Zakki berkata dengan nada mengejek, "Annika, sekarang kamu jadi begitu murah hati, ya!" Usai berkata begitu, dia meninggalkan Annika dan mandi air dingin.Setelah Zakki keluar dari kamar mandi 10 menit kemudian, dia melihat Annika telah membentangkan selimut tipis di sofa. Wanita itu tampaknya ingin tidur di sana malam ini. Zakki kesal melihatnya. Amarah yang baru saja mereda kembali berkobar. Tanpa banyak pikir, dia menggendong Annika dan melemparnya ke ranjang besar yang empuk. Setelah itu, dia menindih wanita itu di bawahnya.Annika membenamkan wajahnya di bantal. Zakki tidak berniat menyentuh Annika karena amarah masih menyesaki hatinya. Saat dia hendak minggir, ponsel Annika mendadak berdering. Ada notifikasi WhatsApp masuk.Zakki berujar sambil mengernyit, "Sudah semalam ini, siapa yang mengirimimu pesan?"Annika kesakitan karena ditindih barusan. Dia menyahut dengan nada kesal, "Apa pedulimu!"Zakki mendengus sebagai balasan. Sambil menahan bahu kurus Annika dengan satu tangan,
Tubuh Annika bergetar dalam pelukan Zakki. Memori selama tiga tahun terakhir yang tidak begitu indah memenuhi kepalanya. Tubuhnya hampir kehilangan kendali. Namun, saat Zakki hendak menyentuh Annika, ponselnya tiba-tiba berdering.Dengan tidak sabar, Zakki meraih ponsel itu dan melirik layar yang menampilkan panggilan dari Dania. Setelah mempertimbangkan sejenak, Zakki menjawab panggilan itu dengan nada kesal, "Ada masalah apa selarut ini?"Di ujung telepon, Dania berkata dengan nada cemas, "Pak Zakki, Shilla datang ke Kota Brata!"Zakki mengernyit pelan, lalu melirik Annika. Kemudian, dia segera bangkit dan melangkah ke luar untuk meneruskan percakapan. Hanya saja, Annika telah mendengar ucapan Dania tadi. Shilla sudah kembali ke Kota Brata. Zakki akhirnya membiarkan kekasihnya muncul di kota. Ini adalah penghinaan besar bagi Annika yang masih menyandang status sebagai "Nyonya Ruslan".Beberapa menit kemudian, Zakki masuk kembali dengan ekspresi yang sedikit tegang. Shilla terang-tera
Shilla mengepalkan tangannya. Namun, dia menunjukkan raut patuh dan menyahut, "Aku mengerti, Tuan Zakki!"Zakki berdiri dan berlalu dari situ. Di luar pintu, orang tua Shilla menunggu dengan sabar. Begitu melihat Zakki keluar, mereka mendekat dan hendak mengobrol dengannya. Namun, Zakki sudah memasuki lift sebelum mereka sempat mengucapkan apa pun. Setelah memelototi kedua orang itu, Dania lalu mengikuti Zakki ke lift.Hanya ada Zakki dan Dania di dalam lift. Lift terus turun ke lantai bawah, ditandai angka merah di layar LCD yang terus mengecil. Zakki tiba-tiba bertanya, "Kenapa kamu membawa Shilla ke Rumah Sakit Sejahtera? Seingatku, ayah Annika dirawat di rumah sakit ini."Jantung Dania berdebar, lalu dia buru-buru menjelaskan, "Pak Zakki, bukan saya yang mengaturnya. Waktu saya sampai di bandara, ambulans sudah membawa Shilla ke rumah sakit. Ngomong-ngomong, apa Pak Zakki akan menemani Shilla operasi besok?" "Usai kata-kata itu terlontar, pintu lift terbuka. Zakki keluar terlebih
Zakki mematikan mesin mobil setibanya di lantai pertama parkiran Grup Ruslan. Masih duduk di dalam mobil, dia mempertimbangkannya sesaat sebelum menghubungi nomor Annika. Annika menolak panggilan dan Zakki berhenti menelepon.Zakki menyandar ke jok kulit dan menyalakan sebatang rokok dalam diam. Pikirnya, Annika pasti marah. Zakki merenung lebih jauh. Apakah Annika marah dengan perlakuan kasarnya kemarin malam ataukah karena dia meninggalkannya di tengah malam? Ucapan Dania di telepon itu seharusnya terdengar oleh Annika.Zakki memegang ponsel dengan satu tangan sambil berpikir, haruskah dia mengirimi istrinya WhatsApp? Haruskah dia membujuk Annika? Namun, gagasan ini hanya terlintas sekilas di benaknya sebelum dienyahkan.Hal-hal seperti itu hanya dilakukan oleh pasangan yang saling mencintai. Zakki dan Annika sama sekali tidak cocok melakukannya. Lagi pula, dia tidak pernah mencintai Annika, baik di masa lalu, saat ini, maupun di masa depan.Setelah Zakki menyimpan ponselnya, Dania m
Ketika mendengar ucapan Roy yang sedikit provokatif, Zakki menyunggingkan senyum. Dia memberi isyarat kepada pramugolf untuk meletakkan bola, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan mulai memukul bola.Setelah bola itu mendarat, Zakki menuju ke sana sambil berkata dengan santai, "Sejak kapan kamu begitu memahamiku? Ya, aku harus mengawasi istriku dengan ketat supaya nggak dilirik oleh pria lain. Menurutmu bagaimana, Roy?"Ekspresi Roy tampak muram. Setelah diam sejenak, dia tersenyum sinis sembari membalas, "Tapi, terkadang kalau diawasi dengan ketat pun nggak ada gunanya! Seperti sebuah pepatah, cinta itu bagaikan pasir dalam genggaman tangan, makin digenggam erat, makin cepat tumpah!"Di bawah langit senja, Zakki yang mengenakan pakaian santai berwarna putih terlihat tampan saat memasang kuda-kuda. Kemudian, dia menunduk dan mengayunkan stik pemukul di atas padang rumput hijau. Bola berhasil masuk lubang dalam 2 pukulan.Zakki sudah tidak berniat untuk lanjut bermain. Dia menyerahka
Ketika mendapatkan transferan dari Zakki, Annika sedang berada di kafe bersama Sania.Sania sudah mengetahui kabar tentang Yoyok. Dia sengaja mengajak Annika keluar untuk memberitahukan semua yang dirinya ketahui kepada Annika."Yoyok sedang berada di suatu pedalaman di Negara Afrata. Katanya, dia mendirikan firma hukum di sana. Saat ini, dia nggak bisa dihubungi. Asistennya bilang dia nggak akan kembali dalam 1 atau 2 tahun ini! Aku heran, kenapa para pengacara terkenal suka memandang rendah dunia? Mereka bisa mendapatkan banyak uang di kota besar, tapi mereka malah nggak mau!"Selesai melontarkan ucapannya, Sania menyesap kopi sambil mengernyit. Dia sangat kesal dengan orang yang munafik.Annika menunduk seraya mengaduk kopi yang ada di gelasnya dengan perlahan.Sania khawatir sahabatnya tidak bisa menerima hal ini. Dia menghibur, "Nanti, kita cari pengacara lain lagi. Aku yakin, masih ada pengacara yang bisa menangani kasusmu!"Annika mengangguk setuju. Ketika hendak mengatakan sesu
Zakki menyindir, "Matre sekali! Apa kamu bisa menghabiskannya?" Annika mendengus dingin, lalu membalas, "Kamu nggak perlu pedulikan hal itu! Berikan 4 miliar, nggak boleh kurang sepeser pun. Kalau kamu setuju, aku akan membantumu."Zakki memicingkan matanya sembari menimpali, "Bagaimana kalau aku nggak berhasil mendapat proyeknya?"Mendengar ini, Annika tersenyum sinis dan berseru, "Itu berarti, Pak Zakki nggak berkompeten!"....Selama ini, belum pernah ada seorang pun yang berani memprovokasinya seperti ini. Zakki merasa wanita ini cukup menarik. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah Annika, lalu berbisik di telinganya, "Sepertinya, aku harus berhasil mendapatkan proyek ini. Kalau nggak, istriku akan benar-benar menganggapku payah."Ketika Zakki mendekat, napas maskulinnya berembus ke telinga Annika. Hal ini membuat wanita ini sontak tertegun. Annika mendorong Zakki menjauh, lalu memekik, "Bukannya hanya mau membahas sesuatu? Jangan berbuat mesum!"Annika masih merasa jijik dengan keja
Roy sama sekali tidak terkejut saat melihat Annika. Dia melirik Annika dari ujung kepala sampai ujung kaki dan gaun mewah yang dikenakan wanita ini.Beberapa saat kemudian, Roy menuruni anak tangga dan berjalan menghampiri Annika. Dia memuji, "Gaunmu sangat cantik. Tapi, menurutku, gaun yang kamu pakai di rumah sakit saat itu lebih cocok denganmu."Kini, Annika adalah seorang wanita dewasa. Dia bisa merasakan sesuatu saat Roy mengucapkan perkataan yang aneh dan datang ke Hotel Harington setiap hari. Akan tetapi, Annika memilih untuk berpura-pura bingung karena Roy bukan orang yang bisa dia singgung.Sementara itu, Melisa sepertinya sudah melupakan sesuatu. Dia malah tertawa dan memperkenalkan, "Annika, dia adalah kerabat jauh suamiku. Sejak kecil, dia memang blak-blakan .... Dia juga sering mengunjungi kami."Annika tersenyum tipis sembari menimpali, "Kamu sudah saling mengenal."Melisa menepuk-nepuk pundak Annika, lalu berucap, "Aku sudah lupa kalau Roy dan Zakki adalah teman masa kec