Di lantai teratas Grup Ruslan.Dania mengetuk pintu perlahan, lalu masuk ke ruangan. Di dalam sana, Zakki sedang duduk dan memeriksa dokumen. Dengan jasnya yang mahal, penampilan Zakki tampak dingin dan berkelas. Saat mendengar langkah kaki Dania, Zakki mendongak daan bertanya, "Bagaimana perkembangannya?"Dania menggelengkan kepalanya. "Tadi aku baru menemui asisten Pak Wito, mereka tidak mau menerima sponsor dari Anda. Katanya mereka akan cari cara sendiri."Zakki menyandarkan tubuhnya ke kursi. Dia berpikir keras untuk sejenak, lalu berkata, "Aku mengerti, kamu keluar saja dulu."Dania bisa melihat bahwa suasana hati Zakki sangat buruk saat ini. Dia buru-buru keluar dan menutup pintunya. Seketika, suasana di ruangan itu kembali menjadi hening. Zakki mengeluarkan sebuah cincin berlian dari sakunya dan menatapnya cukup lama.Annika tidak menginginkan mobilnya ataupun menerima sponsor darinya ... dia bahkan tidak mau Vila Kusnadi lagi. Sepertinya dia juga tidak peduli lagi apakah Zakki
Ternyata itu adalah cincin pernikahannya!Annika buru-buru melihat ke bawah jendela. Sesuai dugaan, mobil Zakki sedang diparkirkan di sana. Dia mengenakan baju berwarna hitam sambil mengisap rokok. Gayanya terlihat santai. Saat melihatnya, Zakki juga sedang menatap Annika lekat-lekat.Setelah beberapa saat kemudian, Zakki menelepon Annika.Begitu panggilan itu tersambung, Annik langsung berkata, "Zakki, bawa anjing ini pergi."Zakki malah berkata dengan lembut, "Namanya Meta, usianya baru 3 bulan. Annika, bukannya kamu selalu menginginkan anjing? Ia lucu sekali."Baru saja Annika hendak mengatakan sesuatu, Zakki malah sudah menutup teleponnya. Dia mematikan rokoknya, lalu mendongak menatap Annika dengan tersenyum. Setelah itu, Zakki membuka pintu mobilnya dan pergi.Annika memandang mobil yang menjauh itu dengan kaget. Setelah tidak melihat sosok mobil itu lagi, Annika menunduk melihat anjing itu .... Anjing itu juga sedang melihatnya dengan tatapan polos.Annika tentu saja tidak akan
Annika kembali ke rumah sewanya. Sayur yang sedang dimasaknya tadi masih tergeletak di panci dapur, tetapi Annika malah sudah tidak berniat melanjutkan masakannya lagi. Dia duduk termenung dalam ruangan yang gelap itu. Tanpa membuka mesin penghangat, Annika hanya duduk sambil memeluk lututnya dan melamun.Annika kembali teringat saat muda dulu dia pernah membayangkan akan menikah dengan Zakki. Mereka punya dua anak dan seekor anjing."Jadi ibunya, ya?" Ucapan Zakki yang lembut ini, tertancap dalam hati Annika bagaikan sebuah pisau. Rasa sakitnya begitu tak tertahankan. Enam tahun sudah Annika mencintai Zakki, mana mungkin dia bisa melupakannya begitu saja ........Annika duduk semalaman hingga matahari terbit. Saat pagi, Annika merasa dirinya sepertinya telah flu. Tiba-tiba terdengar suara dering ponselnya, ternyata itu adalah panggilan dari Shinta yang menyuruhnya pulang untuk melewati tahun baru.Annika tertegun sejenak. "Tahun baru?"Shinta tertawa saat mendengarnya. "Kamu sudah lu
Zakki berseru, lalu mengambil sebuah dokumen dari dalam mobil dan memberikannya pada Annika, "Tunggu! Waktu sidang kakakmu sudah ditentukan, di awal tahun depan."Annika mengambil dokumen itu dan membacanya beberapa kali. Dia bergumam, "Masih lama sekali."Zakki menatap lurus pada mata Annika seraya berkata, "Setelah sidang, kamu akan mengajukan perceraian secara resmi padaku?"Annika tidak menjawab, tetapi maksudnya sudah jelas. Tatapan Zakki menjadi suram. Angin malam yang kencang meniup ujung rambutnya. Dia mengenakan kemeja putih dan mantel abu, penampilan yang paling disukai Annika sebelumnya.Zakki menatap Annika seraya berujar, "Bukankah kehidupan kita selama ini baik-baik saja? Dua tahun lagi, kita bisa punya 1 atau dua anak. Annika, kita akan jauh lebih bahagia daripada kebanyakan suami istri di dunia ini!"Annika memegang dokumen itu dengan erat. Sesaat kemudian, dia mendongak dan berucap dengan suara ingin menangis, "Itu memang sangat menggoda, tapi Zakki, aku harus menghanc
Zakki menghela napas lega. Dia setengah berlutut di samping, lalu mengeluarkan ponsel dari sakunya untuk menelepon. "Suruh rumah sakit siapkan ruang pemeriksaan sekarang juga. Ada pasien yang akan segera diantar ke sana.""Siap, Pak Zakki!" sahut orang itu. Kemudian, Zakki memberikan ponselnya pada Annika. Dia dengan pelan memapah Denny dan menggendongnya ke bawah. Lift sedang rusak sehingga Zakki harus menggendong pria dewasa seberat 70 kg menuruni belasan lantai. Bagian belakang kemeja putihnya pun dibasahi keringat, tetapi dia bahkan tidak sempat untuk menyeka keringat. Dia memberi perintah pada Annika yang sudah kehilangan akal, "Bantu pegang Ayah di belakang supaya Ayah nggak jatuh!"Kemudian, Zakki menyuruh Annnika masuk ke mobil dan menggendong anjingnya. Mobil Bantley hitam melaju kencang di tengah malam yang gelap menuju Rumah Sakit Ruslan.....Denny baik-baik saja karena sudah mendapat penanganan darurat dari tim medis terbaik dan hanya perlu dipantau di rumah sakit selama
Saat duduk di paha Zakki, Annika merasa sangat malu. Celana jas berwarna abu-abu itu membuat Annika yang berkulit putih dan halus tampak lebih menggoda.Melihat Zakki mendekat, hidung Annika bergerak secara tak terkendali, seperti gadis yang sangat pemalu. Jika bukan karena sudah menikah selama tiga tahun, Zakki mungkin akan mengira Annika adalah gadis perawan."Takut atau nggak terbiasa?" tanya Zakki dengan suara serak. Tatapannya sangat gelap saat dia menatap Annika."Bukan!" jawab Annika. Kemudian, dia membenamkan wajahnya ke bahu Zakki.Zakki sangat menyukai gerakan yang melambangkan kepasrahan itu. Saat melakukan hubungan intim, dia ingin menguasai segalanya. Dia menyukai setiap inci dari tubuh Annika dan sangat terobsesi. Namun, saat ini, dia tidak ingin memilikinya.Zakki menoleh pada Annika dan mengelus wajahnya. Panas sekali! Seluruh bagian tubuh yang diraba menjadi merah! Sebagai pria jantan, Zakki tentu tidak akan menahan hasratnya. Dia langsung menggendong Annika ke ranjang
Saat ini, Shinta terbangun dari tidurnya. Ketika melihat Zakki datang, dia hendak bangkit, tetapi pria ini berkata, "Aku akan segera pergi."Kemudian, Zakki keluar dan menutup pintu dengan perlahan-lahan. Shinta menatap Annika. Dia ingin mengatakan sesuatu, tetapi mengurungkan niatnya kembali.....Dua hari selanjutnya, kondisi Denny akhirnya stabil dan sudah bisa keluar dari rumah sakit. Pada saat yang sama, Annika juga mendapatkan kabar baik lain.Melisa meneleponnya dan berucap dengan lembut, "Nyonya Ruslan, rupanya kamu murid kesayangan Pak Wito. Begini, suamiku punya teman kaya yang menyukai musik kuno. Kami membahas tentang investasi dengannya. Tanpa diduga, dia langsung menyetujuinya dengan semangat!"Annika terkejut mendengarnya. Dia bertanya, "Serius? Dia mau investasi berapa banyak?"Melisa menjawab dengan antusias, "Empat ratus miliar! Sekarang kamu sudah nggak stres lagi, 'kan?"Annika senang sekali. Dia membalas, "Ya, terima kasih banyak! Aku harus mentraktirmu makan!"Mel
Annika tertegun sesaat. Begitu menoleh, dia langsung melihat Jeremy. Padahal pria ini akan segera bertunangan dan terlihat begitu keren di layar lebar, tetapi wajahnya malah menjadi begitu lesu dan matanya juga memerah sekarang."Di mana Sania?" tanya Jeremy dengan suara serak dan cengkeraman yang menjadi makin kuat. Hal ini pun membuat Annika kesakitan.Annika pun tersadar kembali. Dia menatap Jeremy, lalu membalas dengan lirih, "Kemarin kami sempat mengobrol di telepon. Dia lagi di Kota Brata. Jeremy, kamu sudah mau bertunangan, ngapain cari dia lagi?"Jeremy melepaskan tangan Annika, lalu menyalakan rokok dengan agak kesal. Asap seketika mengepul di udara ....Jeremy menjentikkan rokoknya sembari menjawab, "Sejak semalam, aku nggak bisa menghubunginya lagi. Annika, bukannya aku nggak ingin melepaskannya, tapi aku nggak bisa melupakannya!"Annika menegur, "Jeremy, kamu sudah mau bertunangan lho! Kamu mau jadiin dia wanita simpanan? Calon istrimu itu pasti akan mencari masalah dengann