Pelayan datang membawakan baskom air hangat. Annika mencelupkan kakinya ke baskom dan mendesah nyaman. Dia menyandar dengan malas ke sofa, lalu mengambil sebuah buku dan mulai membaca.Zakki duduk di seberang Annika. Mendadak, dia mengulurkan tangan dan menangkap kedua kaki wanita itu di baskom.Annika tersentak kaget, tetapi dia tidak berusaha melepaskan diri. Dia hanya berkata dengan suara serak, "Zakki ...."Zakki membasuh kaki Annika. Ketika pria itu mendongak, sorot matanya sangat dalam dan tidak terbaca. Setelah menyeka hingga bersih, dia membawa kaki Annika ke pangkuannya. Zakki membantu Annika mengenakan stokingnya kembali. Adegan saat dia menyentuh kaki putih itu terasa begitu intim.Annika menggigit bibirnya tepat ketika Zakki mendongak lagi. Melihat reaksi wanita itu, dia bertanya dengan suara lirih, "Kamu bergairah?"Meskipun hanya ada mereka berdua di sana, Annika tetap merasa malu. Dia menendang Zakki seraya berkata, "Lepaskan aku! Jangan macam-macam di sini!"Zakki melep
Annika menatap kaki Zakki selama beberapa lama. Kemudian, dia menyahut pelan, "Lagi turun salju, lebih baik kamu nggak mengemudi sendiri. Aku akan minta sopir untuk mengantarmu."Zakki menatap Annika lurus-lurus dan bertanya, "Kamu mencemaskanku?"Zakki sangat tampan. Belum lagi, saat ini matanya memancarkan cinta. Tidak ada seorang wanita pun yang bisa bertahan dengan tatapan mematikan itu. Begitu pula dengan Annika.Namun, Annika memasang ekspresi tenang dan berkata, "Aku cuma takut kamu kenapa-napa. Zakki, kamu nggak usah pikir kejauhan."Zakki tahu betul apa dirinya sedang berpikir kejauhan atau tidak. Faktanya, Annika masih mencintainya! Tanpa berkata lebih banyak, Zakki menarik Annika masuk ke dalam mobil. Setelah mendudukkan wanita itu di pangkuannya, dia segera menutup pintu mobil.Keping salju melayang turun dari langit di luar sana. Namun, atmosfer di dalam mobil sangat hangat. Di dalam mobil yang sempit, tercium sedikit aroma tembakau dari tubuh Zakki. Annika didudukkan di
Zakki sangat marah mendengarnya. Pria itu mencibir sebelum berkata, "Aku selalu butuh setiap saat."Annika mengenakan mantelnya dan turun dari mobil. Dia memegang pintu mobil, lalu melihat wajah samping Zakki yang tampan dan sengaja berkata, "Itu penyakit, harus segera diobati!"Usai berkata demikian, Annika pun menelepon sopir. Selama prosesnya, dia selalu melihat Zakki. Sementara itu, Zakki juga tidak pergi. Dia hanya berlagak, tetapi sangat menghormati Annika. Setelah sopir datang, dia baru berpindah tempat dan berkata kepada Annika yang ada di luar, "Nyonya Ruslan, Selamat Tahun Baru!"Annika meliriknya sekilas, lalu berbalik dan pergi. Namun, momen ketika dia berbalik, tempat yang paling lembut di hatinya malah diam-diam sedikit runtuh ....Setelah pulang, Shinta bertanya kepadanya, "Kamu sudah suruh sopir mengantarnya?"Begitu teringat kejadian tadi, Annika merasa agak bersalah. Dia hanya mengiakan dengan suara pelan. Namun, Shinta adalah orang yang berpengalaman. Dia langsung ta
Dian tahu bahwa Annika tidak akan pernah memaafkannya seumur hidup ini. Namun, wanita itu sudah cukup baik kepadanya. Sebab, Annika tidak mengirimkannya ke penjara .... Itu mungkin karena dia pernah memanggil Dian dengan sebutan bibi sebelumnya.Larut malam ini, Dian menangis tersedu-sedu di dalam mobil.Di tangga, Zakki hanya diam-diam melihat mobil itu. Mobil ibunya tak kunjung pergi. Dia menduga bahwa Dian mungkin sedang bersedih, tetapi dia tidak ingin menghiburnya ....Ketika kembali ke dalam rumah, Zakki berpikir, setiap orang memiliki luka di dalam hati. Luka-luka tersebut tidak bisa diobati oleh orang lain.....Pada hari kedua tahun baru, Zakki pergi mengunjungi Raditya. Di tahun baru ini, tampaknya kesehatan ayahnya tidak terlalu baik.Zakki memarkir mobilnya di bawah bangunan apartemen bata merah. Dia duduk di dalam mobil untuk merokok terlebih dahulu, lalu membawa beberapa barang ke atas. Apartemen ini dibeli oleh Zakki. Lokasinya bagus, dengan luas sekitar 120 meter perseg
Helena menatapnya lekat-lekat. Dia sangat cantik, bahkan jauh lebih anggun daripada Dian.Wanita paruh baya itu bertanya kepada Raditya, "Kamu takut Zakki marah atau takut kakakku marah?"Setelah sekian lama, Raditya baru berkata, "Zakki mungkin ...."Helena memandangnya dengan penuh kasih. Pada saat ini, dia akhirnya mengungkapkan semua yang belum pernah dikatakannya sebelumnya, "Zakki tahu aku menyukaimu, ya?"Raditya sangat terkejut. Dia adalah seorang pria baik-baik. Sepanjang hidupnya, dia tidak pernah melakukan hal yang melewati batas. Menghadapi sikap Helena yang terus mendesak, dia bahkan tidak tahu bagaimana cara merespons.Setelah berpikir cukup lama, Raditya pun menolak, "Aku ini sudah menikah. Apalagi, Helena, aku nggak pernah berpikir ke arah sana. Aku cuma menganggapmu sebagai adiknya Dian."Helena melihatnya lekat-lekat. Dia yang tidak terima pun berkata, "Kak Raditya, aku nggak percaya kalau kamu nggak punya perasaan padaku."Raditya merendahkan suaranya untuk berucap,
Pada akhirnya, Annika kembali menolak. Katanya, "Zakki, hubungan kita nggak sedekat itu untuk nonton film bareng. Kelak jangan bicara seperti ini lagi.""Kalau gitu, hubungan kita ini apa namanya?" tanya Zakki.Alih-alih menjawab, Annika langsung memutus panggilan. Namun, setelah mematikan telepon wajahnya jadi memerah malu. Dia teringat dengan kemesraan mereka semalam di mobil.Matahari masih bersinar terik sore itu. Annika sedang membaca buku dengan santai di tatami ruang kerja lantai dua. Dia ditemani oleh Ariel dan Jose. Setengah jam berikutnya, Annika mendengar deru mobil memasuki halaman, tetapi dia tidak memedulikannya.Beberapa saat kemudian, seorang pelayan masuk dan berkata, "Nona, Tuan Zakki datang bertamu. Dia bilang ingin melihat anak-anak. Gimana saya harus menjawabnya?"Sebelum Annika sempat menjawab, Ariel langsung berseru girang, "Ayah datang!"Pelayan itu tertawa melihat Ariel segera membawa Jose turun ke lantai bawah dengan penuh semangat.Annika berkata tanpa daya,
Annika merasa sedikit gugup saat mengobrol dengan Wito. Dia terus berusaha mengabaikan keberadaan Zakki, tetapi pria itu duduk tepat di sampingnya. Mereka begitu dekat hingga dia bisa mencium aroma aftershave di wajahnya.Di sisi lain, Wito tetap berbicara dengan ceria. Dia juga memperlakukan Zakki dengan ramah dan sepenuhnya menganggap pria itu suami Annika.Zakki sama sekali tidak menjaga jarak dengan Annika. Saat pelayan membawakan sampanye buat wanita itu, dia berujar dengan natural, "Tolong ganti ke jus saja."Sikap Zakki ini tampaknya biasa saja, tetapi sebenarnya menunjukkan rasa posesifnya. Semua orang di sana bisa melihat bahwa dia masih mencintai Annika seperti sebelumnya. Mereka juga terkesiap saat melihat Zakki bisa berdiri.Orang-orang diam-diam berkomentar."Pak Zakki sudah pulih, bakal ada yang ketiban bencana nih!""Ya, Pak Zakki pasti akan balas dendam.""Orang-orang yang berani membuat masalah dengannya selama dua tahun terakhir pasti lagi was-was."....Komentar oran
Annika merasa dirinya sudah gila. Mereka sudah berpisah, tetapi dia tidak pernah bisa menolak setiap kali Zakki merayunya. Lagi dan lagi, Annika selalu jatuh ke dalam rayuannya yang luar biasa. Annika mendongak dan menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mengingatkan dirinya sendiri untuk menjaga pikiran tetap jernih.Beberapa saat kemudian, Annika meninggalkan bilik toilet dan ingin kembali ke ruang pesta. Namun, dia mendadak mendengar suara percakapan pria dan wanita di koridor depan. Suara mereka terasa familier di telinga Annika. Dia pun pergi ke sudut untuk mengintip. Benar saja, itu suara Sania dan Jeremy!Sania tidak menyangka akan bertemu dengan Jeremy di sini. Baginya, pria itu hanyalah sosok dari masa lalu. Dia pernah membenci Jeremy. Untungnya, kehadiran Faisal menyelamatkannya. Meski kini Faisal sudah tiada, Sania tetap menyimpan cinta Faisal padanya di hati.Di koridor, kedua mantan kekasih itu kembali bersua setelah lama terpisah. Kini, mereka sama-sama sudah lebih dewasa