Mata Annika berkaca-kaca. Sementara itu, Zakki hanya memegang setir dan tidak menjalankan mobilnya. Setelah beberapa saat, Zakki menatap Annika sembari berkata, "Beberapa hari ini, Meta terus mencarimu."Annika memalingkan wajahnya dan berujar, "Jalankan mobilnya."Zakki mengalihkan pandangannya dan memandang ke depan. Sekitar 5 detik kemudian, Zakki baru menjalankan mobilnya dengan lambat. Mobil Bantley hitam itu melewati pemandangan bersalju yang tidak pernah mereka lihat sebelumnya.Zakki dan Annika kehilangan banyak hal selama 3 tahun pernikahan mereka dan saat ini mereka sudah berpisah. Jika diingat-ingat, hanya sedikit momen kemesraan di antara mereka berdua, yang tersisa hanya rasa sakit dan dusta.Perjalanan ini sebenarnya hanya menghabiskan waktu 20 menit, tetapi Zakki mengendarai mobilnya selama 1 jam. Akhirnya, mereka sampai di tempat tinggal Annika. Zakki menatap Annika seraya berucap, "Sudah sampai."Annika mengangguk, lalu membuka pintu mobil dan turun. Zakki menggenggam
"Kamu takut Annika bersama orang lain, 'kan? Jadi, kenapa kamu mau bercerai? Kalau aku jadi kamu dan kalau aku benar-benar mencintainya, aku akan mengikatnya di sisiku! Karena kamu lebih memilih karier, jangan sok memedulikan percintaan!"Roy memaki Zakki sampai puas. Kala ini, sopir Zakki tiba. Zakki menatap Roy dengan dingin sembari mengambil sebuah palu kecil dari mobil. Kemudian, dia memukul mobil Roy dengan keras hingga hancur!Roy menarik gadis di mobilnya keluar. Dia tidak menghentikan Zakki yang sedang menggila. Setelah mobilnya hancur lebur, Roy berucap sambil mencibir, "Zakki, kamu masih bilang nggak mencintai Annika? Kalau ini bukan cinta, lantas apa? Dasar pengecut. Kamu hanya berani mengakuinya saat mabuk. Kamu nggak bisa hidup tanpa dia dan bisa menggila kalau meninggalkannya!""Selain Annika, nggak ada yang bisa menghentikan pria gila ini!" tambah Roy kepada Dania.Dania tersenyum getir seraya membalas, "Kami akan mengirimkan cek ke perusahaan Pak Roy besok."Roy segera
Tidak terasa tahun baru segera tiba. Ketika malam tahun baru, Shinta membuat kue dan memasak berbagai macam lauk. Dia juga meminta Annika untuk memanggil Sania datang merayakan tahun baru bersama. "Sania hidup sendirian sekarang. Kalau nggak merayakan tahun baru bersama kita, memangnya dia mau merayakannya dengan siapa?" tanya Shinta.Annika diam-diam memakan kue seraya menyahut, "Aku sudah menghubunginya."Shinta melirik Annika sekilas, lalu menepuk tangan putri sambungnya sambil menegur, "Nanti kita makan bersama-sama! Dasar rakus!"Annika tertawa. Shinta sangat senang melihat putrinya bisa bahagia lagi. Ketika hendak mengatakan sesuatu, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu. Begitu pintu terbuka, terlihat Sania datang dengan menenteng tas besar dan tas kecil. Selain suplemen untuk Denny dan Shinta, Sania juga membeli syal bermerk mewah untuk Annika.Annika sangat menyukai warna dan corak syal itu, tetapi dia tetap berkomentar, "Kamu menghabiskan uang saja!"Sania melingkarkan syal
Annika memandang ke luar pintu. Terlihat mainan dan makanan Meta yang terletak di sebuah kardus kecil. Zakki sudah tidak menginginkan Meta.Annika memindahkan barang-barang Meta ke dalam, lalu berkata dengan pelan, "Zakki sudah mengambil proyek besar. Sekarang, dia pasti sangat sibuk dan nggak ada waktu untuk mengurus Meta. Ke depannya, biar aku yang memeliharanya saja."Meta menatap Annika untuk beberapa saat. Kemudian, dia membenamkan kepalanya lagi ke dalam pelukan Annika. Mereka berdua terlihat sangat dekat.Sania berseru, "Hubungan kalian dekat sekali!"Kala ini, ponsel Annika berdering. Itu panggilan dari Zakki. Annika berjalan ke arah teras untuk menjawab panggilan. Begitu menjawab, terdengar suara maskulin dan napas Zakki dari ujung telepon. Setelah hening sejenak, Zakki pun berbicara, "Selamat tahun baru, Annika."Annika masih belum sepenuhnya pulih dari segala lukanya. Akan tetapi, dia membalas dengan tenang, "Selamat tahun baru juga."Annika diam untuk beberapa saat, lalu me
Sorot mata Zakki tampak gelap. Annika memanggilnya dengan sebutan Pak Zakki? Seketika, mereka berdua saling bertatapan.Begitu melihat ketegangan di antara Zakki dan Annika, wanita yang berada di sebelah Zakki bertanya dengan nada bicara yang sangat akrab, "Zakki, apa aku perlu meninggalkan kalian berdua?" Ketika berbicara, tangan wanita itu merangkul lengan Zakki. Mereka terlihat sangat mesra.Zakki awalnya ingin menarik tangannya, tetapi kala melihat tatapan Annika, Zakki tidak menghindar. Sebaliknya, dia menjawab dengan sangat lembut, "Nggak perlu!"Setelah Zakki melontarkan ucapannya, Annika pun berjalan melewatinya menuju meja yang sudah dia reservasi.Ketika Zakki memicingkan matanya, wanita di sebelahnya sontak menyingkirkan tangannya. Sebenarnya, wanita ini sedang menguji posisinya di dalam hati Zakki. Dia awalnya merasa gembira, tetapi begitu Annika pergi, ekspresi Zakki langsung menjadi datar. Wanita ini pun menyadari bahwa dirinya tidak memiliki peluang.Wanita ini berdandan
"Zakki, kamu sudah gila, ya!" hardik Annika. Dia meronta sekuat tenaga, tetapi tetap gagal untuk membebaskan diri dari genggaman Zakki.Zakki mengerahkan sedikit kekuatan untuk membawa paksa Annika ke dalam dekapannya. Saat ini, jarak mereka begitu dekat sehingga Annika bisa mencium aroma rokok dan aftershave yang segar dari tubuh Zakki.Zakki mematikan rokoknya, lalu menunduk dan bertanya dengan suara lembut, "Gimana kabarmu akhir-akhir ini?"Annika tidak menjawab pertanyaan Zakki. Sebaliknya, dia berujar dengan mata memerah, "Zakki, apa-apaan kamu? Kita sudah bercerai, kamu nggak bisa berbuat begini sama aku!"Zakki menatap Annika dengan sorot mata kelam sehingga emosinya tidak terbaca. Pegangan tangannya perlahan mengendur. Saat Annika mengira Zakki akan melepaskannya, pria itu tiba-tiba mengimpitnya di dinding. Zakki memegang lehernya dan memaksanya mendongak. Setelah itu, dia langsung menunduk dan memagut bibir merahnya.Annika ingin menghindar, tetapi Zakki menciumnya dengan begi
Annika buru-buru pulang. Sesampainya di apartemen, dia melihat Meta memang tampak lemas. Shinta memberi tahu bahwa anjing kecil itu tidak banyak makan seharian ini, bahkan camilan dan mainan favoritnya juga tidak bisa membuatnya semangat.Shinta berujar dengan cemas, "Jangan-jangan dia sakit? Aku ganti baju dulu, kita sama-sama ke dokter hewan. Takutnya dia sakit parah."Annika menggendong Meta sambil berkata, "Tubuh Ayah belum sehat benar, kita nggak bisa meninggalkannya sendiri di rumah. Biar aku saja yang pergi. Bibi Shinta, rencananya aku mau sewa perawat buat jaga Ayah di sini. Dengan begitu, Bibi Shinta juga bisa lebih santai."Shinta memikirkannya sejenak sebelum menyahut, "Boleh juga. Kamu hati-hati di jalan, ya."Sebelum Annika pergi, Denny mendekat dan mengelus lembut kepala Meta. Begitu pintu ditutup, Denny menoleh dan berujar pada Shinta, "Biasanya kamu risih dengan anjing kecil itu. Tapi, waktu dia lemas begini, kamu jadi cemas banget."Shinta masuk ke dapur untuk menuang
Zakki bergegas keluar mobil, lalu masuk ke dalam toko. Tidak sampai lima menit, Zakki sudah keluar sambil menjinjing sekantong popok hewan. Dia menyimpan popok itu di bagasi, lalu masuk ke mobil. Sambil mengelus kepala Meta, Zakki berkata, "Aku beli ukuran paling kecil, nanti pakaikan sama Meta, ya!"Annika mengiakan, lalu berpaling ke jendela untuk memandang pemandangan di luar.Sambil menyalakan mesin mobil, Zakki berujar dengan nada datar, "Bu Lukito bilang, kamu mau memulai bisnis. Apa kamu kurang uang? Kalau nggak cukup uang, kamu bisa bilang padaku."Meski bicara dengan nada datar, ucapan Zakki tetap terkesan mengontrol. Annika yang sedikit tidak nyaman lantas menyahut dengan nada dingin, "Zakki, kamu nggak usah ikut campur urusanku!""Aku cuma mengkhawatirkanmu," balas Zakki sambil perlahan mengerem di depan lampu merah persimpangan jalan. Dia menoleh pada Annika dan melanjutkan dengan lembut, "Biarpun sudah bercerai, kita masih bisa jadi teman. Annika, aku cuma ingin perhatian