Annika menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa, hanya agak pusing." Dia mengambil mantelnya dari tangan Justin seraya berkata, "Aku pulang dulu!"Justin mengangguk, lalu merogoh sakunya sambil berkata, "Biar kuantarkan saja!"Annika tahu bahwa Justin masih punya kesibukan lainnya, sehingga dia pun menolak tawaran Justin. "Kamu juga harus naik taksi karena kamu minum anggur tadi. Aku bisa sendiri, kok. Masalah sponsor ...."Justin tersenyum tipis. "Bukankah masih ada aku di sini? Tenang saja, selama ada aku dan Pak Wito, semua masalah bisa diselesaikan! Kalau nggak ada urusan lain, aku masuk dulu ya. Nanti ... aku masih harus menghadiri acara lain."Justin juga keras kepala. Sejak Shilla menyerah pada mimpinya untuk mengejar musik, dia juga tidak pernah lagi menghubungi Zakki. Annika merasa sangat berterima kasih, dia mengenakan mantelnya lalu berpamitan pada Justin.Setibanya di lantai satu, saat ini sedang banyak sekali orang yang juga menunggu taksi. Annika harus menunggu sekitar set
Annika juga melihat ke arah Zakki dengan tatapan tenang. Setelah beberapa saat kemudian, Zakki meneleponnya. Annika menjawab telepon itu, dia hanya mendengar suara Zakki yang ketus dari ujung telepon, "Turun."Annika berkata sambil memandangnya, "Zakki, sudah kubilang kita ini sudah pisah rumah. Dengan siapa pun aku berteman, semua itu nggak ada hubungannya denganmu! Ke depannya, aku nggak akan lagi menjauhi temanku demi kamu. Lagi pula hari ini adalah ulang tahun ibu Jony, aku hanya pergi menghadiri jamuan makan, bukan berselingkuh.""Tapi kamu tahu jelas kalau Jony menyukaimu!" balas Zakki."Lalu memangnya kenapa? Bukannya Shilla juga suka padamu? Apa kamu menjauhinya?" balas Annika.....Annika langsung mengakhiri panggilan tersebut. Dari mobil di seberang, Zakki tetap bisa melihat mata Annika saat ini sedang berkaca-kaca. Apakah ini karena dia mengungkit soal Shilla? Ternyata Annika memang masih keberatan dengan hal ini.Di sisi lain, Jony telah menyalakan mesin mobilnya, lalu meng
Lantaran takut Zakki akan melakukan hal yang lebih gila lagi, Annika langsung berkata, "Ayo pergi!"Zakki melepaskannya dengan perlahan-lahan. Annika berpamitan dengan Jonny, dan Jonny membalasnya dengan tersenyum tipis. "Annika, datang lagi kalau ada waktu. Ibuku sangat merindukanmu."Annika hanya mengangguk. Dia tidak memedulikan Zakki lagi, melainkan langsung berjalan ke sisi mobil hitam dan membuka pintu mobil. Zakki mundur dua langkah, lalu ikut masuk ke dalam mobil. Tak lama kemudian, mobil itu mulai melaju.Jony berdiri di tempat cukup lama. Dia baru sadar saat ibunya turun dan menepuk pundaknya sambil tersenyum dan berkata, "Pantas saja kamu menyukainya."Jony meletakkan kedua tangannya ke dalam saku. "Ibu, sepertinya aku telat selangkah."Nani memegang lengan anaknya dengan tetap tersenyum. "Kalau begitu, tempatkan saja dia dalam lubuk hatimu. Saat dia kesulitan, ingat untuk membantunya ...."*Zakki mengemudikan mobilnya dengan sangat cepat. Hanya dalam waktu kurang dari 5 me
Di lantai teratas Grup Ruslan.Dania mengetuk pintu perlahan, lalu masuk ke ruangan. Di dalam sana, Zakki sedang duduk dan memeriksa dokumen. Dengan jasnya yang mahal, penampilan Zakki tampak dingin dan berkelas. Saat mendengar langkah kaki Dania, Zakki mendongak daan bertanya, "Bagaimana perkembangannya?"Dania menggelengkan kepalanya. "Tadi aku baru menemui asisten Pak Wito, mereka tidak mau menerima sponsor dari Anda. Katanya mereka akan cari cara sendiri."Zakki menyandarkan tubuhnya ke kursi. Dia berpikir keras untuk sejenak, lalu berkata, "Aku mengerti, kamu keluar saja dulu."Dania bisa melihat bahwa suasana hati Zakki sangat buruk saat ini. Dia buru-buru keluar dan menutup pintunya. Seketika, suasana di ruangan itu kembali menjadi hening. Zakki mengeluarkan sebuah cincin berlian dari sakunya dan menatapnya cukup lama.Annika tidak menginginkan mobilnya ataupun menerima sponsor darinya ... dia bahkan tidak mau Vila Kusnadi lagi. Sepertinya dia juga tidak peduli lagi apakah Zakki
Ternyata itu adalah cincin pernikahannya!Annika buru-buru melihat ke bawah jendela. Sesuai dugaan, mobil Zakki sedang diparkirkan di sana. Dia mengenakan baju berwarna hitam sambil mengisap rokok. Gayanya terlihat santai. Saat melihatnya, Zakki juga sedang menatap Annika lekat-lekat.Setelah beberapa saat kemudian, Zakki menelepon Annika.Begitu panggilan itu tersambung, Annik langsung berkata, "Zakki, bawa anjing ini pergi."Zakki malah berkata dengan lembut, "Namanya Meta, usianya baru 3 bulan. Annika, bukannya kamu selalu menginginkan anjing? Ia lucu sekali."Baru saja Annika hendak mengatakan sesuatu, Zakki malah sudah menutup teleponnya. Dia mematikan rokoknya, lalu mendongak menatap Annika dengan tersenyum. Setelah itu, Zakki membuka pintu mobilnya dan pergi.Annika memandang mobil yang menjauh itu dengan kaget. Setelah tidak melihat sosok mobil itu lagi, Annika menunduk melihat anjing itu .... Anjing itu juga sedang melihatnya dengan tatapan polos.Annika tentu saja tidak akan
Annika kembali ke rumah sewanya. Sayur yang sedang dimasaknya tadi masih tergeletak di panci dapur, tetapi Annika malah sudah tidak berniat melanjutkan masakannya lagi. Dia duduk termenung dalam ruangan yang gelap itu. Tanpa membuka mesin penghangat, Annika hanya duduk sambil memeluk lututnya dan melamun.Annika kembali teringat saat muda dulu dia pernah membayangkan akan menikah dengan Zakki. Mereka punya dua anak dan seekor anjing."Jadi ibunya, ya?" Ucapan Zakki yang lembut ini, tertancap dalam hati Annika bagaikan sebuah pisau. Rasa sakitnya begitu tak tertahankan. Enam tahun sudah Annika mencintai Zakki, mana mungkin dia bisa melupakannya begitu saja ........Annika duduk semalaman hingga matahari terbit. Saat pagi, Annika merasa dirinya sepertinya telah flu. Tiba-tiba terdengar suara dering ponselnya, ternyata itu adalah panggilan dari Shinta yang menyuruhnya pulang untuk melewati tahun baru.Annika tertegun sejenak. "Tahun baru?"Shinta tertawa saat mendengarnya. "Kamu sudah lu
Zakki berseru, lalu mengambil sebuah dokumen dari dalam mobil dan memberikannya pada Annika, "Tunggu! Waktu sidang kakakmu sudah ditentukan, di awal tahun depan."Annika mengambil dokumen itu dan membacanya beberapa kali. Dia bergumam, "Masih lama sekali."Zakki menatap lurus pada mata Annika seraya berkata, "Setelah sidang, kamu akan mengajukan perceraian secara resmi padaku?"Annika tidak menjawab, tetapi maksudnya sudah jelas. Tatapan Zakki menjadi suram. Angin malam yang kencang meniup ujung rambutnya. Dia mengenakan kemeja putih dan mantel abu, penampilan yang paling disukai Annika sebelumnya.Zakki menatap Annika seraya berujar, "Bukankah kehidupan kita selama ini baik-baik saja? Dua tahun lagi, kita bisa punya 1 atau dua anak. Annika, kita akan jauh lebih bahagia daripada kebanyakan suami istri di dunia ini!"Annika memegang dokumen itu dengan erat. Sesaat kemudian, dia mendongak dan berucap dengan suara ingin menangis, "Itu memang sangat menggoda, tapi Zakki, aku harus menghanc
Zakki menghela napas lega. Dia setengah berlutut di samping, lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk menelepon. "Suruh rumah sakit siapkan ruang pemeriksaan sekarang juga. Ada pasien yang akan segera diantar ke sana.""Siap, Pak Zakki!" sahut orang itu. Kemudian, Zakki memberikan ponselnya pada Annika. Dia dengan pelan memapah Denny dan menggendongnya ke bawah. Lift sedang rusak sehingga Zakki harus menggendong pria dewasa seberat 70 kg menuruni belasan lantai. Bagian belakang kemeja putihnya pun dibasahi keringat, tetapi dia bahkan tidak sempat untuk menyeka keringat. Dia memberi perintah pada Annika yang sudah kehilangan akal, "Bantu pegang Ayah di belakang supaya Ayah nggak jatuh!"Kemudian, Zakki menyuruh Annnika masuk ke mobil dan menggendong anjingnya. Mobil Bantley hitam melaju kencang di tengah malam yang gelap menuju Rumah Sakit Ruslan.....Denny baik-baik saja karena sudah mendapat penanganan darurat dari tim medis terbaik dan hanya perlu dipantau di rumah sakit selama