Annika langsung menangis. Dia bersandar di pelukan Zakki dan Zakki merangkul pinggang Annika dengan erat. Air mata Annika membasahi kemeja Zakki sehingga membuat Zakki merasa tidak nyaman. Namun, Zakki tidak memedulikannya. Dia hanya ingin memeluk Annika dengan erat.Sudah lama mereka tidak berpelukan seperti ini. Zakki dan Annika tahu kepahitan yang mereka rasakan. Momen-momen saat mereka bercinta seakan-akan tidak bisa kembali lagi.Zakki memandang Annika yang berada di pelukannya, lalu berkata dengan suara serak, "Annika, kembali ke sisiku dan jadi istriku lagi."Annika memeluk Zakki dengan erat. Dia tidak berbicara dan hanya menggeleng. Air matanya terus mengalir. Sebelumnya, Annika khawatir Zakki akan terpuruk. Sekarang Zakki bisa berdiri!Saat ini, perasaan Annika campur aduk. Dia kehilangan kendali. Zakki memanggil Annika, tetapi Annika tidak menyahut karena dia sedang menangis dan tubuhnya gemetaran. Annika juga tidak tahu bagaimana caranya menghadapi Zakki yang sudah sehat.Ca
Zakki menatap Annika lekat-lekat, dia tidak memaksa Annika lagi. Zakki hanya memeluk Annika dengan erat lagi agar Annika bisa merasakan kehangatan dari tubuhnya. Akhirnya, Zakki membujuk Annika dengan lembut, "Annika, gimana kalau aku mengejarmu lagi sampai kamu bersedia menjadi istriku?"....Raditya, kedua anak-anak, dan para pelayan sudah tahu bahwa Zakki telah pulih. Mereka sangat senang. Makan siang hari ini sangat lezat. Selesai makan, Raditya pun pergi.Annika memandang sosok Raditya sambil merenung. Kemudian, dia berjalan ke dapur dan mengambil sebotol air. Begitu membuka pintu kulkas, seseorang membantu Annika mengambil botol air. Annika mendongak dan melihat Zakki.Zakki bertanya sembari mengernyit, "Apa yang kamu pikirkan?"Annika tidak ingin bicara panjang lebar dengan Zakki. Dia menggeleng dan menyahut, "Nggak ada."Selesai bicara, Annika hendak pergi. Zakki meraih pergelangan tangan Annika dan menariknya. Namun, ada pelayan yang keluar masuk di dapur sehingga Zakki tidak
Shinta dirawat di rumah sakit selama tiga hari. Dia keluar dari rumah sakit satu hari sebelum tahun baru. Saat ini sedang hujan gerimis.Shinta duduk di dalam mobil. Dia menyalahkan diri sendiri dengan berkata, "Aku sudah tua. Kakiku sudah nggak berguna. Aku hanya merepotkanmu. Annika, aku sudah memikirkannya. Setelah Jose lebih besar, aku mau tinggal di panti jompo. Di sana ada banyak orang seusiaku yang bisa menjadi temanku.""Bibi Shinta, bagaimana mungkin aku membiarkanmu tinggal di panti jompo?" Annika sedang fokus mengemudi. Dia memandang ke arah jalanan di depannya sambil menambahkan, "Dulu, aku nggak ada waktu menemanimu karena ada banyak masalah. Tapi, kondisi Zakki sudah membaik sekarang. Dia bisa membantuku menjaga anak-anak. Ke depannya, aku bisa sering membawamu jalan-jalan."Setelah Annika selesai berbicara, Shinta terdiam sejenak. Beberapa saat kemudian, dia berujar dengan pelan, "Kondisi Zakki baru membaik. Dia tentu saja akan perhatian padamu dan anak-anak. Tapi, Zakki
Mendengar ini, Annika sontak tertegun.Saat ini, Shinta berjalan dengan tongkat ke arah barang-barang itu. Setelah melihatnya, dia berujar, "Ini semua barang-barang impor terbaik. Mereknya juga yang biasa kita gunakan. Zakki benar-benar perhatian."Manajer itu tersenyum sembari bertutur, "Nyonya benar. Begitu Pak Zakki menghubungi kami, kami segera mengirimkan barang-barang terbaik kemari. Kami sudah membersihkan makanan laut dan dagingnya. Kalian bisa langsung memasaknya. Selebihnya adalah barang-barang kualitas nomor satu."Annika tidak menolak, melainkan membiarkan barang-barangnya diletakkan di sini. Dia mengucapkan terima kasih dan memberikan amplop tahun baru kepada para pekerja itu. Begitu menerima amplop yang tebal, manajer itu tersenyum seraya berucap, "Selamat tahun baru untuk Pak Zakki dan Bu Annika. Semoga hubungan kalian terus langgeng."Annika sontak terdiam. Tidak lama kemudian, truk pikap pun melaju pergi. Para pelayan di vila mulai memindahkan barang-barang. Annika jug
Apalagi, Shinta makin merindukan Satya saat mendengar suara Zakki. Setelah keinginannya sudah terpenuhi, dia mengembalikan ponselnya kepada Annika.Ketika Annika hendak mengucapkan sampai jumpa, Zakki berucap dengan sangat lembut, "Annika, selamat tahun baru."Mendengar ini, Annika terdiam untuk beberapa saat. Dia tiba-tiba teringat bahwa ini adalah tahun baru terbaik sejak mereka saling mengenal. Dia seketika merasa terharu, lalu bergumam, "Zakki, selamat tahun baru."Keduanya sama-sama tidak mengakhiri panggilan. Mereka menggenggam ponsel masing-masing dan mendengar suara napas satu sama lain dari telepon. Suaranya terdengar begitu lembut seolah-olah angin yang berembus di telinga.Daun telinga Annika seketika memerah. Lantaran khawatir Shinta menyadarinya, Annika buru-buru mengakhiri panggilan. Kemudian, dia menengadah dan melihat Shinta yang sedang melamun. Annika menggenggam tangan Shinta sembari bertanya, "Bibi Shinta, apa kamu sedang merindukan Ayah?"Shinta menyahut, "Ketika me
Suhu di vila sangat hangat dan semua pelayan di sini adalah wanita berusia senja. Jadi, Annika tidak merasa segan turun ke lantai bawah hanya dengan mengenakan gaun tidur. Hanya saja, dia tidak menyangka bahwa Zakki sudah datang sepagi ini bersama kedua anaknya. Pria itu juga mengundang seorang dokter datang.Saat ini, dokter wanita itu sedang memijat Shinta dan mengobatinya dengan obat tradisional. Shinta memuji bahwa obat yang diberikan sepertinya sangat manjur. Zakki berdiri di samping dan mengawasi dokter itu mengobati Shinta.Pada hari pertama di awal tahun ini, Zakki berpenampilan sangat rapi. Dia mengenakan kemeja putih polos di balik jasnya, yang lalu dibalut mantel tipis lagi. Di bawah sinar lampu kristal, dia terlihat sangat tampan dan matang.Sewaktu mendengar langkah kaki di tangga, Zakki sontak mendongak dan melihat Annika. Gaun tidur sutra berwarna putih itu tidak sepenuhnya bisa menutupi tubuh Annika. Lampu terang samar-samar mengekspos keindahan di balik gaun sutranya.
Pelayan datang membawakan baskom air hangat. Annika mencelupkan kakinya ke baskom dan mendesah nyaman. Dia menyandar dengan malas ke sofa, lalu mengambil sebuah buku dan mulai membaca.Zakki duduk di seberang Annika. Mendadak, dia mengulurkan tangan dan menangkap kedua kaki wanita itu di baskom.Annika tersentak kaget, tetapi dia tidak berusaha melepaskan diri. Dia hanya berkata dengan suara serak, "Zakki ...."Zakki membasuh kaki Annika. Ketika pria itu mendongak, sorot matanya sangat dalam dan tidak terbaca. Setelah menyeka hingga bersih, dia membawa kaki Annika ke pangkuannya. Zakki membantu Annika mengenakan stokingnya kembali. Adegan saat dia menyentuh kaki putih itu terasa begitu intim.Annika menggigit bibirnya tepat ketika Zakki mendongak lagi. Melihat reaksi wanita itu, dia bertanya dengan suara lirih, "Kamu bergairah?"Meskipun hanya ada mereka berdua di sana, Annika tetap merasa malu. Dia menendang Zakki seraya berkata, "Lepaskan aku! Jangan macam-macam di sini!"Zakki melep
Annika menatap kaki Zakki selama beberapa lama. Kemudian, dia menyahut pelan, "Lagi turun salju, lebih baik kamu nggak mengemudi sendiri. Aku akan minta sopir untuk mengantarmu."Zakki menatap Annika lurus-lurus dan bertanya, "Kamu mencemaskanku?"Zakki sangat tampan. Belum lagi, saat ini matanya memancarkan cinta. Tidak ada seorang wanita pun yang bisa bertahan dengan tatapan mematikan itu. Begitu pula dengan Annika.Namun, Annika memasang ekspresi tenang dan berkata, "Aku cuma takut kamu kenapa-napa. Zakki, kamu nggak usah pikir kejauhan."Zakki tahu betul apa dirinya sedang berpikir kejauhan atau tidak. Faktanya, Annika masih mencintainya! Tanpa berkata lebih banyak, Zakki menarik Annika masuk ke dalam mobil. Setelah mendudukkan wanita itu di pangkuannya, dia segera menutup pintu mobil.Keping salju melayang turun dari langit di luar sana. Namun, atmosfer di dalam mobil sangat hangat. Di dalam mobil yang sempit, tercium sedikit aroma tembakau dari tubuh Zakki. Annika didudukkan di