satya tidak menjawabnya. Clara marah karena tidak mendapatkan jawaban. Dia pun berusaha sekuat tenaga untuk duduk. Clara tahu Satya ada di dekatnya, lalu dia meraih barang-barang di meja dan melemparkannya ke arah Satya. Kala ini, Clara benar-benar ingin Satya mati.Clara sudah dibohongi dan disiksa Satya selama bertahun-tahun. Sekalipun Clara merasa putus asa dan menderita, dia hanya ingin dirinya mati. Clara tidak pernah berpikiran untuk membunuh Satya. Namun, sekarang Clara berharap Satya mati. Clara berteriak, "Satya, kenapa kamu nggak mati saja?"Darah mengalir dari dahi Satya. Barang yang dilempar Clara tadi menghantam kepala Satya. Kemudian, Satya menyeka darah di dahinya dan berkata seraya menatap Clara, "Kamu benar-benar mau aku mati? Aku ini suamimu dan aku rela menyumbangkan organ hatiku untukmu. Clara, apa kamu begitu membenciku?""Iya!" sahut Clara dengan tegas.Satya menelan ludah, lalu dia mendongak dan menimpali, "Kam
Satya memainkan kalung giok Alaia sembari bertanya, "Nama anakmu Alaia?"Freya mengangguk, lalu memohon, "Pak Satya, waktu itu kita sudah sepakat. Transaksi kita berakhir setelah aku dan Davin menikah. Kelak, kita nggak akan bertemu lagi."Satya menatap Freya lekat-lekat sehingga Freya gemetaran. Ekspresi Satya sangat dingin saat berbicara, "Aku sudah pernah bilang, taklukkan hati suamimu supaya dia nggak berkeliaran."Freya langsung memahami maksud Satya. Dia menatap kalung giok yang dipakai Alaia dan menebak siapa yang memberikan kalung itu. Freya kaget. Dia langsung turun dari tempat tidur dan berlutut kepada Satya tanpa memedulikan kondisinya yang baru saja melahirkan. Freya tahu Satya sangat kejam.Freya memelas kepada Satya untuk melepaskan Davin, "Davin nggak akan berani macam-macam. Kalaupun mereka bertemu, Davin hanya menganggap Bu Clara sebagai teman. Davin nggak mungkin mengincar Bu Clara. Pak Satya, aku dan Davin saling mencintai. Kami juga punya anak yang menggemaskan. Aku
Selama Davin masih hidup, hidup Clara akan menderita dan Freya akan dikendalikan oleh Satya. Davin sudah melihat rekaman kamera pengawas. Dia melihat istrinya bersujud kepada Satya agar melepaskan dirinya. Freya benar-benar bodoh! Davin tidak pantas menerima pengorbanan Freya ....Di sisi lain, Satya memaksa Clara makan setelah kembali ke kamar. Clara hanya memakan setengah mangkuk bubur daging. Joe yang berada di kamar sebelah menangis lagi. Beberapa hari ini, Joe terus menangis dan memanggil Clara. Hal ini membuat Clara sedih.Namun, Clara tidak ingin mencurahkan isi hatinya kepada Satya. Sekarang dia malas berbagi masalah apa pun dengan Satya. Clara hanya menganggap Satya sebagai orang asing.Satya mengamati Clara sesaat, lalu bertanya, "Apa kamu nggak peduli lagi dengan Joe?"Clara tetap saja terdiam. Satya mengalihkan pandangannya, lalu meletakkan mangkuk bubur di atas meja dan berjalan ke kamar sebelah.Aida yang menggendong Joe kewalahan. Dia terus membujuk, "Tuan Muda Joe bosan
Aida yang terharu menangis. Saat Satya keluar, Aida duduk di samping tempat tidur dan menghibur, "Kondisi Nyonya sudah membaik. Nyonya, jangan menyerah untuk terus bertahan hidup. Anggap saja kamu melakukannya demi Joe. Nyonya, waktu nggak bisa diputar kembali. Kita nggak bisa mengubah semua hal yang sudah terjadi sebelumnya."Clara bersandar di kepala tempat tidur, sedangkan Joe bermain dengan telur dinosaurus. Joe tampak sangat menggemaskan saat tertawa. Clara merasa sangat bahagia ditemani Joe.Aida menyeka air matanya dan meneruskan ucapannya, "Setelah Nyonya sembuh, Tuan pasti akan berubah. Oh, iya. Nona Gracia bilang, Tuan sudah mencarikan kornea mata untuk Nyonya. Penyumbangnya ada di Negara Morias. Orang itu akan datang sebelum Nyonya dioperasi. Nyonya, sebentar lagi kamu bisa melihat kembali."Clara mengangguk. Sebenarnya, dia tidak bisa menentukan nasibnya lagi. Dia meraba-raba untuk menyentuh Joe. Clara ingin memeluk Joe dengan erat setelah penglihatannya pulih.....Satu mi
Sementara itu, Clara tampak tenang. Jendela tidak tertutup rapat sehingga angin berembus masuk. Clara pun kedinginan. Dia mendengar suaminya berencana untuk mengirim penyumbang kornea matanya ke Jermeni karena Benira sakit. Benira membutuhkan donor jantung.Allen mengatakan kemungkinan besar Clara akan buta, tetapi Satya tetap teguh dengan pendiriannya. Satya benar-benar konyol. Sebelumnya dia malah mengatakan bahwa dirinya mencintai Clara, ingin memulai hidup baru dengan Clara, dan kelak hidup mereka akan bahagia.Ekspresi Clara tampak datar. Dia memang mengerti bahasa Francis. Ternyata, Satya tidak menyelidiki informasi tentang Clara dengan jelas. Pada saat berusia 18 tahun, Clara berlibur di Francis selama 1 tahun. Jadi, bahasa Francis yang umum tidak sulit bagi Clara.Clara berpikir jika dirinya tidak mengerti bahasa Francis, dia tidak akan pernah tahu bahwa Satya juga memiliki cinta sejati. Satya memang sangat mencintai Benira. Akan tetapi, Clara tidak mengungkapkan bahwa dia meng
Satya juga memeluk Joe sambil berbicara dengan lembut, "Setelah operasimu berhasil, kita akan pergi ke Luzano setiap tahun untuk main ski. Joe pasti sangat menyukainya. Nanti, kamu boleh tinggal di mana pun sesuka hatimu. Aku bisa mencari partner yang bisa dipercaya untuk mengurus perusahaan dan aku bisa bekerja dari jarak jauh."Satya melanjutkan, "Aku rasa Ingliss dan Nawagia lumayan bagus. Clara, mana tempat yang paling kamu sukai?"Satya bicara panjang lebar, tetapi Clara tetap bergeming. Clara bahkan diam-diam mencibir. Dia khawatir Satya terlalu lelah karena harus mengkhawatirkan kondisi kekasihnya dan merencanakan masa depan yang semu dengan Clara pada saat bersamaan. Apa Satya mampu mengurus semuanya?Satya tidak mendapatkan jawaban Clara. Tiba-tiba, ponsel di saku Satya berdering. Sebenarnya, Satya memikirkan Clara, tetapi akhirnya dia tetap menjawab panggilan telepon sambil berbaring di tempat tidur, "Halo? Aku Satya."Pihak rumah sakit Jermeni yang menelepon untuk menjelaska
Aida hanya mengomel, dia tidak mengharapkan Satya untuk menjawabnya.Siapa sangka, Satya menjelaskan kepada Clara saat mengangkat koper, "Salah satu cabang perusahaan di luar negeri bermasalah. Aku harus mengurusnya. Oh, iya. Profesor bilang pemulihan kesehatanmu setelah operasi sangat baik. Aku juga berusaha mencari kornea mata yang cocok untukmu. Clara, aku janji kamu pasti bisa melihat kembali dalam waktu 1 bulan."Clara yang berbaring di tempat tidur mendengar ucapan Satya yang terkesan tulus. Cabang perusahaan di luar negeri? Seharusnya Satya pergi ke Jermeni. Benar-benar ironis. Clara tidak peduli jika Satya tidak mencintainya. Namun, kenapa Satya terus membohonginya? Sekarang, Clara merasa akting Satya sangat buruk sehingga Clara tidak ingin berpura-pura lagi.Clara tersenyum sinis. Satya mencium pipi Clara, lalu berkata, "Sopir sudah menungguku di lantai bawah. Clara ... tunggu aku pulang."Malam itu, retina Clara lepas dan Clara merasakan sakit yang luar biasa. Setelah memerik
Di dalam kamar, Aida yang mendapat kabar merasa sangat gembira. Dia menggenggam tangan Clara sembari berkata, "Kenapa kebetulan sekali ada orang baik yang mau menyumbangkan kornea matanya? Nyonya, kamu pasti banyak berbuat baik di kehidupan sebelumnya. Kalau nggak, mana mungkin begitu kebetulan?"Mata Clara ditutupi dengan kain kasa. Clara meraba-raba untuk meraih tangan Aida dan berpesan, "Aku punya sedikit uang. Nanti kamu bantu aku berterima kasih kepada orang itu. Meskipun sebenarnya uang ini nggak seberapa dibandingkan kebaikan orang itu, mungkin saja dia membutuhkannya."Aida mengangguk dan menimpali, "Benar. Biar aku cari tahu dulu. Setelah Nyonya bisa melihat kembali, kita sama-sama jenguk orang itu. Dia pasti akan merasa terhibur."Setelah Aida selesai bicara, terdengar suara petir bergemuruh. Hujan deras turun dan angin kencang berembus. Operasi Clara sangat berhasil. Allen membalut mata Clara dengan kain kasa dan berucap seraya tersenyum, "Bu Clara, satu minggu lagi kain kas