Tubuh Clara sontak menegang. Langkah kaki Satya terdengar makin dekat. Akhirnya, sebuah tangan menepuk lembut bahu kurusnya.Satya memandang sosok Annika yang perlahan-lahan menghilang dari pandangan. Dia memicingkan matanya dan bertanya sekali lagi, "Clara, kamu lihat apa?" Dia ikut berjongkok dan menahan dagu lancip wanita itu dengan jari-jarinya yang ramping.Clara mendongak, menunjukkan mata besarnya yang basah oleh air mata. Dia menggigit bibirnya dan membalas, "Kalian bertengkar hebat!"Usai berkata begitu, Clara menghambur ke pelukan Satya. Dia tengah hamil enam bulan, tetapi berat badannya hanya 50-an kilogram. Tubuh lemahnya yang berada dalam pelukan Satya menebarkan aroma lembut samar yang menggoda pria itu. Sejak insiden yang melibatkan Davin itu, mereka tidak pernah berhubungan intim.Apalagi, kini Clara seperti gadis kecil polos yang demensia. Satya mengira Clara tidak tertarik dengan hal itu. Meskipun wanita itu adalah istri sahnya dan penampilannya pun cukup dewasa, Saty
Satya tenggelam dalam pikirannya. Ucapan Annika tadi berputar-putar dalam benaknya."Kalau kamu memang nggak mencintainya ... apa kamu akan membiarkan adik Yoyok mengandung anakmu?"Satya merasa dia tidak mungkin mencintai Clara. Tipe wanitanya adalah yang dewasa dan pintar, sementara Clara sangat jauh dari kriterianya. Kelebihan apa yang dimiliki wanita itu? Menjelang terlelap, Satya kembali meyakinkan diri sendiri bahwa dia memang tidak mencintai Clara.....Begitu Annika masuk ke mobil, asistennya yang bernama John bertanya pelan, "Bu Annika, apa kita akan ke hotel sekarang?"Suasana hati Annika sekarang kurang baik. Sambil menyandar ke kursi, dia menyahut, "Kita menginap satu malam di sini. John, pesankan tiket pesawat ke Kota Aruma besok pagi."John sedikit terkejut. Namun, dia adalah karyawan profesional. Dia tahu diri untuk tidak ikut campur urusan atasannya, jadi dia tidak bertanya lebih banyak. Setelah tiba di hotel, John memesankan tiket dan mengirimkan detail penerbangan ke
Davin yang duduk di sofa memandang Annika. Dia tidak mengenal Annika, tetapi tampang Satya dan Annika sangat mirip. Jadi, Davin bisa menebak identitas Annika. Davin berusaha menahan amarahnya di depan ibunya dan bertanya, "Untuk apa kamu datang?"John ingin bicara. Hanya saja, Annika menghentikan John. Annika duduk di samping Davin sembari memperhatikan kedua tangannya yang cacat. Setelah beberapa saat, Annika berucap, "Clara memintaku datang untuk menjagamu."Davin terkejut. Dia menatap Annika lekat-lekat, lalu bertanya lagi, "Bagaimana kondisinya? Apa dia ... disiksa?" Dia tahu jelas sekejam apa tindakan pria itu.Annika berpikir sejenak. Kemudian, dia berkata, "Clara sudah hamil. Tentu saja itu anak kakakku. Davin, lupakan Clara. Dengan begitu, hidupmu akan lebih mudah."Davin menangis. Dia tahu seharusnya dia tidak kehilangan kendali di depan Annika. Davin mengangkat kepalanya, lalu berujar, "Satya itu memang nggak berperikemanusiaan. Dia nggak pantas untuk Clara."Davin memohon ke
Setelah mobil Helena melaju pergi, Annika hendak mencari mobilnya. Tiba-tiba, sebuah mobil hitam menyalakan lampu mobilnya ke arah Annika.Annika menyipitkan matanya, dia melihat Zakki yang duduk di kursi penumpang belakang. Sopir turun dari mobil, lalu berlari menghampiri Annika dan berucap, "Nyonya, Tuan sudah menunggu dari tadi untuk pulang makan bersama Nyonya. Tuan Muda dan Nona juga ikut makan."Annika merasa tidak berdaya, Zakki sangat kekanak-kanakan. Annika bertanya kepada Syamsul, "Jadi, mobilku gimana?"Syamsul menggaruk kepalanya, dia menyahut dengan canggung, "Mobil Nyonya sudah dibawa ke vila."Sepertinya, Annika tidak punya pilihan lain lagi. Dia langsung menghampiri mobil, lalu membuka pintu dan naik ke mobil. Annika melihat Zakki.Zakki hanya mengangguk, lalu berujar kepada Syamsul, "Kita pulang."Syamsul segera menjalankan mobil. Suasana di dalam mobil sangat hening. Annika bersandar di kursi dan tidak berbicara. Sebenarnya, Annika masih merasa sedih karena Clara dan
Annika langsung menangis. Dia bersandar di pelukan Zakki dan Zakki merangkul pinggang Annika dengan erat. Air mata Annika membasahi kemeja Zakki sehingga membuat Zakki merasa tidak nyaman. Namun, Zakki tidak memedulikannya. Dia hanya ingin memeluk Annika dengan erat.Sudah lama mereka tidak berpelukan seperti ini. Zakki dan Annika tahu kepahitan yang mereka rasakan. Momen-momen saat mereka bercinta seakan-akan tidak bisa kembali lagi.Zakki memandang Annika yang berada di pelukannya, lalu berkata dengan suara serak, "Annika, kembali ke sisiku dan jadi istriku lagi."Annika memeluk Zakki dengan erat. Dia tidak berbicara dan hanya menggeleng. Air matanya terus mengalir. Sebelumnya, Annika khawatir Zakki akan terpuruk. Sekarang Zakki bisa berdiri!Saat ini, perasaan Annika campur aduk. Dia kehilangan kendali. Zakki memanggil Annika, tetapi Annika tidak menyahut karena dia sedang menangis dan tubuhnya gemetaran. Annika juga tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Zakki yang sudah sehat.Ca
Zakki menatap Annika lekat-lekat, dia tidak memaksa Annika lagi. Zakki hanya memeluk Annika dengan erat lagi agar Annika bisa merasakan kehangatan dari tubuhnya. Akhirnya, Zakki membujuk Annika dengan lembut, "Annika, gimana kalau aku mengejarmu lagi sampai kamu bersedia menjadi istriku?"....Raditya, kedua anak-anak, dan para pelayan sudah tahu bahwa Zakki telah pulih. Mereka sangat senang. Makan siang hari ini sangat lezat. Selesai makan, Raditya pun pergi.Annika memandang sosok Raditya sambil merenung. Kemudian, dia berjalan ke dapur dan mengambil sebotol air. Begitu membuka pintu kulkas, seseorang membantu Annika mengambil botol air. Annika mendongak dan melihat Zakki.Zakki bertanya sembari mengernyit, "Apa yang kamu pikirkan?"Annika tidak ingin bicara panjang lebar dengan Zakki. Dia menggeleng dan menyahut, "Nggak ada."Selesai bicara, Annika hendak pergi. Zakki meraih pergelangan tangan Annika dan menariknya. Namun, ada pelayan yang keluar masuk di dapur sehingga Zakki tidak
Shinta dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Dia keluar dari rumah sakit satu hari sebelum tahun baru. Saat ini sedang hujan gerimis.Shinta duduk di dalam mobil. Dia menyalahkan diri sendiri dengan berkata, "Aku sudah tua. Kakiku sudah nggak berguna. Aku hanya merepotkanmu. Annika, aku sudah memikirkannya. Setelah Jose lebih besar, aku mau tinggal di panti jompo. Di sana ada banyak orang seusiaku yang bisa menjadi temanku.""Bibi Shinta, bagaimana mungkin aku membiarkanmu tinggal di panti jompo?" Annika sedang fokus mengemudi. Dia memandang ke arah jalanan di depannya sambil menambahkan, "Dulu, aku nggak ada waktu menemanimu karena ada banyak masalah. Tapi, kondisi Zakki sudah membaik sekarang. Dia bisa membantuku menjaga anak-anak. Ke depannya, aku bisa sering membawamu jalan-jalan."Setelah Annika selesai berbicara, Shinta terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian, dia berujar dengan pelan, "Kondisi Zakki baru membaik. Dia tentu saja akan perhatian padamu dan anak-anak. Tapi, Zakki
Mendengar ini, Annika sontak tertegun.Saat ini, Shinta berjalan dengan tongkat ke arah barang-barang itu. Setelah melihatnya, dia berujar, "Ini semua barang-barang impor terbaik. Mereknya juga yang biasa kita gunakan. Zakki benar-benar perhatian."Manajer itu tersenyum sembari bertutur, "Nyonya benar. Begitu Pak Zakki menghubungi kami, kami segera mengirimkan barang-barang terbaik kemari. Kami sudah membersihkan makanan laut dan dagingnya. Kalian bisa langsung memasaknya. Selebihnya adalah barang-barang kualitas nomor satu."Annika tidak menolak, melainkan membiarkan barang-barangnya diletakkan di sini. Dia mengucapkan terima kasih dan memberikan amplop tahun baru kepada para pekerja itu. Begitu menerima amplop yang tebal, manajer itu tersenyum seraya berucap, "Selamat tahun baru untuk Pak Zakki dan Bu Annika. Semoga hubungan kalian terus langgeng."Annika sontak terdiam. Tidak lama kemudian, truk pikap pun melaju pergi. Para pelayan di vila mulai memindahkan barang-barang. Annika jug