Apakah Zakki ada di rumah?Annika beranjak keluar, tatapannya terus tertuju kepada 2 mobil yang sering digunakan Zakki.Sesaat melihat Annika, pelayang bergegas menghampiri dan menyapa, "Nyonya sudah pulang."Annika tersenyum. "Tidak perlu memanggilku nyonya, panggil Annika saja.""Apakah Zakki ada di rumah?" Annika lanjut bertanya.Pelayan tidak berani menjawab. Tanpa pikir panjang, Annika langsung beranjak masuk ke dalam rumah. Dia kaget melihat sosok yang sedang duduk di ruang tamu .... Chika ada di sini?Ekspresi Annika sontak berubah, wajahnya memucat. Chika sama sekali tidak kaget melihat kedatangan Annika.Chika menyapa Annika dengan ramah, tetapi auranya seolah menegaskan kalau dirinya yang berkuasa di rumah ini. "Barangmu dan Ariel sudah dirapikan, ada di kamar. Ayo, aku antar. Tapi kita jangan terlalu ribut, akhir-akhir ini Zakki lagi sibuk mengurus sebuah proyek. Dia sudah beberapa hari tidak tidur, sekarang lagi istirahat."Chika tersenyum lembut, dia tampak seperti seorang
Zakki menjawab dengan datar, "Supaya dia membenciku."Zakki menatap Chika dan berbalik tanya, "Kamu lihat sendiri keadaanku, masa aku masih harus memberikannya harapan dan menyuruhnya untuk merawatku seumur hidup? Daripada sakit di kemudian hari, lebih baik sakit sekarang. Ini akhir yang baik untuk siapa pun."Chika tersenyum dingin. "Baik untuk siapa pun? Memangnya kamu tahu apa yang dia pikirkan? Jelas-jelas kemarin kamu memperlakukannya dengan baik, terus sekarang tiba-tiba malah meniduri wanita lain. Dia pasti bakal berpikir ke mana-mana. Zakki, kamu nggak pernah pikir, bagaimana kalau suatu hari nanti kamu sembuh dan ingin mengejarnya lagi? Dia nggak bakal mau kembali bersamamu, atau mungkin dia sudah menjadi milik orang lain."Zakki terdiam sejenak, lalu menjawab, "Aku rela."Zakki menggunakan tangan kiri untuk mendorong kursi rodanya kembali ke kamar.Chika menatap punggung Zakki, matanya tampak berkaca-kaca. Chika sudah kalah, dia kalah telak. Dia tidak pernah menyangka kalau Z
Zakki menyadari kondisinya. Untuk bergerak saja susah, apalagi mengejar Annika ke bandara?Lantas, apakah Zakki harus mengatakan bahwa dirinya menjadi seperti ini demi Ariel? Sebenarnya dia tidak berpacaran dengan Chika, lalu meminta Annika untuk kembali ke sisinya dan merawatnya?Zakki tidak tega ....Annika sedang hamil, mereka akan segera memiliki anak kedua. Annika pasti akan menjadi ibu yang baik, Ariel juga segera memiliki saudara. Zakki ingin melihat mereka bahagia."Zakki, kenapa kamu masih merasa tidak adil?" Zakki bergumam sambil berbaring di lantai.Setelah menenangkan diri, Dania membuka pintu kamar dan masuk kembali. Begitu membuka pintu, dia kaget dan berteriak, "Zakki!"Dania bergegas memapah Zakki ke atas kursi roda. Zakki kesakitan sampai meneteskan keringat."Aku ... aku akan menghubungi dokter," ucap Dania dengan suara gemetar. Hatinya remuk melihat kondisi Zakki.Namun Zakki menahan Dania. Zakki menatap lembaran foto USG yang terjatuh di lantai sambil berkata, "Tida
Dian tidak dapat menahan tangisnya di hari bahagia ini.Dian menyesali perbuatannya. Seandainya dulu dia tidak memperlakukan Annika dengan buruk, rumah tangga Zakki dan Annika tidak akan hancur seperti sekarang ...."Aku yang memperlakukannya dengan buruk," ucap Zakki. Dia menatap Dian, lalu berbicara dengan pelan, "Bu, sekarang Annika sudah bahagia, jangan mengganggunya lagi. Setelah anak-anak besar, Annika masih bisa menemukan pria yang lebih baik. Cepat atau lambat, dia akan memiliki kehidupan sendiri."Dulu Zakki adalah pria yang arogan dan percaya diri, tetapi sekarang dia malah menyerahkan Annika pada orang lain.Perasaan Dian diliputi kesediahm. Ketika Dian sedang menenangkan diri, pelayan datang membawakan sup bunga teratai. Dian mengambil sup tersebut, lalu mengaduknya untuk menyuapi Zakki. "Zakki, ayo, tinggal di rumah Ibu. Biar Ibu bisa merawatmu."Sejahat-jahatnya Dian, Zakki adalah putranya sendiri. Dian tidak tega melihat kondisi putranya.Zakki mengambil mangkuk sup dan
Annika menjawab dengan suara pelan, "Sania berencana memindahkan bisnisnya ke Kota Brata."Melisa mengetahui insiden yang menimpa Faisal. Melisa dan Faisal pernah berkomunikasi beberapa kali.Melisa menggenggam tangan Annika. "Kalau Sania memang jadi pindah ke sini, hubungi aku kalau butuh bantuan. Aku pasti akan membantunya.""Terima kasih." Annika tersenyum.Melisa dan Annika sedih setiap mengingat musibah yang menimpa Sania.Di saat bersamaan, seorang pelayan menghampiri. "Nyonya, ada tamu penting yang sudah datang."Melisa terpaksa berpamitan kepada Annika. "Akhir-akhir ini aku lagi coba menjalin hubungan dengannya. Aku harus mengundangnya beberapa kali untuk membujuknya datang. Aku tinggal sebentar, ya! Anggap saja rumah sendiri, jangan sungkan."Annika mengangguk sambil tersenyum. Setelah Melisa pergi, Annika ingin berjalan-jalan di sekitar taman yang sepi.Begitu membalikkan badan, Annika melihat ... Zakki!Zakki duduk di kursi roda. Dari belakang, tubuhnya memancarkan aura yang
Annika tidak melanjutkan ucapannya.Annika merasa tidak pantas, lagi pula Zakki sudah tidak menginginkannya. Annika masih marah, kenapa Zakki tega mencampakkannya dan Ariel?Akan tetapi, Annika tidak mau menjual kesedihan. Dia menenangkan emosinya, lalu menjelaskan dengan pelan, "Nggak ada gunanya membicarakan semua ini. Jangan menyesali keputusan yang kamu buat. Berhenti membicarakan masalah perasaan, sudah nggak ada perasaan di antara kita.""Apalagi ... aku sudah punya pacar." Annika menundukkan kepala.Zakki tercengang mendengarnya. Dia menatap Annika, seakan tidak memercayai ucapannya.Zakki sulit menerima kenyataan ini, Annika sudah punya pacar?Kedua mata Annika berkaca-kaca, dia balik bertanya, "Bukankah wajar? Dia menyayangi aku dan anak-anak. Aku merasakan kecocokan di antara kami."Maksud Annika, dia menyukai pria itu.Zakki tercengang selama beberapa saat, lalu bertanya, "Siapa orangnya?""Justin," jawab Annika.Jawaban Annika di luar dugaan. Setelah berpisah, Zakki mengira
Annika menggenggam jas yang dikenakan. Bahan jas yang lembut menyentuh kulitnya.Ketika Justin bertanya, Annika pun tersadar saat menyadari kehangatan embusan napasnya."Nggak." Annika menggelengkan kepala.Justin memeluk tubuh Annika yang ramping. Annika seperti sekuntum bunga yang dicintai, mereka tampak sangat serasi.Zakki yang duduk di kursi roda hanya bisa memperhatikan mereka dari kejauhan. Sorotan matanya tampak sendu, ada perasaan campur aduk yang bergejolak di dalam.Ketika melihat Annika yang berada di dalam pelukan Justin, Zakki tidak tahu apakah dia harus bersedih atau ikut bahagia?Zakki menyaksikan kemesraan Annika dan Justin. Wanita yang dicintainya telah menjadi milik orang lain ........Setelah Annika berpamitan kepada Melisa, Justin mengantar Annika sampai ke mobil.Begitu Annika masuk ke mobil, Justin mencondongkan sedikit tubuhnya dan menatap Annika dengan lembut. "Jangan tidur malam-malam. Aku akan menghubungimu besok."Annika mengembalikan jas Justin. "Nggak sop
"Berhenti!" Annika memerintahkan.Sopir segera menghentikan mobil di pinggir jalan, lalu menoleh ke belakang sambil bertanya kebingungan, "Ada apa, Nona?"Annika menjawab, "Aku mau cari angin segar. Kamu pulang duluan saja."Sesaat melihat Vila Kusnadi yang berada tak jauh dari sana, sopir langsung mengetahui pikiran Annika. Sopir bertanya dengan sopan, "Nona mau mengunjungi rumah lama? Kalau begitu, aku tunggu di sini saja."Annika tersenyum. "Tidak perlu, nanti aku naik taksi."Walaupun ragu, sopir terpaksa menuruti perintah Annika. Sopir keluar dan membukakan pintu untuk Annika sambil berkata, "Tenang saja, aku tidak akan memberi tahu Tuan Justin."Annika agak kaget, tetapi dia tidak mau menjelaskan apa-apa, lalu mengambil jasnya dan berjalan ke arah Vila Kusnadi.Bulan malam ini sangat indah.Annika berjalan menelusuri jalanan setapak sambil menatap Vila Kusnadi yang tampak menyedihkan.Sesampainya di depan gerbang, Annika mengangkat kepala dan menatap plakat Vila Kusnadi yang terg