Zakki membawa Annika dari ruang tamu, kamar tidur, hingga ke kamar mandi. Zakki tidak akan melepaskan Annika malam ini. Ketika waktu hampir menunjukkan pukul 3 subuh, Zakki baru melepaskan Annika. Kali ini, dia benar-benar tidak bisa menahan hasratnya dan terus menerkam Annika.Setelah bersih-bersih, sebenarnya Annika sudah sadar. Tubuhnya terasa pegal, tetapi dia juga merasa puas. Zakki sedang memeluknya dari belakang. Annika sudah tahu apa yang akan terjadi saat dia kehilangan kendali karena mabuk. Namun, itu tidak seharusnya terjadi.Annika merasa sangat lelah dibuat Zakki. Lantaran malas mempermasalahkan hal ini, dia pun memilih untuk langsung tidur.Zakki menyentuh Annika. Dia tahu Annika sudah sadar dari mabuknya, tetapi wanita ini hanya tidak ingin berbicara dengannya. Zakki juga tidak memaksa Annika dan memilih untuk tidur sambil memeluknya.Keesokan paginya, cahaya matahari menyinari kamar hotel. Annika sudah bangun. Begitu membuka mata, dia langsung disuguhkan wajah tampan di
Cahaya matahari menyinari tempat tidur, diiringi suara derit yang tidak berhenti berbunyi. Kali ini, Zakki melakukannya sekitar 40 menit.Ketika hujan di luar berhenti, Zakki dan Annika berpelukan dengan erat. Tubuh mereka bermandikan keringat. Zakki mendekatkan bibirnya ke telinga Annika, lalu berbisik, "Masih berani bilang nggak ada aku di hatimu? Masih berani bilang ini hanya perasaan biasa?"Annika seketika tersentak, lalu perlahan-lahan tenang. Setelah beberapa saat, dia membalas dengan pelan, "Semalam kamu nggak melakukan pencegahan. Cepat belikan aku obat."Zakki tidak keberatan untuk memiliki anak lagi. Lagi pula, dia mampu merawat dan membesarkannya. Namun, dia ingat bahwa obat yang Annika minum akhir-akhir ini tidak cocok untuk mempunyai anak. Jadi, Zakki pun menyetujuinya. Di sisi lain, dia juga tidak lupa bahwa dulu Annika akan merasa tidak nyaman saat makan obat ini.Zakki memiliki perusahaan farmasi. Dia tentu paham tentang obat-obatan. Dia beranjak dan mengenakan pakaian
Kala ini, Zakki malah sengaja menggoda, "Sangat nyaman, ya? Apa karena usiamu bertambah, jadi hasratmu juga makin besar? Kamu bisa bilang nggak mau bersamaku, tapi gimana kalau tubuhmu menginginkannya? Siapa yang bisa memuaskanmu seperti aku?" Pria ini benar-benar tidak tahu malu!Annika menimpali dengan ketus, "Ada banyak pria di luar sana!"Zakki menatapnya dengan tenang. Sorot matanya begitu tajam dan mengerikan. Annika yakin jika dia mengatakan satu patah kata lagi, Zakki pasti akan memberinya pelajaran. Benar saja, Zakki menghukumnya beberapa kali dengan ekspresi datar.Annika melingkarkan kedua lengannya di leher Zakki. Dia tidak ingin Zakki melihat ekspresinya yang sekarang. Mereka berdua terdiam cukup lama. Sesudah itu, Zakki berbisik di telinga Annika dengan suara menggoda, "Aku mau melakukannya lagi."Zakki yang sekarang tentu saja tidak seliar dulu lagi. Dulu, dia pasti akan memuaskan nafsunya terlebih dahulu. Namun, sekarang Zakki benar-benar mencintai Annika dan ingin mend
Lucunya, sampai sekarang Annika adalah istri orang lain, sedangkan Roy hanya orang luar yang menyedihkan.Kala ini, ponselnya berdering. Akan tetapi, Roy mengabaikannya. Di sisi lain, si penelepon tidak berhenti menghubungi Roy sehingga ponselnya terus berdering. Akhirnya, dia mengambil ponselnya dan meliriknya sekilas. Itu adalah panggilan dari calon istrinya."Roy, besok aku mau mengoreksi gaun pengantin. Kamu temani aku, ya?" ucap wanita di ujung telepon.Roy duduk bersandar di kursi. Tidak ada ekspresi di wajahnya. Dia tahu bahwa wanita itu menyukainya, tetapi ini hanya pernikahan untuk mempererat hubungan bisnis. Untuk apa wanita itu menganggapnya serius? Namun, dia tetap menghargai wanita itu dan membalas dengan suara serak, "Oke. Kirimkan waktunya ke sekretarisku. Besok aku akan menemanimu."Suasana hati wanita itu menjadi sangat baik begitu mendengar ucapan Roy. Dia membahas seluruh detail acara pernikahan mereka. Roy hanya mendengarnya dengan sabar, tetapi sebenarnya dia tidak
Sania mengucapkan hal itu dengan lembut dan tenang.Annika mengamati Sania. Menurutnya, perubahan sahabatnya sangat besar. Sania sudah menjadi wanita sehebat Melisa .... Annika turut berbahagia untuknya.Saat membahas soal Melisa, Sania berkata ingin bertemu wanita itu. Annika tahu alasannya tidak lain karena Melisa memiliki hubungan baik dengan Faisal. Sania ingin berinteraksi lebih banyak dengan Melisa dan mendengar orang lain bercerita tentang mendiang suaminya. Dia tidak ingin dunia melupakan Faisal.Setelah meninggalkan apartemen Sania, hati Annika terasa sangat pedih. Dia menyayangkan kematian Faisal dan membenci ketidakadilan dunia. Namun, Annika tidak mungkin bisa mengubah sesuatu yang sudah terjadi.Sore itu, Annika pergi ke gedung kantornya. Setelah lewat tahun baru, ada beberapa pekerjaan yang harus diselesaikannya. Annika segera tenggelam dalam pekerjaan. Saat melihat jam, ternyata sudah pukul 7 malam. Di luar jendela, lampu neon di kota sudah menyala terang.Annika mengema
Annika memasuki ruang tamu vila yang hangat.Para pelayan turun secara berkelompok dari lantai atas. Ketika melihat Annika, mereka berujar dengan sopan, "Tuan Zakki mengirimkan banyak hadiah untuk Nona. Kami sudah memindahkan semuanya ke lantai dua. Nona bisa menghitungnya nanti."Para pelayan ini memang sangat rajin. Annika tidak tega memarahi mereka, jadi dia hanya mengiakan pelan, lalu perlahan naik ke lantai dua.Begitu pintu didorong terbuka, Annika langsung melihat kotak-kotak indah memenuhi ruangan. Setiap kotak itu ditempel kartu di atasnya. Totalnya kurang lebih ... ada 31 kotak. Zakki memberikan 31 hadiah sesuai usia Annika sekarang.Annika menanggalkan mantelnya, lalu duduk di karpet dan mulai membuka kotak-kotak hadiah itu. Ada yang berisi perhiasan mahal, ada tas edisi terbatas, piama sutra, produk perawatan kulit, dan lain sebagainya. Kotak terakhir berisikan jam Patik Philoppe model wanita.Dahulu, Annika selalu membantu Zakki mengurus keperluan sehari-harinya. Dia tahu
Zakki berujar dengan nada lembut, "Nyonya Ruslan, kamu sulit sekali dipuaskan."Annika tidak menyahut. Dia hanya berbaring sambil mendengarkan napas pelan Zakki. Tidak ada yang dilakukannya selain itu. Namun, ketika ada yang bersedia menemani, tidak melakukan apa-apa juga tidak terasa sia-sia. Tidak lama kemudian, Annika jatuh terlelap.Di sisi lain, Zakki duduk di ruang kerjanya sambil memandang pemandangan malam di luar. Dia tahu Annika masih sakit hati karena diusir tanpa perasaan waktu itu. Annika adalah wanita yang cukup tertutup. Bagaimana mungkin dia bersedia berbaikan dengannya semudah itu?Mereka bercinta tadi malam. Namun, Zakki tahu betul bahwa hati Annika tidak akan bisa diluluhkan hanya dengan satu atau dua kali usaha. Jika tidak, mungkin wanita itu sudah kembali ke rumah bersamanya.Malam makin larut. Zakki berujar pelan di ponselnya, "Annika, pulanglah bersamaku ...."....Zakki mengejar Annika dengan persisten. Hanya saja, berhubung wanita itu belum bisa membuka hatinya
"Apa karena Zakki?" tanya Bryan dengan serius.Bryan mendapat informasi bahwa Zakki dan Annika sudah bercerai. Di samping itu, dia telah mempertimbangkan segala sesuatu dengan cermat sebelum memutuskan untuk mengejar Annika. Usia Bryan sudah sangat matang. Di titik ini, dia sudah tahu bahwa tipe yang diinginkannya sebagai istri adalah wanita seperti Annika. Bryan sangat menyukai Annika yang cantik dan feminin.Annika menggeleng dan berkata, "Nggak sepenuhnya karena dia. Percayalah, Pak Bryan. Aku punya alasan sendiri."Bryan menatap Annika cukup lama untuk memastikan bahwa wanita itu tidak sedang bercanda atau sok jual mahal. Melihat keseriusannya, dia merasa kecewa. Namun, dia tetap berkata dengan sopan, "Baiklah, tapi setidaknya kamu bisa menemaniku makan, 'kan? Kita bisa bahas soal detail kerja sama."Annika tidak menolak. Dia senang berinteraksi dengan orang yang cakap. Diskusi malam itu berbuah manis, mereka pun menjadi partner kerja sama. Makan malam itu juga berjalan cukup menye