Setelah melewati persimpangan jalan, Justin memberhentikan mobilnya di pinggir jalan."Kamu lagi memikirkan dia?" Justin bertanya kepada Annika.Annika tidak mau mengaku, dia menjawab dengan cepat, "Nggak.""Klik." Tiba-tiba Justin membuka sabuk pengaman, lalu mencondongkan tubuh untuk mengecup Annika.Reaksi alami manusia tidak dapat dibohongi. Annika menahan tubuh Justin secara spontan.Annika sendiri bahkan tercengang menyadari reaksinya. Bukankah normal bagi sepasang kekasih berciuman? Namun, kenapa Annika merasa tidak nyaman setiap bermesraan dengan Justin?Annika memalingkan wajah, dia terlihat agak canggung.Justin mendekatkan wajahnya ke pipi Annika. Saking dekatnya, Annika bisa merasakan embusan napas Justin. Seharusnya Annika merasakan getaran cinta, tetapi nyatanya tidak ...."Hem, kamu masih nggak mau ngaku?" Justin tersenyum.Annika ingin menjawab, tetapi Justin menutup bibirnya dengan lembut. Annika dapat merasakan kasih sayang Justin. Daripada pacaran, hubungan mereka le
[ Surat perjanjian itu cuma formalitas, aku hanya bercanda. Aku tidak mencintaimu. ]....Suara-suara tersebut terasa bergema di telinga Annika.Annika mengangkat wajahnya yang berlinang air mata. Di saat bersamaan, langit cerah berganti menjadi awan mendung. Gerimis pun turun membasahi tubuhnya.Annika tidak peduli meski kehujanan. Setidaknya, hujan yang dingin bisa memadamkan sedikit kegelisahannya.Annika berjalan di tengah derasnya hujan. Tiba-tiba dia teringat dengan ucapan Yunita. "Kamu benaran mengira Pak Zakki mencintai wanita lain? Kamu serius mengira dia tega mencampakka anaknya demi bersama wanita lain?"Tiba-tiba Annika berhenti di tengah jalan. Dia menatap ke sebuah toko gaun yang berada di ujung jalan.Melalui kaca jendela, Annika melihat seorang wanita yang sedang memilih gaun pernikahan. Wanita itu ditemani seorang pria tampan, mereka kelihatan sangat mesra.Annika membelalak, dia menatap tajam pria dan wanita yang berada di dalam toko gaun. Wanita itu bukan orang lain,
Pelayan menyajikan dua cangkir teh hangat, tetapi Annika tidak meminumnya. Dia menatap Chika dengan tajam.Chika memikirkan kata-kata yang hendak dilontarkan, dia berusaha mengingat kembali semua yang terjadi saat itu."Waktu itu Dania menghubungiku, katanya Zakki mau mengajakku kerja sama," ucap Chika sambil mengangkat cangkir teh, lalu menyesapnya.Kemudian Chika tersenyum pahit dan lanjut bercerita, "Saat itu, aku masih membenci Zakki, mana mungkin aku mau menerima tawarannya? Tapi Dania memberikanku penawaran yang fantastis, dia menawarkan proyek senilai triliunan. Aku langsung berubah pikiran, aku nggak mungkin menolaknya.""Dania membawaku ke rumah sakit untuk menandatangani kontrak. Saat pertama kali ketemu Zakki, kondisinya lebih parah daripada sekarang. Waktu itu dia cuma bisa berbaring di tempat tidur, seluruh tubuhnya nggak bisa digerakkan. Tapi apakah kamu tahu? Tatapannya terlihat tenang, dia melakukan semuanya dengan sukarela." Mata Chika berkaca-kaca setiap mengingatnya.
Jony baru meninggalkan ruangan Zakki.Jony mengatakan bahwa obatnya masih dalam proses pengembangan. Dia juga meminta Zakki agar tidak putus asa.Zakki tidak menyerah, hanya saja tidak tahu berapa lama lagi tangan kananya baru bisa bergerak? Berapa lama lagi dia bisa kembali berdiri dan berjalan?Setiap suasana hati Zakki buruk, tidak ada pelayan yang berani mengganggunya. Akan tetapi, hari ini pengecualian.Terdengar suara mobil yang berhenti di halaman dengan diiringi suara langkah kaki yang tergesa-gesa.Bi Rini menggedor pintu ruangan Zakki. "Tuan, Nyonya datang!"Zakki mengira kalau nyonya yang dimaksud adalah Dian."Suruh dia menunggu di ruang tamu, aku segera turun," Zakki memerintahkan.Namun Bi Rini tidak menjawab. Zakki pun mengertukan alis.Ketika Zakki hendak beranjak ke depan pintu, tiba-tiba seseorang membuka pintu ruangan dan menerobos masuk.Zakki terkejut melihat Annika yang muncul dalam keadaan basah kuyup. Biasanya Annika selalu berpenampilan elegan, tetapi hari ini
Zakki tidak menolak, tetapi juga tidak langsung menerima. Dengan bantuan cahaya lampu, Zakki menatap wanita yang berada di dalam pelukannya. Tubuhnya yang basah kuyup tampak seksi dan menggoda.Tentu saja ada perasaan yang menggelitik Zakki. Akan tetapi, dia tidak mau membiarkan perasaan ini menguasai hatinya.Ketika Annika memeluknya, Zakki meraih pergelangan tangan Annika dan meremasnya dengan kuat. Tulang-tulang Annika terasa remuk, Zakki sama sekali tidak memperlakukannya dengan lembut.Zakki sengaja memperlakukan Annika dengan kasar, dia juga berbisik dan melontarkan kata-kata yang kasar, "Kamu merasakan kenikmatan? Apakah kamu tahu bagaimana rasanya menjalani rumah tangga bersama orang cacat? Kamu harus inisiatif. Setelah puas, kamu juga harus membersihkan tubuhku. Aku cacat, aku tidak bisa memuaskanmu. Kamu masih mau? Kalau mau, ayo, kita lanjutkan."Annika tahu, Zakki pasti sengaja berbicara seperti itu untuk mengusirnya. Bagaimanapun mereka pernah mengarungi bahtera rumah tang
Annika terus bergumam, "Zakki, nggak. Aku nggak melakukannya!"Bi Rini membereskan tempat tidur sambil bergumam, "Hah, apa yang dilakukan pada Nyonya? Lagi pingsan pun masih memikirkan Tuan."Zakki melirik ke arah pintu. "Pergilah. Kalau Dania datang, segera antar dia naik."Bi Rini pun menutup mulutnya dan pergi.Sekitar setengah jam kemudian, Dania dan dokter bergegas ke kamar untuk memeriksa Annika.Tadi Dania tidak berani banyak bertanya saat di telepon. Namun sesaat melihat Annika pun, Dania tetap tidak berani ikut campur.Dokter memeriksa kondisi Annika, lalu memberikan suntikan pereda demam sambil menjelaskan, "Pasien demam tinggi, jangan berhubungan suami istri dulu. Lain kali tolong lebih diperhatikan. Kalau parah, nyawa bisa melayang."Meskipun Zakki tidak terima, dia berusaha menahan emosinya.Dokter sudah pergi, tetapi Dania masih berada di kamar. Dia menyeka keringat Annika sambil bertanya kepada Zakki, "Dia sudah tahu?""Apakah aku perlu menghubungi Chika?" tanya Dania de
Annika menatap Zakki. Kondisi yang masih lemah membuat suaranya Annika terdengar serak. "Tapi ... kita nggak sampai berhubungan.""Kita sudah berhubungan." Zakki mendorong kursi rodanya sendiri ke samping Annika. Nada bicara Zakki terdengar tenang, seperti hujan badai yang sudah reda. "Walupun tidak sampai klimaks, masih kemungkinan kamu bisa hamil."Annika mengambil botol obat yang diberikan Zakki. Annika memperhatikan tulisan botol yang familier, dia teringat dengan berbagai kenangan mereka dulu.Setelah beberapa lama, Annika kembali menatap Zakki dan berkata dengan tegas, "Zakki, aku bukan wanita lemah yang harus bergantung padamu lagi. Iya, kita memang sudah melakukan hubungan, tapi aku punya hak untuk menentukan pilihanku sendiri. Aku berhak memilih mau atau nggak mau meminum obat ini. Memangnya kamu siapa berhak memaksaku? Kamu memaksaku sebagai mantan suami atau pria yang menjalin cinta satu malam bersamaku?"Setelah bicara, Annika membuang obat itu ke tong sampah. "Kalaupun aku
Kemeja dan manset itu sudah usang, tetapi Zakki tidak rela membuangnya. Dia menempat pakaian itu di tempat istimewa.Annika mengeluarkan pakaian itu dari lemari. Dia menatapnya cukup lama.Tiba-tiba tangisan Annika pun pecah. Zakki masih berani mengatakan bisa hidup tanpanya? Zakki masih berani mengatakan mau menikahi wanita biasa? Buktinya, selama ini Zakki bahkan melajang. Dia melewati beberapa tahun ini dengan ditemani tubuhnya yang cacat.Zakki menyuruh Annika untuk memulai kehidupan baru, sementara Zakki sendiri mengurung diri di kamar ini.Zakki jelas mencintai Annika! Dia berbohong!Dada Annika terasa sesak, segala macam perasaan bercampur jadi satu.Annika teringat dengan sikap dingin Zakki di malam pertama. Setiap hari Annika menghabiskan waktu untuk mengurus Zakki. Annika menyetrika dan menyiapkan pakaian Zakki.Dulu, Annika pernah bahagia menjalani hari-harinya sebagai istri Zakki.Waktu sudah berlalu, tetapi yang dirasakan Annika masih sama.Sembari berlinang air mata, Anni