Zakki mematikan mesin mobil setibanya di lantai pertama parkiran Grup Ruslan. Masih duduk di dalam mobil, dia mempertimbangkannya sesaat sebelum menghubungi nomor Annika. Annika menolak panggilan dan Zakki berhenti menelepon.Zakki menyandar ke jok kulit dan menyalakan sebatang rokok dalam diam. Pikirnya, Annika pasti marah. Zakki merenung lebih jauh. Apakah Annika marah dengan perlakuan kasarnya kemarin malam ataukah karena dia meninggalkannya di tengah malam? Ucapan Dania di telepon itu seharusnya terdengar oleh Annika.Zakki memegang ponsel dengan satu tangan sambil berpikir, haruskah dia mengirimi istrinya WhatsApp? Haruskah dia membujuk Annika? Namun, gagasan ini hanya terlintas sekilas di benaknya sebelum dienyahkan.Hal-hal seperti itu hanya dilakukan oleh pasangan yang saling mencintai. Zakki dan Annika sama sekali tidak cocok melakukannya. Lagi pula, dia tidak pernah mencintai Annika, baik di masa lalu, saat ini, maupun di masa depan.Setelah Zakki menyimpan ponselnya, Dania m
Ketika mendengar ucapan Roy yang sedikit provokatif, Zakki menyunggingkan senyum. Dia memberi isyarat kepada pramugolf untuk meletakkan bola, lalu mencondongkan tubuhnya ke depan dan mulai memukul bola.Setelah bola itu mendarat, Zakki menuju ke sana sambil berkata dengan santai, "Sejak kapan kamu begitu memahamiku? Ya, aku harus mengawasi istriku dengan ketat supaya nggak dilirik oleh pria lain. Menurutmu bagaimana, Roy?"Ekspresi Roy tampak muram. Setelah diam sejenak, dia tersenyum sinis sembari membalas, "Tapi, terkadang kalau diawasi dengan ketat pun nggak ada gunanya! Seperti sebuah pepatah, cinta itu bagaikan pasir dalam genggaman tangan, makin digenggam erat, makin cepat tumpah!"Di bawah langit senja, Zakki yang mengenakan pakaian santai berwarna putih terlihat tampan saat memasang kuda-kuda. Kemudian, dia menunduk dan mengayunkan stik pemukul di atas padang rumput hijau. Bola berhasil masuk lubang dalam 2 pukulan.Zakki sudah tidak berniat untuk lanjut bermain. Dia menyerahka
Ketika mendapatkan transferan dari Zakki, Annika sedang berada di kafe bersama Sania.Sania sudah mengetahui kabar tentang Yoyok. Dia sengaja mengajak Annika keluar untuk memberitahukan semua yang dirinya ketahui kepada Annika."Yoyok sedang berada di suatu pedalaman di Negara Afrata. Katanya, dia mendirikan firma hukum di sana. Saat ini, dia nggak bisa dihubungi. Asistennya bilang dia nggak akan kembali dalam 1 atau 2 tahun ini! Aku heran, kenapa para pengacara terkenal suka memandang rendah dunia? Mereka bisa mendapatkan banyak uang di kota besar, tapi mereka malah nggak mau!"Selesai melontarkan ucapannya, Sania menyesap kopi sambil mengernyit. Dia sangat kesal dengan orang yang munafik.Annika menunduk seraya mengaduk kopi yang ada di gelasnya dengan perlahan.Sania khawatir sahabatnya tidak bisa menerima hal ini. Dia menghibur, "Nanti, kita cari pengacara lain lagi. Aku yakin, masih ada pengacara yang bisa menangani kasusmu!"Annika mengangguk setuju. Ketika hendak mengatakan sesu
Zakki menyindir, "Matre sekali! Apa kamu bisa menghabiskannya?" Annika mendengus dingin, lalu membalas, "Kamu nggak perlu pedulikan hal itu! Berikan 4 miliar, nggak boleh kurang sepeser pun. Kalau kamu setuju, aku akan membantumu."Zakki memicingkan matanya sembari menimpali, "Bagaimana kalau aku nggak berhasil mendapat proyeknya?"Mendengar ini, Annika tersenyum sinis dan berseru, "Itu berarti, Pak Zakki nggak berkompeten!"....Selama ini, belum pernah ada seorang pun yang berani memprovokasinya seperti ini. Zakki merasa wanita ini cukup menarik. Dia mencondongkan tubuhnya ke arah Annika, lalu berbisik di telinganya, "Sepertinya, aku harus berhasil mendapatkan proyek ini. Kalau nggak, istriku akan benar-benar menganggapku payah."Ketika Zakki mendekat, napas maskulinnya berembus ke telinga Annika. Hal ini membuat wanita ini sontak tertegun. Annika mendorong Zakki menjauh, lalu memekik, "Bukannya hanya mau membahas sesuatu? Jangan berbuat mesum!"Annika masih merasa jijik dengan keja
Roy sama sekali tidak terkejut saat melihat Annika. Dia melirik Annika dari ujung kepala sampai ujung kaki dan gaun mewah yang dikenakan wanita ini.Beberapa saat kemudian, Roy menuruni anak tangga dan berjalan menghampiri Annika. Dia memuji, "Gaunmu sangat cantik. Tapi, menurutku, gaun yang kamu pakai di rumah sakit saat itu lebih cocok denganmu."Kini, Annika adalah seorang wanita dewasa. Dia bisa merasakan sesuatu saat Roy mengucapkan perkataan yang aneh dan datang ke Hotel Harington setiap hari. Akan tetapi, Annika memilih untuk berpura-pura bingung karena Roy bukan orang yang bisa dia singgung.Sementara itu, Melisa sepertinya sudah melupakan sesuatu. Dia malah tertawa dan memperkenalkan, "Annika, dia adalah kerabat jauh suamiku. Sejak kecil, dia memang blak-blakan .... Dia juga sering mengunjungi kami."Annika tersenyum tipis sembari menimpali, "Kamu sudah saling mengenal."Melisa menepuk-nepuk pundak Annika, lalu berucap, "Aku sudah lupa kalau Roy dan Zakki adalah teman masa kec
Zakki menatapnya lekat-lekat. Setelah sekian lama, dia baru bertanya sambil tersenyum lembut, "Apakah wanita sangat memperhatikan hal ini?"Usai berkata demikian, Zakki merendahkan suaranya dan melanjutkan dengan nada agak lembut, "Kalau begitu, Annika, sejak kapan kamu memahami semua ini? Apakah ketika kamu menjadi Nyonya Ruslan?"Perkataan ini terdengar agak merayu. Itu adalah jenis godaan yang hanya ada di antara suami istri. Akan tetapi, Annika tidak memiliki pikiran seperti itu. Dia memalingkan wajahnya ke luar jendela mobil sambil berkata dengan tak acuh, "Aku hanya memahaminya saja."Zakki masih ingin mengatakan sesuatu, tetapi lampu hijau di persimpangan depan menyala. Mobil di belakang mereka sudah tidak sabar dan terus membunyikan klakson .... Zakki pun terpaksa menginjak pedal gas dengan ringan, lalu bergegas pergi.....Zakki membawa Annika ke salon tata rambut paling mewah di Kota Brata. Lantaran memiliki identitas khusus, dia pun dilayani oleh manajer secara langsung.Ma
Tubuh kedua orang itu sangat menempel, juga saling bergesekan sekarang. Tidak mungkin jika Annika tidak merasakan apa pun. Akan tetapi, pada akhirnya dia tetap menolak Zakki dengan mencari alasan, "Pesta pukul 19.00 akan segera dimulai. Kamu begitu menghargai proyek itu, jadi pasti nggak ingin terlambat, 'kan?"Mendengar itu, Zakki pun perlahan melepaskan genggamannya. Dia menatap Annika yang berada di cermin, lalu berkata sambil tersenyum lembut, "Nyonya Ruslan, kamu benar-benar tahu cara merusak suasana."Namun, masalah akhirnya terselesaikan. Begitu kembali ke mobil, keduanya tidak berkata apa pun.Pada pukul 19.00, mobil hitam milik Zakki perlahan memasuki vila Keluarga Lukito .... Dia turun dari mobil, lalu membuka pintu untuk Annika. Ketika wanita itu turun, tangannya digandeng oleh Zakki.Annika pun tak kuasa menatap suaminya. Sembari merasakan embusan angin malam, mereka saling menatap di bawah cahaya yang indah.Zakki perlahan merapatkan genggaman tangannya, memeluknya, lalu b
Kevin tahu jelas bahwa istrinya sedang membicarakan proyek itu. Berhubung memiliki pertemuan lain, Kevin pun pergi terlebih dahulu ....Zakki mengucapkan terima kasih kepada Melisa.Ketika melihat kepergian suaminya, mata Melisa tampak berkaca-kaca. Dia menoleh ke arah Zakki, lalu berkata, "Zakki, kamu mungkin nggak tahu, dulunya suamiku pernah berselingkuh dengan wanita lain, bahkan berniat untuk cerai denganku. Kala itu, siapa di antara orang-orang kalangan atas yang bersedia menghormatiku?"Melisa menambahkan, "Suatu kali, aku bertemu dengan Annika di sebuah acara. Pada saat itu, dia baru berusia 15 atau 16 tahun, tapi sangat pandai menghibur orang .... Annika datang bersama Satya dengan mengenakan gaun putri yang sangat cantik. Dia menari balet di tempat yang sepi untukku.""Kamu nggak tahu, entah berapa lama aku nggak pernah tersenyum lagi pada saat itu. Aku benar-benar terlihat sangat putus asa." Usai bercerita, Melisa melanjutkan sambil tersenyum, "Maaf sudah bercerita panjang l