Annika merasa dirinya sudah gila. Mereka sudah berpisah, tetapi dia tidak pernah bisa menolak setiap kali Zakki merayunya. Lagi dan lagi, Annika selalu jatuh ke dalam rayuannya yang luar biasa. Annika mendongak dan menatap pantulan dirinya di cermin. Dia mengingatkan dirinya sendiri untuk menjaga pikiran tetap jernih.Beberapa saat kemudian, Annika meninggalkan bilik toilet dan ingin kembali ke ruang pesta. Namun, dia mendadak mendengar suara percakapan pria dan wanita di koridor depan. Suara mereka terasa familier di telinga Annika. Dia pun pergi ke sudut untuk mengintip. Benar saja, itu suara Sania dan Jeremy!Sania tidak menyangka akan bertemu dengan Jeremy di sini. Baginya, pria itu hanyalah sosok dari masa lalu. Dia pernah membenci Jeremy. Untungnya, kehadiran Faisal menyelamatkannya. Meski kini Faisal sudah tiada, Sania tetap menyimpan cinta Faisal padanya di hati.Di koridor, kedua mantan kekasih itu kembali bersua setelah lama terpisah. Kini, mereka sama-sama sudah lebih dewasa
Jeremy menghampiri Sania, lalu memeluknya dari belakang. Dia tidak berbuat banyak, hanya memeluk wanita itu dengan lembut sambil membisikkan kata maaf. Dia juga bertanya pada Sania ... apakah ada kemungkinan mereka bisa kembali bersama.Annika mengamati interaksi kedua orang itu cukup lama. Saat dia ingin menghampiri mereka, sebuah tangan menahannya, lalu dia pun ditarik ke dalam pelukan hangat Zakki.Zakki menunduk dan berbisik di telinga Annika, "Biar mereka selesaikan masalah ini sendiri. Tenanglah, Sania nggak akan kenapa-napa."Annika berusaha melepaskan diri dari pelukan Zakki. Ketika usahanya tidak membuahkan hasil, dia menggertakkan gigi dan menuntut, "Lepaskan aku!"Wajah Zakki terasa sedikit panas. Dia menatap wajah kesal Annika dari samping, lalu berujar pelan, "Aku sudah meminta sopirmu pulang. Aku minum alkohol tadi, tolong bawa mobilku."Ketika Annika menolak, Zakki kembali berkata, "Sekarang lagi turun salju, kalau aku mengemudi, aku mungkin saja kecelakaan ...."Zakki b
Ada beberapa keping salju halus yang menempel di jendela mobil. Annika mengamati salju itu dengan tenang, lalu berujar pelan, "Tahun ini turun salju terus."Suara Annika begitu pelan, tetapi Zakki tetap mendengarnya. Sambil memegang kemudi, dia memandang jalanan di depan dan menyahut pelan, "Ya, turun salju terus. Annika, apa kamu nggak merasa kita seperti sedang melewati jalan yang belum pernah kita lalui di masa lalu? Kita juga seperti sedang menjalin hubungan yang belum pernah kita miliki sebelumnya."Usai berkata begitu, Zakki menoleh pada Annika. Ada mobil yang lewat dari seberang jalan dan lampu depan mobil itu menyinari mereka. Annika bisa melihat kelembutan di wajah Zakki. Jika dibandingkan dengan sosoknya di masa lalu, pesona matang pria itu lebih kentara.Dahulu, Zakki selalu memperlakukan Annika dengan kasar. Dia juga pernah menyukainya secara gila-gilaan dan ingin memonopolinya. Namun, sekarang dia mencintai Annika dengan cara yang jauh lebih damai.Bukan karena cinta Zakki
Annika minum cukup banyak.Edgar mengusir orang-orang, lalu sengaja meledek, "Zakki pasti nggak tega melihatnya. Kalian bakal kena masalah nanti."Semua orang di sekitar sontak tertawa. Tiba-tiba, Roy muncul di antara kerumunan. Padahal, dia akan segera menikah, tetapi wajahnya tidak menunjukkan sedikit pun kegembiraan .... Dia menatap mata Annika dengan tajam.Suasana di sekitar pun menjadi hening. Masalah Roy yang tergila-gila dengan Annika beberapa tahun lalu kembali diungkit sekarang. Kala itu, Roy benar-benar sangat terpikat, sampai-sampai Keluarga Linden langsung mengirimnya ke luar negeri.Seseorang menarik Roy sambil membujuk, "Roy, tenanglah!"Namun, Roy malah menepis tangannya. Dia menatap Annika lekat-lekat, lalu berbicara dengan lembut, "Jangan khawatir, aku sangat tenang. Ini sudah lewat beberapa tahun, aku sudah menenangkan diri selama ini."Akan tetapi, Roy tahu di dalam hatinya bahwa yang membuatnya tenang bukanlah waktu, melainkan ketidakpedulian Annika. Wanita itu tid
Di antara bibir dan gigi mereka, ada aroma sampanye yang harum dan juga kelembutan wanita .... Mereka berpelukan dan berciuman dengan penuh gairah. Pada akhirnya, Annika tidak bisa menahan diri lagi. Dia merangkul leher Zakki dengan erat, lalu berbicara dengan suara halus, "Zakki, jangan seperti ini ...."Zakki pun menghentikan gerakannya. Dia menempelkan dahi mereka, lalu bertanya dengan suara rendah, "Jangan seperti ini .... gimana kalau begini?" Setelah itu, dia mengangkat tubuh Annika. Meski masih berpakaian, mereka langsung ....Annika melawan dengan sekuat tenaga. Mungkin karena efek alkohol atau karena memang merindukannya, ditambah lagi dengan kebutuhan fisik seorang wanita ... dia tidak lagi bergumul setelah beberapa saat.Annika memandangnya dengan tenang. Tatapannya penuh hasrat. Meski sudah mabuk, sikap Annika masih sangat anggun. Dia hanya diam-diam memandangi Zakki yang memuaskan dirinya. Ketika pria itu melakukannya dengan baik, dia akan merangkul lehernya dan memanggil
Zakki membawa Annika dari ruang tamu, kamar tidur, hingga ke kamar mandi. Zakki tidak akan melepaskan Annika malam ini. Ketika waktu hampir menunjukkan pukul 3 subuh, Zakki baru melepaskan Annika. Kali ini, dia benar-benar tidak bisa menahan hasratnya dan terus menerkam Annika.Setelah bersih-bersih, sebenarnya Annika sudah sadar. Tubuhnya terasa pegal, tetapi dia juga merasa puas. Zakki sedang memeluknya dari belakang. Annika sudah tahu apa yang akan terjadi saat dia kehilangan kendali karena mabuk. Namun, itu tidak seharusnya terjadi.Annika merasa sangat lelah dibuat Zakki. Lantaran malas mempermasalahkan hal ini, dia pun memilih untuk langsung tidur.Zakki menyentuh Annika. Dia tahu Annika sudah sadar dari mabuknya, tetapi wanita ini hanya tidak ingin berbicara dengannya. Zakki juga tidak memaksa Annika dan memilih untuk tidur sambil memeluknya.Keesokan paginya, cahaya matahari menyinari kamar hotel. Annika sudah bangun. Begitu membuka mata, dia langsung disuguhkan wajah tampan di
Cahaya matahari menyinari tempat tidur, diiringi suara derit yang tidak berhenti berbunyi. Kali ini, Zakki melakukannya sekitar 40 menit.Ketika hujan di luar berhenti, Zakki dan Annika berpelukan dengan erat. Tubuh mereka bermandikan keringat. Zakki mendekatkan bibirnya ke telinga Annika, lalu berbisik, "Masih berani bilang nggak ada aku di hatimu? Masih berani bilang ini hanya perasaan biasa?"Annika seketika tersentak, lalu perlahan-lahan tenang. Setelah beberapa saat, dia membalas dengan pelan, "Semalam kamu nggak melakukan pencegahan. Cepat belikan aku obat."Zakki tidak keberatan untuk memiliki anak lagi. Lagi pula, dia mampu merawat dan membesarkannya. Namun, dia ingat bahwa obat yang Annika minum akhir-akhir ini tidak cocok untuk mempunyai anak. Jadi, Zakki pun menyetujuinya. Di sisi lain, dia juga tidak lupa bahwa dulu Annika akan merasa tidak nyaman saat makan obat ini.Zakki memiliki perusahaan farmasi. Dia tentu paham tentang obat-obatan. Dia beranjak dan mengenakan pakaian
Kala ini, Zakki malah sengaja menggoda, "Sangat nyaman, ya? Apa karena usiamu bertambah, jadi hasratmu juga makin besar? Kamu bisa bilang nggak mau bersamaku, tapi gimana kalau tubuhmu menginginkannya? Siapa yang bisa memuaskanmu seperti aku?" Pria ini benar-benar tidak tahu malu!Annika menimpali dengan ketus, "Ada banyak pria di luar sana!"Zakki menatapnya dengan tenang. Sorot matanya begitu tajam dan mengerikan. Annika yakin jika dia mengatakan satu patah kata lagi, Zakki pasti akan memberinya pelajaran. Benar saja, Zakki menghukumnya beberapa kali dengan ekspresi datar.Annika melingkarkan kedua lengannya di leher Zakki. Dia tidak ingin Zakki melihat ekspresinya yang sekarang. Mereka berdua terdiam cukup lama. Sesudah itu, Zakki berbisik di telinga Annika dengan suara menggoda, "Aku mau melakukannya lagi."Zakki yang sekarang tentu saja tidak seliar dulu lagi. Dulu, dia pasti akan memuaskan nafsunya terlebih dahulu. Namun, sekarang Zakki benar-benar mencintai Annika dan ingin mend