Share

Bab 14

Annika adalah wanita cantik yang pandai bermain biola.

Penanggung jawab acara memberinya 600 ribu untuk satu sesi dan Annika harus menjalankan tiga atau empat sesi sehari ketika ada banyak pekerjaan. Dia bermain setidaknya enam jam sehari, jadi dia mengalami kapalan tipis dan lecet di jari-jarinya.

Dia bekerja keras setiap hari dan harus bepergian bolak-balik, tetapi Annika tidak pernah menyesal.

Dia tidak menelepon Zakki, Zakki juga tidak meneleponnya .... Sesekali dia melihat berita tentang Zakki, menghadiri makan malam atau mengakuisisi perusahaan.

Di setiap kesempatan, Zakki selalu terlihat tampan dan bermartabat.

Annika juga dulu menemani Zakki di acara-acara semacam itu. Dia diam-diam terpesona ketika melihat penampilan Zakki yang tampan.

Namun, sekarang Annika merasa sangat asing.

Pada malam hari, di lantai paling atas rumah sakit.

Annika duduk diam dengan sebotol kola dingin yang dibeli di kantin. Dia dulu tidak minum soda karena tidak sehat, tetapi sekarang dia minum sesekali.

Jony berjalan mendekati Annika. Dia mengenakan jas putih dokter bedah, terlihat sangat tampan dan tinggi.

Dia berdiri di samping Annika dan menyaksikan matahari terbenam bersama-sama.

Secercah cahaya keemasan terakhir memudar.

Annika menoleh dan melihat Jony. Dia segera berdiri dan berkata dengan sedikit malu, "Dokter Jony."

Jony memandang Annika dengan tatapan lembut yang penuh kenangan abadi.

Annika merasa gelisah.

Pada saat itu, Jony mengalihkan pandangan dan berbicara dengan lembut, "Annika, kamu selalu memanggilku Kak Jony ketika kamu masih kecil .... Saat malam musim panas, kamu suka tidur di tenda kecil dan ibuku selalu memberimu es jeli. Dia sangat merindukanmu."

Annika tertegun untuk waktu yang lama dan akhirnya teringat ….

"Kak Jony," gumam Annika.

Dia mengucapkan nama itu dengan nada sedih. Saat Annika memiliki "Kak Jony", dia masih menjadi putri kecil yang riang dari Keluarga Chandra.

Saat mereka berdua bertemu lagi, segalanya telah berubah.

Jony menoleh dan menatap Annika.

Kemudian, Jony mengeluarkan kartu ATM dari sakunya. "Ada empat miliar di dalamnya, pinnya adalah hari ulang tahunmu. Seharusnya ini cukup untuk biaya pengobatan Paman."

Annika menolak untuk menerimanya dan berkata, "Aku bisa mencari uang sendiri."

Jony melihat ada beberapa perban yang terbalut di tangan Annika, tangan Annika tidak sehalus dulu.

"Annika, kamu nggak perlu bekerja terlalu keras," ujar Jony dengan suara tercekat.

Dia mengambil salep dan mengobati luka Annika.

Setelah selesai diobati, Annika menekuk-nekuk jarinya dan berkata dengan suara rendah, "Dulu aku hidup bergantung pada orang lain dan nggak bisa melakukan apa-apa sendiri. Aku memang nggak punya apa-apa sekarang, tapi aku baru berusia 24 tahun. Aku mau memulai hidupku sendiri dari awal."

Setelah mengatakan itu, dia menatap Jony.

Tatapan Jony sangat lembut dan dalam seperti biasanya.

Annika hanya tinggal di rumah sakit selama dua jam. Pada pukul tujuh malam, dia bergegas pergi ke bar untuk bekerja.

Dia selesai bekerja saat tengah malam.

Annika melewati jalan yang sepi dengan biola di punggungnya. Angin sejuk bertiup, dia memeluk tubuhnya erat-erat agar tidak menggigil.

Karena sudah larut malam, lampu neon mulai redup.

Layar besar di gedung pencakar langit sedang memutar berita gosip yang mendukung hiruk pikuk malam.

"Zakki Ruslan, seorang pebisnis besar di Kota Brata pergi ke Kota Handa untuk menghadiri Festival Cinta bersama pujaan hatinya."

Di layar, Sekretaris Dania mendorong Shilla dan dihadang oleh wartawan di dalam lift.

Di sampingnya, Zakki tampak tidak sabar.

Annika berpikir bahwa dia mungkin kesal karena difoto.

Setelah itu, ada wawancara dengan Shilla. Dia tersenyum manis ke arah kamera dan berkata, "Saya sangat senang menghadiri Festival Cinta ini. Saya berharap kaki saya bisa cepat sembuh. Selain itu, saya juga berharap bisa belajar biola dari seorang genius musik, Pak Wito .... Tentang Pak Zakki? Pak Zakki adalah orang yang paling penting dalam hidup saya."

Setelah mengatakan itu, Shilla terlihat seperti merasa bersalah.

Empat tahun lalu, dia berpura-pura menjadi Annika. Shilla membuat Zakki mengira bahwa dialah yang bermain biola setiap hari.

Dia takut Zakki akan mengetahuinya.

Namun, dia berhasil meyakinkan Zakki dengan duduk di bangsal sambil memegang biola saat Zakki bangun. Zakki tidak akan mengetahuinya.

Malam hari di Kota Brata.

Annika berdiri diam dan mengangkat kepalanya. Dia menyaksikan Zakki yang memanjakan orang lain di layar lebar sampai badannya menggigil.

Dia akhirnya tersadar kembali dan berbisik, "Ternyata Festival Cinta sudah tiba."

Annika membawa biola di punggungnya dan pergi.

Lampu-lampu jalan di kedua sisi jalan membentangkan siluetnya untuk waktu yang lama ….
Comments (1)
goodnovel comment avatar
HiLyaa Nafiza
ok bikin penasaran
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status