Lucunya, sampai sekarang Annika adalah istri orang lain, sedangkan Roy hanya orang luar yang menyedihkan.Kala ini, ponselnya berdering. Akan tetapi, Roy mengabaikannya. Di sisi lain, si penelepon tidak berhenti menghubungi Roy sehingga ponselnya terus berdering. Akhirnya, dia mengambil ponselnya dan meliriknya sekilas. Itu adalah panggilan dari calon istrinya."Roy, besok aku mau mengoreksi gaun pengantin. Kamu temani aku, ya?" ucap wanita di ujung telepon.Roy duduk bersandar di kursi. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Dia tahu bahwa wanita itu menyukainya, tetapi ini hanya pernikahan untuk mempererat hubungan bisnis. Untuk apa wanita itu menganggapnya serius? Namun, dia tetap menghargai wanita itu dan membalas dengan suara serak, "Oke. Kirimkan waktunya ke sekretarisku. Besok aku akan menemanimu."Suasana hati wanita itu menjadi sangat baik begitu mendengar ucapan Roy. Dia membahas seluruh detail acara pernikahan mereka. Roy hanya mendengarnya dengan sabar, tetapi sebenarnya dia tidak
Sania mengucapkan hal itu dengan lembut dan tenang.Annika mengamati Sania. Menurutnya, perubahan sahabatnya sangat besar. Sania sudah menjadi wanita sehebat Melisa .... Annika turut berbahagia untuknya.Saat membahas soal Melisa, Sania berkata ingin bertemu wanita itu. Annika tahu alasannya tidak lain karena Melisa memiliki hubungan baik dengan Faisal. Sania ingin berinteraksi lebih banyak dengan Melisa dan mendengar orang lain bercerita tentang mendiang suaminya. Dia tidak ingin dunia melupakan Faisal.Setelah meninggalkan apartemen Sania, hati Annika terasa sangat pedih. Dia menyayangkan kematian Faisal dan membenci ketidakadilan dunia. Namun, Annika tidak mungkin bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi.Sore itu, Annika pergi ke gedung kantornya. Setelah lewat tahun baru, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikannya. Annika segera tenggelam dalam pekerjaan. Saat melihat jam, ternyata sudah pukul 7 malam. Di luar jendela, lampu neon di kota sudah menyala terang.Annika mengema
Annika memasuki ruang tamu vila yang hangat.Para pelayan turun secara berkelompok dari lantai atas. Ketika melihat Annika, mereka berujar dengan sopan, "Tuan Zakki mengirimkan banyak hadiah untuk Nona. Kami sudah memindahkan semuanya ke lantai dua. Nona bisa menghitungnya nanti."Para pelayan ini memang sangat rajin. Annika tidak tega memarahi mereka, jadi dia hanya mengiakan pelan, lalu perlahan naik ke lantai dua.Begitu pintu didorong terbuka, Annika langsung melihat kotak-kotak indah memenuhi ruangan. Setiap kotak itu ditempel kartu di atasnya. Totalnya kurang lebih ... ada 31 kotak. Zakki memberikan 31 hadiah sesuai usia Annika sekarang.Annika menanggalkan mantelnya, lalu duduk di karpet dan mulai membuka kotak-kotak hadiah itu. Ada yang berisi perhiasan mahal, ada tas edisi terbatas, piama sutra, produk perawatan kulit, dan lain sebagainya. Kotak terakhir berisikan jam Patik Philoppe model wanita.Dahulu, Annika selalu membantu Zakki mengurus keperluan sehari-harinya. Dia tahu
Zakki berujar dengan nada lembut, "Nyonya Ruslan, kamu sulit sekali dipuaskan."Annika tidak menyahut. Dia hanya berbaring sambil mendengarkan napas pelan Zakki. Tidak ada yang dilakukannya selain itu. Namun, ketika ada yang bersedia menemani, tidak melakukan apa-apa juga tidak terasa sia-sia. Tidak lama kemudian, Annika jatuh terlelap.Di sisi lain, Zakki duduk di ruang kerjanya sambil memandang pemandangan malam di luar. Dia tahu Annika masih sakit hati karena diusir tanpa perasaan waktu itu. Annika adalah wanita yang cukup tertutup. Bagaimana mungkin dia bersedia berbaikan dengannya semudah itu?Mereka bercinta tadi malam. Namun, Zakki tahu betul bahwa hati Annika tidak akan bisa diluluhkan hanya dengan satu atau dua kali usaha. Jika tidak, mungkin wanita itu sudah kembali ke rumah bersamanya.Malam makin larut. Zakki berujar pelan di ponselnya, "Annika, pulanglah bersamaku ...."....Zakki mengejar Annika dengan persisten. Hanya saja, berhubung wanita itu belum bisa membuka hatinya
"Apa karena Zakki?" tanya Bryan dengan serius.Bryan mendapat informasi bahwa Zakki dan Annika sudah bercerai. Di samping itu, dia telah mempertimbangkan segala sesuatu dengan cermat sebelum memutuskan untuk mengejar Annika. Usia Bryan sudah sangat matang. Di titik ini, dia sudah tahu bahwa tipe yang diinginkannya sebagai istri adalah wanita seperti Annika. Bryan sangat menyukai Annika yang cantik dan feminin.Annika menggeleng dan berkata, "Nggak sepenuhnya karena dia. Percayalah, Pak Bryan. Aku punya alasan sendiri."Bryan menatap Annika cukup lama untuk memastikan bahwa wanita itu tidak sedang bercanda atau sok jual mahal. Melihat keseriusannya, dia merasa kecewa. Namun, dia tetap berkata dengan sopan, "Baiklah, tapi setidaknya kamu bisa menemaniku makan, 'kan? Kita bisa bahas soal detail kerja sama."Annika tidak menolak. Dia senang berinteraksi dengan orang yang cakap. Diskusi malam itu berbuah manis, mereka pun menjadi partner kerja sama. Makan malam itu juga berjalan cukup menye
Tebakan Zakki memang tepat sasaran. Annika memang berniat kencan buta malam ini. Hanya saja, dia tidak menyangka akan bertemu orang yang dikenalnya. Pasangan kencan butanya ternyata adalah Bryan.Annika tidak ingin terlihat gentar di depan Zakki. Dia menyandar ke jendela dan berujar dingin, "Terus? Zakki, kita nggak ada hubungan apa-apa lagi. Kamu nggak berhak mengatur-atur aku!"Zakki menatap Annika tanpa mengatakan apa-apa. Setelah beberapa lama, Annika berniat turun dari mobil. Namun, dia terlambat selangkah karena Zakki sudah mengunci mobil. Dia menoleh dan menatap ekspresi misterius pria itu.Zakki menatap Annika lekat-lekat dan berkata, "Kita pernah sepakat untuk saling membantu kalau salah satu dari kita sedang bergairah, 'kan? Kamu lupa?"Annika merasa malu sekaligus marah. Meskipun mereka sudah sering melakukan hubungan intim sebelumnya, dia tetap tidak suka mendengar Zakki mengatakannya segamblang ini. Dia menggigit bibirnya dan menolak dengan kesal, "Aku lagi nggak ingin mal
Zakki terus merayu Annika dengan mengelusnya lembut. Dia juga terus menciumnya. Annika juga mulai bergairah dan tersentuh dengan kelembutan Zakki. Namun, pada saat-saat kritis dia merasakan sesuatu perlahan mengalir keluar dari tubuhnya.Annika berkata malu-malu, "Aku datang bulan!"Zakki sontak tertegun, lalu wajahnya memerah malu. Dia tidak menyangka Annika akan mendadak menstruasi. Wanita itu sudah lama tidak tinggal di vila, jadi tidak ada pembalut dan sejenisnya di sini. Di luar juga sedang hujan lebat. Kurang praktis jika harus berbelanja sekarang.Annika berkata pelan, "Aku pulang saja."Zakki tidak mungkin membiarkan Annika pulang seperti ini. Dia mengelus lembut bahunya dan menyahut, "Aku akan coba tanya pada para pelayan. Mungkin ada yang punya pembalut."Annika ingin pergi, tetapi Zakki menahan bahunya untuk menghentikannya. Mata pria menatapnya begitu dalam. Annika tanpa sadar bergetar di bawah tatapannya. Zakki pun turun ke lantai bawah.Keberuntungan berpihak pada Zakki.
Suasana Zakki terasa campur aduk. Waktu di apartemen Raditya tempo hari, dia melihat sendiri bagaimana Helena tergila-gila pada Raditya. Masalah itu saja belum selesai, kini ada masalah baru lagi. Laura berkata bahwa Raditya melecehkannya dan melaporkannya ke polisi. Hal ini membuat dampak yang sangat besar pada perusahaan. Zakki terpaksa harus pergi untuk mengurus masalah itu.Annika sedikit terkejut dengan penuturan Zakki. Dia memandang hujan lebat di luar dari jendela, lalu berkata, "Minta sopir mengantarmu atau biarkan aku ikut denganmu." Meskipun kaki Zakki sudah pulih, dia tetap cemas jika membiarkan pria itu mengemudi di cuaca seperti ini.Zakki menatap Annika di cermin untuk beberapa lama. Kemudian, dia berujar lembut, "Biar sopir saja yang antar. Kamu lagi datang bulan, lebih baik kamu istirahat baik-baik. Kesehatanmu belakangan ini nggak begitu bagus." Kelembutan terasa dari kata-katanya.Annika masih merasa cemas, tetapi dia tidak ingin terlalu menunjukkannya. Jadi, dia meny