Alat tes kehamilan hanya menunjukkan sebuah garis merah.Annika tertegun selama beberapa saat. Dia sulit menerima kenyataan ini. Ternyata dia tidak hamil.Annika dan Zakki masih memiliki waktu 2 bulan. Dalam 2 bulan ini, Annika harus hamil, dia merasa agak tertekan.Annika cukup lama mengurung diri di dalam toilet.Zakki sedang menemani Ariel bermain. Begitu mendengar suara langkah kaki, Zakki langsung menoleh ke arah Annika. Sesaat melihat ekspresi Annika, Zakki sudah bisa menebak hasilnya.Hanya saja, Zakki dan Annika tidak leluasa membicarakannya di depan Ariel.Setelah Ariel tidur, Zakki pun mandi. Ketika keluar dari kamar mandi, Zakki melihat Annika yang sedang merapikan rambut di depan meja rias.Di bawah pencahayaan lampu berwarna kuning, tubuh Annika terlihat sangat ramping. Annika sama sekali tidak kelihatan seperti wanita yang pernah melahirkan.Zakki menghampiri Annika, lalu bersandar di samping meja rias sambil bertanya, "Sudah tes? Tidak hamil?"Annika mengangguk. "Em, has
Zakki mengusap dagu Annika, simpul tenggorokan yang bergulir membuat suaranya terdengar serak dan seksi. "Ini adalah jalur parkiran basemen yang khusus disiapkan untukku. Tidak akan ada orang lain yang ke sini. Tapi kalau kamu tidak nyaman, kita bisa ke kantor atau hotel."Meskipun kata-katanya terdengar pengertian, tubuhnya menyiratkan keinginan sebaliknya. Zakki sudah tidak sabar, dia menuntun tangan Annika untuk membuka ikat pinggangnya.Kali ini bukan demi anak, tetapi untuk diri mereka sendiri, untuk gairah dan keinginan tubuh.Zakki berbisik di telinga Annika, "Aku sering merindukanmu. Saking rindunya, seluruh tubuhku terasa sakit."Selama beberapa tahun ini, Zakki sering merindukan Annika di malam hari. Kata-kata yang dilontarkan selanjutnya agak vulgar, tetapi pria senang melakukannya sambil membahas hal-hal yang membangkitkan gairah. Mereka sudah beberapa kali melakukan hubungan. Kali ini, Zakki merasa Annika lebih cepat mencapai puncak kenikmatan."Zakki ...." Annika menggigi
Meskipun beberapa tahun sudah berlalu, bagaimana mungkin Sania bisa melupakan anak yang pernah dikandungnya? Bagaimana dia bisa melupakan anaknya yang sudah tiada?Konyol! Sekarang, Evania malah mengandung anak Jeremy.Sania tidak terima ....Annika menoleh mengikuti arah pandang Sania. Begitu melihat Jeremy dan Evania, Annika langsung menggenggam tangan Sania untuk menghiburnya.Evania tidak sengaja melihat keberadaan Sania. Evania pun bangkit berdiri dan menghampirinya.Mungkin karena belakangan Jeremy memperlakukannya dengan baik, Evania jadi melunjak lagi.Evania menatap Sania dengan sinis. Evania tidak terima, Jeremy masih menaruh perasaan pada Sania."Kebetulan banget. Halo, Sania! Kita ketemu lagu," ucap Evania dengan nada sinis.Sania menatapnya dengan tajam. Rasanya Sania ingin menghajar wanita ini.Annika bersikap lebih tenang, dia tersenyum kepada Evania sambil berkata, "Iya, kebetulan banget. Kamu kelihatan lebih segar dan bahagia, ya?"Ekspresi Evania sontak membeku.Beber
Jeremy membalikkan badan dan pergi.Evania tersentak, lalu bergegas mengejarnya. "Jeremy!"Evania menemukan Jeremy di basemen. Jeremy berdiri di area merokok sambil mengisap sebatang rokok. Mata Jeremy terlihat agak memerah ....Saking marahnya, suara Evania sampai bergetar. "Kamu sedih gara-gara Sania sudah mau menikah? Jeremy, kalian sudah lama pisah, kenapa kamu masih memikirkannya? Ada begitu banyak wanita yang kamu tiduri, tapi kenapa kamu hanya memikirkan Sania? Apa hebatnya dia? Apakah dia sangat memuaskanmu di ranjang?""Plak!" Jeremy menampar Evania.Evania menatap Jeremy dengan tidak percaya. Setelah beberapa saat, Evania berteriak histeris, "Kamu menamparku? Jeremy, aku lagi mengandung anakmu!""Yang kamu kandung ... bukan anakku!" jawab Jeremy dengan suara dingin.Evania terkejut, dia panik mendengar jawaban Jeremy. "Kamu gila, ya? Apa yang kamu bicarakan?"Jeremy menatap tajam Evania dan mengisap rokoknya sambil tersenyum kecil. "Tiga tahun lalu aku sudah melalukan vasekto
Annika masih mengingat Raditya.Ketika Annika masih kecil, Keluarga Chandra dan Keluarga Ruslan pernah menjalin hubungan. Sesekali, Annika menemani kedua orang tuanya untuk bertamu ke rumah Keluarga Ruslan.Di dalam ingatan Annika, Raditya adalah pria yang lembut dan penyayang.Seandainya Raditya tidak meninggalkan keluarganya, Zakki mungkin akan tumbuh menjadi pria yang lembut.Raditya membuka pembicaraan, "Annika, bisa bicara sebentar?"Annika membuka pintu mobil dan keluar. Mereka berdiri berhadapan. Walaupun tidak akrab, mereka memiliki kerabat yang sama.Raditya tidak membahas masa lalu, dia hanya menanyakan kabar Zakki, Ariel, dan Lily.Annika terdiam sejenak, dia menjawab dengan nada lirih, "Nenek menunggumu sampai akhir hayatnya. Sebelum Nenek meninggal, dia masih memanggil namamu. Nenek mengira kalau Zakki adalah kamu. Setelah itu, dia baru bisa pergi dengan tenang. Kalau ada waktu, tolong kunjungi makam Nenek. Kalau boleh jujur, kehidupan Nenek terlalu berat."Raditya mengang
Annika merebut dokumen yang dipegang Zakki dan lanjut mengeceknya. "Ini bukan pekerjaan mereka. Mereka digaji bekerja untukmu. Kalau semua pekerjaanku dilemparkan ke mereka, lama-lama mereka pasti kesal. Lagi pula, bukannya kamu selalu membedakan urusan pribadi dan pekerjaan."Hati Zakki tergelitik melihat Annika yang bersikap ketus. Zakki pun tersenyum, lalu berbalik tanya, "Memangnya dulu aku orang seperti apa?"Annika meletakkan dokumennya. "Dulu kamu nggak kayak orang."Zakki tercengang mendengar jawabannya, lalu menundukkan kepala untuk mengecup bibir Annika. Meskipun hanya kecupan kecil, Annika langsung menolaknya. "Ada Ariel."Zakki mengurungkan niatnya. "Dia lagi fokus main, tidak akan melihat kita."Annika tidak menghiraukan Zakki, dia lanjut memeriksa dokumennya.Zakki menyukai suasana semacam ini. Dia mencari topik untuk mengajak Annika mengobrol. "Tadi Bibi Shinta membuatkanku pangsit."Di bawah sinar cahaya lampu, wajah Annika terlihat manis. Dia menjawab tanpa mengangkat
Annika dan Satya saling berpelukan. "Kak ...."Annika memeluknya erat sambil terisak, "Kok Kakak pulang lebih awal?"Shinta menyeka air matanya sambil menjawab, "Karena kamu ulang tahun, makanya Satya kembali lebih awal."Annika tahu, tanpa bantuan Zakki, mana mungkin Satya bisa pulang lebih awal? Zakki ingin memberikan kejutan untuk Annika, makanya dia sudah pergi sejak pagi.Tidak ada seorang pun yang membahas Zakki.Shinta sengaja menyiapkan air yang dicampur kembang tujuh rupa. Dulu Satya tidak memercayai mitos semacam ini, tapi demi ketenangan Shinta, Satya membasuh wajahnya menggunakan air yang telah disiapkan.Shinta menggenggam erat tangan Satya dan Annika, dia tidak dapat membendung air matanya. "Akhirnya Satya kembali. Akhirnya ayah kalian ... bisa tenang."Satya memeluk Shinta dan menenangkannya.Shinta menyeka air matanya. "Ayo, ke makam ayahmu dulu. Dia pasti merindukan kamu."Mata Satya berkaca-kaca. Di saat bersamaan, Ariel berlari ke samping Satya dan memanggilnya, "Pam
Pada malam hari, Annika mengantar Satya pulang.Untuk sementara, Satya tinggal di apartemen yang pernah ditempati Annika. Fasilitas di sini lengkap dan lokasinya juga strategis.Mobil berhenti di tengah lapisan kabut yang menyelimuti. Satya menggigit sebatang rokok tanpa menyalakannya.Satya menggenggam tangan Annika. Meski sudah berpisah selama 6 tahun, meski Annika sudah menjadi seorang ibu, ikatan persaudaraan mereka sama sekali tidak berubah. Bagi Satya, selamanya Annika tetap adalah adik kesayangannya."Kak," panggul Annika.Sekarang hanya ada Satya dan Annika, mereka membicarakan banyak hal, termasuk Zakki dan Yoyok.Satya memandang ke depan, ekspresinya tampak datar. "Dulu Ayah mengakuisisi sebuah perusahaan dengan cara ilegal. Secara tidak langsung, perusahaan itu pun bangkrut. Orang itu berutang banyak, dia terpaksa bunuh diri dan meninggalkan anak-anaknya. Ayah merasa bersalah, akhirnya Ayah diam-diam memberikan bantuan uang untuk anak-anaknya. Sang kakak menjadi orang yang s