Satya menatap wajah Clara yang memerah.Clara masih muda, dia tidak memiliki pengalaman. Dia tidak bisa menutupi ataupun mengendalikan diri.Clara sering kewalahan meladeni Satya yang tidak cukup hanya sekali. Ditambah, Satya sudah satu minggu tidak pulang ke rumah.Saking kelelahannya, Clara sampai pingsan melayani gairah Satya.Satya menatap wanita yang terbaring di atas sofa. Clara memang tampak menyedihkan.Kemudian Satya merapikan pakaiannya, lalu menggendong Clara ke kamar yang ada di lantai dua. Satya tidak mungkin memandikan Clara, dia tidak pernah memperlakukan Clara dengan romantis.Satya menaruh Clara ke atas tempat tidur dan menyelimutinya, lalu masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri.Satya puas setelah melampiaskan gairahnya.Ketika Clara sadarkan diri, Satya sudah berganti pakaian dan siap-siap pergi. Clara langsung bangun dan berlutut di atas tempat tidur, dia bertanya dengan hati-hati, "Kamu mau pergi lagi?"Satya tersenyum menggoda sambil mencubit lembut pipi Cla
Clara duduk di meja makan berlapis keramik nan mewah.Clara memegang ponselnya dan menatap berita itu hingga melamun.Tiba-tiba Clara menerima sebuah pesan dari orang asing.[ Halo, Clara! Aku Davin, apakah aku boleh mengajakmu berkenalan? ]Clara membaca pesan itu. Tiba-tiba, dia ingin tahu bagaimana rasanya dicintai.[ Boleh. ]....Tiga hari kemudian, pelayan menelepon Satya. Beberapa hari ini Clara pulang menggunakan transportasi umum."Akhir-akhir ini suasana hati Nona Clara kurang bagus," pelayan melaporkan."Em," Satya hanya menjawab singkat. Setelah menutup teleponnya, dia memanggil sekretarisnya, "Gracia, ke sini sebentar."Tak berapa lama, sekretaris Satya yang cantik datang menghadap. "Pak Satya, ada apa?"Satya bersandar sambil mengulurkan tangan untuk mengusap rambut Gracia yang hitam dan lembut. "Tolong cek jadwal Clara hari ini."Gracia tersenyum. "Baik, Pak."Gracia sangat gesit. Setelah mendapatkan jadwal, dia langsung melaporkannya kepada Satya, "Pak, hari ini Nona Cl
Clara meringkuk di sudut mobil.Biasanya, Clara mungkin akan ketakutan dan menangis. Namun, hari ini dia berani membalas tatapan Satya dan bertanya, "Kalau tidak mencintaiku, untuk apa menikahiku?"Sebenarnya jawabannya mudah. Kalau ingin balas dendam, Satya bisa menceritakan semuanya kepada Clara dan menyaksikan ekspresinya yang menyedihkan.Namun Satya tidak melakukannya. Sebaliknya, Satya malah marah dan membuang puntung rokoknya.Satya tidak berbicara di sepanjang perjalanan. Sesampainya di rumah, Satya langsung melepaskan ikat pinggangnya dan menyeret Clara masuk ke dalam rumah.Clara tahu apa yang ingin dilakukan Satya. "Nggak, nggak mau ...."Satya tidak memedulikan teriakan Clara, dia tetap menariknya masuk ke kamar dan melemparkannya ke atas tempat tidur.Satya ingin menghukum Clara. Satya melepaskan pakaian Clara dan menyiksanya.Satya meruntuhkan harga diri Clara.Clara tidak mengenakan sehelai benang pun, sementara Satya masih berpakaian rapi. Kemudian Satya menindih tubuh
Wajah Clara sontak memucat. Dia menundukkan kepala sambil mengusap perutnya.Clara tidak percaya, apakah dia benar-benar hamil? Namun, suaminya malah bertanya, "Anak siapa?"Selain anak Satya, memangnya anak siapa lagi? Masa anak Davin?Selama dua tahun terakhir, Clara benar-benar mencintai Satya. Namun seiring waktu, terutama saat melihat foto Satya berciuman dengan wanita lain, Clara tahu kalau Satya tidak mencintainya.Clara tidak bodoh, dia pernah menyelidikinya.Sekretarisnya Yoyok pernah menasihati Clara untuk menjauhi Satya. Katanya, Yoyok dan Satya bermusuhan. Namun, Clara malah menikah dengan Satya setahun yang lalu.Clara tidak mengerti. Dia mengusap perutnya sambil membungkukkan badan dan bergumam, "Satya, kamu mau anak ini?"Pertanyaan ini sulit dijawab. Melihat Satya yang diam saja, Clara pun mengetahui jawabannya.Satya curiga kalau anak yang dikandung Clara bukanlah darah dagingnya. Jadi, cara terbaik adalah menyuruh Clara untuk menggugurkannya. Kalaupun Satya tahu Clara
Meskipun tahu Clara sedang hamil, Satya masih melakukan hubungan dengan kasar.Tempat tidur mengeluarkan suara derak. Saking kuatnya, lukisan yang tergantung di atas dinding sampai jatuh.Namun Satya tidak peduli, dia terus menghantam tubuh Clara sambil memeluknya."Jangan, jangan ...." Clara menangis kesakitan.Meskipun dulu bersikap dingin, Satya tidak pernah bertindak sekasar ini. Satya yang sekarang terlalu menakutkan.Satya tidak melewatkan satu inci pun bagian tubuh Clara. Dia menggunakan segara cara untuk melampiaskan kemarahannya.Clara tidak tahan, dia pun menangis sampai pingsan.Akhirnya Satya berhenti. Dia berbaring di samping sambil menutup matanya.Satya terengah-engah membayangkan tindakannya barusan. Sebenarnya, apa yang membuat Satya marah? Dendamnya pada Yoyok atau karena Clara berselingkuh dengan pria lain?Clara tampak bahagia saat bersama pemuda itu. Berbeda jauh saat Clara dan Satya pertama kali pacaran.Apakah Clara bersikap semanis itu kepada semua pria? Apakah
Satya memandang Davin dengan tenang.Walaupun babak belur, sebenarnya Davin memiliki wajah yang anggun dan tampan.Satya berbicara sambil tersenyum, "Cuma gandengan? Pakai tangan yang mana?"Sembari bicara, Satya beranjak ke samping untuk mengambil tongkat.Davin menatap tajam pria yang berdiri di hadapannya. Sampai saat ini, dia masih tidak percaya Clara mau dinikahi pria ini.Clara adalah wanita yang lembut dan baik hati, sedangkan suaminya kejam dam tidak berperikemanusiaan.Davin menggertakkan giginya. "Aku tidak pernah menodai kehormatan Clara. Kamu mungkin sudah memiliki tubuhnya, tapi tidak hatinya. Cepat atau lambat, Clara akan melarikan diri dari kamu!"Satya membaca informasi mengenai data diri Davin. Belajar ilmu filsafat?Satya tertawa sambil mengenakan sarung tangan dan kacamata, lalu mengayunkan tongkatnya tanpa banyak bicara."Ah!" Davin menjerit, kedua tangannya lumpuh."Ini harga yang harus kamu bayar." Satya tersenyum puas. "Hidup atau mati, kamu yang tentukan sendiri
"Kak!" Annika terbangun dari mimpi buruknya.Sesaat membuka mata, suasana di sekeliling tampak gelap.Annika memimpikan Satya dan Clara. Sikap Satya mulai berubah, tetapi akhirnya Satya dan Clara tetap harus berpisah. Satya dan Clara mengalami seperti yang dialami Annika dan Zakki.Annika memeluk dirinya sendiri, sekujur tubuhnya bergetar. Mimpi itu terasa sangat nyata.Sesaat mengangkat kepala, Annika melihat Zakki yang duduk di kursi roda dan mengenakan piyama berwarna putih."Ariel baik-baik saja," kata Zakki dengan lembut."Aku tahu." Annika menatap Zakki, seakan memohon untuk memeluknya. Annika sangat gelisah, dia ketakutan.Untuk pertam akalinya, Annika meminta kepada Zakki, "Zakki, aku mau peluk."Suasana di dalam kamar gelap, sorotan mata Zakki tidak terlihat jeals.Annika mengira kalau Zakki akan pergi, tenyata Zakki malah menarik Annika ke pangkuannya."Kaki mati rasa, aku tidak akan kesakitan," ucap Zakki dengan setengah berbisik.Setelah beberapa saat, Zakki mengecup sambil
Annika ingin tahu, apakah Zakki serius dengan ucapannya?Zakki membalas tatapan Annika.Mereka pernah menjadi suami istri, mereka mengenal satu sama lain. Annika tahu bahwa Zakki masih mencintainya, makanya dia masih mengunjungi Vila Kusnadi dan bersedia melakukan hubungan suami istri.Walaupun kelelahan, Annika masih bersedia memuaskan Zakki. Kalau bukan cinta, lantas apa namanya?Hati Zakki terasa berkecamuk. Mereka pernah mencintai, tetapi tidak pernah "saling" mencintai. Dulu Annika mencintainya, tetapi Zakki malah bersikap dingin. Sekarang saat Zakki mencintainya ... mereka tidak ditakdirkan untuk bersama.Setiap melihat kakinya, harapan di hati Zakki terasa pupus. Pada akhirnya, yang tersisa cuma sedih dan penyesalan.Zakki menatap ekspresi Annika yang tampak sedih. Meskipun tidak tenaga, dia tidak mau menyusahkan Annika. "Annika, apakah menurutmu masih ada harapan di antara kita? Aku mencintaimu, tapi kamu sudah punya pacar. Cinta gampang diucapkan, tapi tidak mudah dilakukan. L