Setelah Annika keluar dari toilet, raut wajahnya terlihat suram. Zakki meletakkan gelas anggur, lalu menunduk untuk melihatnya sambil bertanya, "Kenapa? Apa kamu merasa nggak nyaman? Aku bisa pamit dengan Pak Kevin bahwa kita akan pergi dulu."Annika tidak menolaknya. Zakki pun mengirim pesan WhatsApp kepada Kevin dan Melisa, lalu pergi bersama Annika.Setelah masuk ke dalam mobil, Zakki menoleh ke arah istrinya. Dia berbicara dengan ekspresi yang sangat lembut, "Proyek itu seharusnya akan didapatkan olehku! Nyonya Ruslan, aku seharusnya berterima kasih padamu. Aku nggak pernah tahu bahwa kamu begitu hebat."Sementara itu, Annika bersandar di belakang kursi asli. Dia telah sibuk sepanjang hari sehingga begitu kelelahan hingga tidak ingin bergerak sedikit pun.Setelah sekian lama, Annika baru menoleh ke arah suaminya, lalu berkata dengan nada lembut dan penuh kasih, "Sebenarnya, dulu aku juga seperti ini! Hanya saja, Zakki, kamu nggak pernah memperhatikanku."Selama 3 tahun pernikahan,
Zakki menatapnya dengan lembut, lalu berkata dengan suara serak, "Gaunmu terlihat bagus."Mungkin ini adalah momen paling romantis dalam 3 tahun pernikahan mereka. Annika merasa sedikit terharu, tetapi pada akhirnya dia hanya berkata sambil tersenyum ringan, "Terima kasih."Keduanya pun naik ke atas bersama. Fasilitas lama dari gedung ini membuat Zakki mengernyit. Untungnya, lampu yang rusak di lorong telah diperbaiki.Di belakang mereka, sebuah mobil perak berhenti di kegelapan malam. Dania yang duduk di dalam mobil, diam-diam menatap ke arah mereka yang menghilang. Sementara itu, dia mengenakan gaun putih yang seharusnya dikenakannya untuk menghadiri pesta .... Gaun itu begitu indah dan mencolok.Dania telah mengikuti mereka dari vila Keluarga Lukito. Dia melihat Zakki yang membawa Annika keluar. Dania belum pernah melihat ekspresi lembut seperti itu di wajah Zakki sebelumnya, juga belum pernah melihat gerakan yang begitu posesif dari pria itu. Tangannya hampir selalu memegang pingga
Zakki langsung bertindak. Dia berjalan ke dapur yang sempit, lalu memeluk Annika dari belakang dan mencium telinga Annika. Kemesraan yang mendadak ini membuat Annika kewalahan. Kaki Annika terasa lemas.Annika menunduk dan melihat piring-piring yang belum dicuci, lalu berucap, "Zakki, kamu bilang mau makan mie, sekarang ... apa yang kamu lakukan?"Zakki memeluk Annika lebih erat dan berkata di telinga Annika, "Annika, ikut aku pulang."Tubuh Annika menegang. Ini adalah pertama kalinya Zakki tidak menyuruh Annika pulang dengan nada memerintah, tetapi dengan nada memohon. Perubahan ini membuat Annika merasa canggung. Annika hanya menunduk dan tidak berbicara.Zakki mencium rambut Annika dan memelas, "Ikut aku pulang, ya?"Tiba-tiba, ponsel Zakki berdering. Zakki mengernyit dan tidak memedulikannya. Namun, Annika yang sudah tersadar berucap, "Kamu jawab panggilan telepon dulu."Zakki melihat ponselnya, ternyata Shilla yang menelepon. Zakki berniat menjelaskan setelah mengakhiri panggilan
Dulu, orang tua Shilla pernah bekerja di kediaman Keluarga Chandra. Kemudian, pelayan menyajikan ikan kukus. Namun, Shinta tidak selera makan. Shinta yang kesal berkomentar, "Pasti ada yang nggak beres dengan Keluarga Barani."Annika juga merasa sedih. Dia menggenggam tangan Shinta dan berusaha menghiburnya. Annika bisa memahami Shinta.Latar belakang keluarga Shinta sangat bagus. Waktu itu, Shinta yang berusia 26 tahun memutuskan untuk menikah dengan Denny yang berusia 40 tahun dan memiliki 2 anak. Alhasil, Shinta malah berselisih dengan keluarganya sampai-sampai memutuskan hubungan dengan mereka.Shinta yang percaya diri bersumpah akan menjalani kehidupan yang baik. Dia ingin menunjukkan kepada keluarganya bahwa pilihannya tidak salah. Namun, sekarang pelayan yang pernah bekerja dengan Shinta malah menginjak-injaknya. Mana mungkin Shinta bisa menerima keadaan seperti ini?Annika terus menghibur Shinta. Dia juga mengungkit tentang uang 4 miliar, "Dengan adanya uang ini, hidup kita aka
Pemikiran Annika sangat sederhana. Dia akan mencari cara untuk mengobati penyakit ayahnya dan menyelamatkan kakaknya. Setelah itu, keluarga mereka akan memulai hidup baru. Namun, takdir terus menyiksa Annika ....Zakki juga tidak berniat melepaskan Annika. Malam itu, saat Annika sedang tampil di Hotel Harington, dia menerima panggilan telepon dari Sania.Sania berbicara dengan cemas, "Annika, cepat datang ke rumah sakit! Ada masalah besar!"Annika terkejut, dia segera bertanya, "Ada apa?"Sania terdiam sejenak, lalu menyahut, "Bibi Shinta dan Shilla bertengkar sampai-sampai menimbulkan keributan. Polisi bahkan sudah datang. Annika, kamu harus mempersiapkan mentalmu ... kemungkinan Bibi Shinta akan dibawa ke kantor polisi."Ponsel Annika terjatuh dari tangannya. Akhirnya, Jeremy yang mengantar Annika ke rumah sakit. Untung saja, jarak dari hotel ke rumah sakit tidak jauh sehingga Annika sampai dalam waktu kurang dari setengah jam. Namun, Annika tetap saja terlambat.Saat sampai, Shinta
Shilla yang sedang bergembira langsung menegur, "Ayah!"Zakki berujar, "Oke." Dia melepaskan tangannya, tetapi mungkin Harry tidak hati-hati sehingga Shilla terjatuh di lantai.Kaki Shilla yang baru dioperasi patah lagi. Luka di lengannya juga tergores. Shilla yang kesakitan berkeringat.Harry yang panik segera menggendong Shilla .... Sementara itu, Zakki menunduk dan berkata dengan dingin, "Ada urusan penting di perusahaan, aku pergi dulu." Begitu pintu lift terbuka, Zakki pun pergi. Dania juga segera mengikuti Zakki.Shilla berteriak dengan manja, "Tuan Zakki ...."Harry yang menggendong Shilla mendesah dan menyela, "Shilla, sepertinya tindakan kita sudah keterlaluan. Kamu bukan hanya mencelakai Bu Shinta, ibumu juga memukul Nona Annika. Bagaimana kalau nanti Tuan Zakki nggak menikahimu?"Shilla sangat kesal. Dia menggigit bibirnya dan menyahut, "Aku nggak percaya aku nggak bisa memikat hati Zakki."....Ketika Sania kembali dari kantor polisi, dia kebetulan melihat Annika ditampar.
Jeremy pun menyiksa Sania. Sementara itu, Sania menangis dan berteriak. Namun, Sania memang orang yang keras kepala. Dia bahkan mencakar lengan Jeremy.Sania berteriak, "Kalau begitu, kita pisah saja! Aku akan cari pria lain, aku yakin pasti ada pria yang mau tidur denganku. Memangnya apa hebatnya kamu?"Gerakan Jeremy makin kasar saat melihat sikap Sania yang galak. Jeremy mengancam, "Beraninya kamu bicara seperti itu! Aku akan menghabisimu!"Sania tidak berhenti berteriak, bahkan para pelayan di vila pun merasa gugup mendengar suaranya. Setiap kali Jeremy membawa Sania pulang, pasti akan menimbulkan keributan.....Akhirnya, Jeremy sudah puas. Dia melepaskan Sania, lalu pergi ke kamar mandi. Saat keluar, Sania masih berada di kamar. Sania yang memakai kemeja Jeremy bersandar di kepala tempat tidur sambil merokok.Jeremy mendengus dan menceletuk, "Tadi kamu menangis begitu keras, tapi masih berani macam-macam." Dia mengambil rokok dari tangan Sania dan mengisapnya. Jeremy mengingatkan
Annika menutupi masalah Shinta. Denny mengira Shinta ada urusan sehingga keluar beberapa hari, jadi suster yang merawat Denny. Melihat Annika yang duduk sambil termenung, Denny berujar, "Kamu pulang dulu. Di sini ada suster."Annika menggeleng. Sekarang, dia tidak ingin pergi ke mana pun. Annika hanya ingin berjaga di sini. Akhirnya, Denny yang tidak tahan lagi pun tertidur.Annika duduk sendirian sembari melamun. Wajahnya masih sedikit memerah karena ditampar Elina. Sementara itu, Zakki sedang berdiri di luar kamar pasien sambil mengamati wajah Annika yang memerah. Melihat ekspresi Annika saat melamun ... Zakki teringat dengan sikap Annika setelah keluar dari rumah Melisa waktu itu.Meski lelah, Annika tetap bersemangat ketika berbicara, "Sebenarnya dulu aku juga seperti ini. Hanya saja, kamu nggak pernah memperhatikanku. Zakki, uang 4 miliar itu nggak termasuk untuk tidur denganmu! Seingatku, kamu selalu memisahkan urusan pribadi dan pekerjaan secara jelas."Kala itu, Annika tampak