Zakki tahu kalau Annika masih mencintainya. Hanya saja, kebencian yang amat besar membuat Annika enggan mengakuinya.Jika Annika sudah tidak memiliki perasaan, kenapa dia membiarkan Zakki menyentuhnya?Namun Zakki hanya bisa menyimpannya di dalam hati, dia tidak mungkin menanyakannya kepada Annika.....Ketika kembali ke tempat tidur, Annika berbaring di samping Ariel.Mereka sudah berbaring cukup lama, tetapi Annika sulit terlelap. Setelah semua yang terjadi malam ini, Annika yakin kalau hubungan mereka sedikit berubah. Hanya saja dia tidak mau mengakuinya.Karena Zakki tidak membahas, Annika pun tidak akan mengungkitnya. Annika berpikir, kelak mungkin dia masih akan meninggalkan Zakki.Annika yang sekarang berbeda dengan Annika yang dulu. Terdapat banyak rasa sakit dan kesedihan yang membentang di antaranya dan Zakki. Mana mungkin Annika kembali bersama Zakki hanya karena kenikmatan beberapa malam?Tiba-tiba Zakki menggenggam tangan Annika, lalu bertanya dengan suara serak, "Lagi pik
Kemudian Syamsul menoleh ke belakang dan bertanya, "Tuan Zakki, apakah Anda mau menemuinya?""Hmm? Maksudmu Raditya?" tanya Zakki dengan ekspresi datar.Syamsul tidak berani menjawab.Zakki membuka kaca jendela, lalu menoleh ke samping. Dia melihat Raditya yang berdiri tak jauh dari sana.Raditya yang sekarang tampak lebih tua daripada sosok yang ada di dalam ingatan Zakki. Raditya masih mudah saat meninggalkan keluarganya.Zakki dan Raditya saling memandang. Raditya memperhatikan wajah putranya.Hari ini Zakki akan mengadakan rapat pemegang saham perusahaan. Dia mengenakan jas yang mewah, wajahnya gagah, dan berkharisma. Wajah Zakki saat kecil dan sekarang sudah berbeda.Tatapan mata Zakki tampak dingin, dia menatap Raditya seperti menatap orang asing.Tangan Raditya bergetar, dia ingin memanggil nama Zakki. Namun, Zakki tidak memberikannya kesempatan."Kamu sudah memilih untuk pergi, kenapa sekarang kembali? Sudah tua dan butuh dinafkahi?" Sembari bertanya dengan ekspresi dingin, Zak
Alat tes kehamilan hanya menunjukkan sebuah garis merah.Annika tertegun selama beberapa saat. Dia sulit menerima kenyataan ini. Ternyata dia tidak hamil.Annika dan Zakki masih memiliki waktu 2 bulan. Dalam 2 bulan ini, Annika harus hamil, dia merasa agak tertekan.Annika cukup lama mengurung diri di dalam toilet.Zakki sedang menemani Ariel bermain. Begitu mendengar suara langkah kaki, Zakki langsung menoleh ke arah Annika. Sesaat melihat ekspresi Annika, Zakki sudah bisa menebak hasilnya.Hanya saja, Zakki dan Annika tidak leluasa membicarakannya di depan Ariel.Setelah Ariel tidur, Zakki pun mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, Zakki melihat Annika yang sedang merapikan rambut di depan meja rias.Di bawah pencahayaan lampu berwarna kuning, tubuh Annika terlihat sangat ramping. Annika sama sekali tidak kelihatan seperti wanita yang pernah melahirkan.Zakki menghampiri Annika, lalu bersandar di samping meja rias sambil bertanya, "Sudah tes? Tidak hamil?"Annika mengangguk. "Em, has
Zakki mengusap dagu Annika, simpul tenggorokan yang bergulir membuat suaranya terdengar serak dan seksi. "Ini adalah jalur parkiran basemen yang khusus disiapkan untukku. Tidak akan ada orang lain yang ke sini. Tapi kalau kamu tidak nyaman, kita bisa ke kantor atau hotel."Meskipun kata-katanya terdengar pengertian, tubuhnya menyiratkan keinginan sebaliknya. Zakki sudah tidak sabar, dia menuntun tangan Annika untuk membuka ikat pinggangnya.Kali ini bukan demi anak, tetapi untuk diri mereka sendiri, untuk gairah dan keinginan tubuh.Zakki berbisik di telinga Annika, "Aku sering merindukanmu. Saking rindunya, seluruh tubuhku terasa sakit."Selama beberapa tahun ini, Zakki sering merindukan Annika di malam hari. Kata-kata yang dilontarkan selanjutnya agak vulgar, tetapi pria senang melakukannya sambil membahas hal-hal yang membangkitkan gairah. Mereka sudah beberapa kali melakukan hubungan. Kali ini, Zakki merasa Annika lebih cepat mencapai puncak kenikmatan."Zakki ...." Annika menggigi
Meskipun beberapa tahun sudah berlalu, bagaimana mungkin Sania bisa melupakan anak yang pernah dikandungnya? Bagaimana dia bisa melupakan anaknya yang sudah tiada?Konyol! Sekarang, Evania malah mengandung anak Jeremy.Sania tidak terima ....Annika menoleh mengikuti arah pandang Sania. Begitu melihat Jeremy dan Evania, Annika langsung menggenggam tangan Sania untuk menghiburnya.Evania tidak sengaja melihat keberadaan Sania. Evania pun bangkit berdiri dan menghampirinya.Mungkin karena belakangan Jeremy memperlakukannya dengan baik, Evania jadi melunjak lagi.Evania menatap Sania dengan sinis. Evania tidak terima, Jeremy masih menaruh perasaan pada Sania."Kebetulan banget. Halo, Sania! Kita ketemu lagu," ucap Evania dengan nada sinis.Sania menatapnya dengan tajam. Rasanya Sania ingin menghajar wanita ini.Annika bersikap lebih tenang, dia tersenyum kepada Evania sambil berkata, "Iya, kebetulan banget. Kamu kelihatan lebih segar dan bahagia, ya?"Ekspresi Evania sontak membeku.Beber
Jeremy membalikkan badan dan pergi.Evania tersentak, lalu bergegas mengejarnya. "Jeremy!"Evania menemukan Jeremy di basemen. Jeremy berdiri di area merokok sambil mengisap sebatang rokok. Mata Jeremy terlihat agak memerah ....Saking marahnya, suara Evania sampai bergetar. "Kamu sedih gara-gara Sania sudah mau menikah? Jeremy, kalian sudah lama pisah, kenapa kamu masih memikirkannya? Ada begitu banyak wanita yang kamu tiduri, tapi kenapa kamu hanya memikirkan Sania? Apa hebatnya dia? Apakah dia sangat memuaskanmu di ranjang?""Plak!" Jeremy menampar Evania.Evania menatap Jeremy dengan tidak percaya. Setelah beberapa saat, Evania berteriak histeris, "Kamu menamparku? Jeremy, aku lagi mengandung anakmu!""Yang kamu kandung ... bukan anakku!" jawab Jeremy dengan suara dingin.Evania terkejut, dia panik mendengar jawaban Jeremy. "Kamu gila, ya? Apa yang kamu bicarakan?"Jeremy menatap tajam Evania dan mengisap rokoknya sambil tersenyum kecil. "Tiga tahun lalu aku sudah melalukan vasekto
Annika masih mengingat Raditya.Ketika Annika masih kecil, Keluarga Chandra dan Keluarga Ruslan pernah menjalin hubungan. Sesekali, Annika menemani kedua orang tuanya untuk bertamu ke rumah Keluarga Ruslan.Di dalam ingatan Annika, Raditya adalah pria yang lembut dan penyayang.Seandainya Raditya tidak meninggalkan keluarganya, Zakki mungkin akan tumbuh menjadi pria yang lembut.Raditya membuka pembicaraan, "Annika, bisa bicara sebentar?"Annika membuka pintu mobil dan keluar. Mereka berdiri berhadapan. Walaupun tidak akrab, mereka memiliki kerabat yang sama.Raditya tidak membahas masa lalu, dia hanya menanyakan kabar Zakki, Ariel, dan Lily.Annika terdiam sejenak, dia menjawab dengan nada lirih, "Nenek menunggumu sampai akhir hayatnya. Sebelum Nenek meninggal, dia masih memanggil namamu. Nenek mengira kalau Zakki adalah kamu. Setelah itu, dia baru bisa pergi dengan tenang. Kalau ada waktu, tolong kunjungi makam Nenek. Kalau boleh jujur, kehidupan Nenek terlalu berat."Raditya mengang
Annika merebut dokumen yang dipegang Zakki dan lanjut mengeceknya. "Ini bukan pekerjaan mereka. Mereka digaji bekerja untukmu. Kalau semua pekerjaanku dilemparkan ke mereka, lama-lama mereka pasti kesal. Lagi pula, bukannya kamu selalu membedakan urusan pribadi dan pekerjaan."Hati Zakki tergelitik melihat Annika yang bersikap ketus. Zakki pun tersenyum, lalu berbalik tanya, "Memangnya dulu aku orang seperti apa?"Annika meletakkan dokumennya. "Dulu kamu nggak kayak orang."Zakki tercengang mendengar jawabannya, lalu menundukkan kepala untuk mengecup bibir Annika. Meskipun hanya kecupan kecil, Annika langsung menolaknya. "Ada Ariel."Zakki mengurungkan niatnya. "Dia lagi fokus main, tidak akan melihat kita."Annika tidak menghiraukan Zakki, dia lanjut memeriksa dokumennya.Zakki menyukai suasana semacam ini. Dia mencari topik untuk mengajak Annika mengobrol. "Tadi Bibi Shinta membuatkanku pangsit."Di bawah sinar cahaya lampu, wajah Annika terlihat manis. Dia menjawab tanpa mengangkat