Meskipun Zakki dan Annika pernah menjadi pasangan suami istri, mereka juga telah berpisah dalam waktu yang cukup lama. Jadi, mereka pun merasa sangat baru dengan semua ini.Malam harinya, anak-anak sudah tidur dengan dijaga oleh bibi.Annika membasuh tubuhnya di kamar tamu, lalu mengoles krim wajahnya. Kemudian, dia pergi mengetuk kamar Zakki dengan mengenakan sepotong piama sutra. Dia juga tidak berpikir kebanyakan, langsung memasuki kamar.Saat ini, bukan hanya ada Zakki di dalam kamar, masih ada 2 perawat pria juga. Mereka sedang bersiap-siap untuk memandikan Zakki.Kemeja yang dikenakan Zakki sedang dilepaskan. Samar-samar tampak kulit putih dan kokohnya. Zakki yang sedang duduk di kursi roda pun berbicara kepada perawat dengan alami. Sepertinya dia sudah terbiasa untuk dirawat seperti ini.Hanya saja, ketika Zakki berpapasan dengan tatapan Annika, matanya seketika disipitkan. Alhasil, Annika merasa dia masih tidak terbiasa …. Mungkin selamanya Zakki tidak akan terbiasa dengan caca
Annika tidak takut untuk hidup menderita. Dia hanya takut akan melukai harga diri Zakki saja. Kedua perawat sangatlah profesional. Setengah jam kemudian, Zakki telah berbaring di atas ranjang dalam keadaan segar. Kedua perawat membersihkan kamar mandi, baru meninggalkan kamar …. Tentu saja, Annika juga merasa tidak leluasa jika ada 2 perawat pria di dalam kamar.Setelah mereka meninggalkan kamar, Annika baru memasuki ruangan. Ruangan kamar sangatlah gelap, sebab Zakki hanya menyalakan 1 lampu di atas nakas saja. Menyadari Annika memasuki ruangan, Zakki spontan mengulurkan tangannya, menyuruh Annika untuk berbaring di sampingnya ….Suara Zakki sangat lembut, seolah-olah tidak ada yang terjadi barusan.Annika berjalan mendekati Zakki, lalu berbaring di sisinya. Dia memasukkan tubuhnya ke dalam pelukan Zakki, menghirup aroma segar dari tubuh si pria. Zakki merangkul pundaknya, lalu mengusapnya dengan lembut. Dia tidak sedang menggoda Annika ….Beberapa saat kemudian, terdengar suara sera
Hidung Zakki sangat mancung!Annika mengusap hidung mancung itu sembari menunjukkan senyuman di wajahnya.Beberapa saat kemudian, Annika mengamati sekeliling dengan malasnya. Dia mengesampingkan selimut, lalu berjalan ke sisi lemari pakaian. Semuanya masih sama seperti sebelumnya. Dia memilih pakaian untuk Zakki, lalu menyetrika kemeja dan celana formalnya.Di dalam lemari terdapat kejutan yang dipersiapkan Zakki kepada Annika. Seutas kalung berlian tampak berbaring di dalam kotak kecil. Berlian tidaklah besar, sepertinya kalung itu hanya senilai belasan juta saja. Hanya saja, model kalung ini sangatlah simpel, cocok untuk dipakai dalam sehari-hari.Annika merasa sangat kaget. Dia mengeluarkan kalung itu, lalu mengenakannya. Annika tak berhenti becermin untuk melihat hadiahnya itu. Tidak dipungkiri, hati Annika terasa berbunga-bunga saat ini.Mereka sudah menikah selama ini. Namun, ini adalah pertama kalinya Annika memiliki perasaan seperti ini!Annika tidak melepaskannya. Dia mengenak
Annika sama sekali tidak tahu tentang pikiran negatif Zakki. Dia merawat kedua anaknya seperti biasa. Wajahnya yang disinari mentari pagi tampak begitu menawan. Ini adalah pemandangan yang sangat diidamkan setiap pria untuk selamanya.Ariel sangat penurut dan makan dengan lahap, sedangkan Jose sangat pendiam. Bayi yang berusia hampir 2 tahun ini makan dengan terampil. Semua makanan seolah-olah terasa sama di lidahnya. Dia menghabiskan makanannya tanpa menikmatinya.Zakki memandang putranya sambil bertanya, "Sikap seperti ini mirip siapa?"Annika meraih gelas yang berisi susu dan meminumnya. Kemudian, dia membalas dengan lembut, "Zakki, dulu kamu juga seperti ini. Semua makanan terasa sama di lidahmu. Kamu nggak pernah memedulikan cita rasa makanan.""Sekarang juga nggak." Dia melanjutkan dengan nada rendah, "Ada banyak hal lain yang jauh lebih menarik."Ariel yang sedang makan kentang tumbuk bertanya dengan suara mengecap, "Ayah, apa yang lebih menarik?"Annika menendang kaki Zakki dar
Sebenarnya, Zakki tahu bahwa Annika marah. Dia hanya tidak ingin Annika melihatnya turun dari mobil dengan menyedihkan. Dia sangat menikmati perhatian dan kelembutan yang Annika berikan. Di sisi lain, dia membenci dirinya sendiri.Saat ini, Annika sedang memperhatikan Zakki dari balkon lantai dua. Sejak kembali bersama, ini pertama kalinya Zakki bersikap seperti ini. Ucapan yang mesra dan menggoda seperti biasanya tidak terdengar lagi hari ini.Annika memandang Zakki yang duduk di dalam mobil. Zakki terlihat sama seperti dulu. Akan tetapi, Annika menyadari bahwa ada yang berbeda dengan mental Zakki. Pria angkuh itu tidak bisa menggerakkan kedua kakinya dan lengan kanannya. Hal ini pasti sangat membebani pikirannya!Malam pun tiba. Selesai mandi, Annika duduk di meja rias kamar tamu dan mengaplikasikan produk perawatan kulit. Tubuhnya tiba-tiba dipeluk dengan satu tangan. Annika melihat Zakki dari pantulan cermin. Zakki mengenakan jubah mandi. Dia meletakkan dagunya di atas pundak Anni
Bangunan seluas 300 meter lebih ini dibangun dengan gaya retro sehingga terlihat sangat estetik. Melisa dan kekasih barunya mengangkat gelas untuk menyambut para tamu. Wajahnya tampak merah merona. Ketika Annika datang, Melisa menoleh sambil bertanya, "Zakki nggak datang?"Annika menyerahkan hadiah, lalu tersenyum seraya menyahut, "Dia sedang mengurus pekerjaannya di rumah."Melisa memang sangat pandai berbasa-basi. Begitu melihat Annika, dia langsung mengajaknya berbicara. "Kamu membawa pengaruh baik untuknya. Selama ini, Zakki nggak suka bersosialisasi. Dia hampir nggak pernah punya skandal. Jarang ada pria seperti ini." Kemudian, dia bertanya dengan suara rendah, "Chika sudah menikah. Menurutmu, apa Zakki sudah bisa melupakan dia?"Annika mengusap tangan Melisa sembari berkata, "Jangan bahas masa lalu lagi."Mendengar ini, Melisa pun memuji Annika. Pada saat mereka berdua sedang asyik berbicara, tiba-tiba terdengar suara musik dari dalam vila. Ternyata, pesta dansa sudah dimulai. Se
Tiba-tiba, penjaga pintu bertanya dengan hormat, "Tuan Zakki, biar aku mendorongmu ke dalam, ya?"Mendorongnya masuk .... Kata-kata ini membuat Zakki tersinggung. Dia menertawai dirinya sendiri, lalu menyahut, "Nggak perlu!"Setelah itu, Zakki melajukan kursi rodanya dan segera pergi. Kecepatannya sangat tinggi. Dia tidak pernah membenci dirinya sendiri sampai seperti ini. Dia juga tidak pernah berpikir dirinya akan seperti badut dan anjing terlantar.Zakki sebenarnya ingin memberikan kejutan kepada Annika. Dia ingin Annika melihatnya akhirnya berani keluar menghadiri pesta layaknya orang sehat. Konyok sekali! Bisa-bisanya Zakki berpikir dirinya orang yang sehat.Apa yang membuat Zakki berpikiran bahwa dirinya sehat? Zakki bahkan tidak berani masuk ke acara itu. Dia takut dengan tatapan orang lain. Dia juga takut orang-orang akan bertanya kepada Annika mengapa masih mau hidup bersama pria cacat seperti dirinya.Di sisi lain, Annika melihat mobil Zakki yang melaju pergi. Dia berdiri di
Annika menyahut sama lirihnya, "Kamu mau aku tanya apa?"Zakki menarik Annika mendekat. Cengkeraman tangannya begitu erat hingga wanita itu sedikit kesakitan. Katanya, "Tanyalah padaku, kenapa aku nggak masuk!""Kenapa kamu nggak masuk?" tanya Annika, menuruti mau Zakki. Namun, sebelum Zakki menjawab, Annika meneruskan, "Zakki, dulu kamu nggak punya fobia sosial. Kamu bebas mau pergi atau nggak .... Aku nggak bisa terus-terusan menjaga perasaanmu, terus-terusan menebak apa kamu akan marah atau nggak. Kalau begini terus, kita berdua bakal sama-sama lelah."Annika akhirnya mengutarakan unek-uneknya. Hanya saja, dia merasa sedikit menyesal. Dia pun memanggil Zakki dengan nada yang lebih lembut.Zakki tidak memberi Annika kesempatan untuk bicara lebih banyak. Dia melepaskan cengkeraman tangannya, lalu mundur ke dekat jendela, membiarkan kegelapan melingkupinya. Kemudian, dia berkata dengan sangat lirih, "Annika, kadang cinta juga bisa membunuh."Annika hanya berjarak satu langkah dari Zakk