"Sekarang, aku nggak tahu siapa di antara mereka ... yang meninggalkan dan yang ditinggalkan," tambah Satya. Pria ini mengatakan cukup banyak.Hati Aida juga terasa sedih, tetapi ekspresinya terlihat kuat. Dia memarahi Satya karena minum terlalu banyak anggur dan memintanya naik untuk tidur. Setelah tidur, Satya tidak akan cerewet lagi.Satya mengusap hidungnya seraya naik ke ruang kerja di lantai dua. Lampu bersinar terang. Dia duduk di belakang meja kayu berwarna gelap, lalu membuka laci kecil dengan perlahan. Ada beberapa dokumen yang tertata rapi di dalam.Satya mengeluarkan semuanya dan membukanya satu per satu. Ini adalah dokumen pengalihan kepemilikan saham Grup Chandra. Totalnya ada empat dokumen.Joe memegang saham Grup Chandra sebesar 35%, Alaia memegang sebesar 20%, Ivander dan Vloryne masing-masing memegang sebesar 10%. Satya mempunyai alasan membaginya seperti ini.Ketika Alaia pergi, Satya masih yakin bahwa kedua anaknya akan bersama suatu hari nanti. Jadi, saham Joe dan
"Apa hubungannya denganmu?" balas Alaia. Dia menunduk dan tidak mau menatap Joe.Suaranya terdengar lebih feminin dibandingkan dulu. Dia melanjutkan dengan sangat tenang, "Joe, bukankah kamu orang yang habis manis sepah dibuang? Kamu yang menyerah karena merasa nggak baik?""Kalau diibaratkan sebagai kain lap, kain lap itu adalah aku ... bukan kamu. Benar, aku yang pergi duluan, tapi kenapa aku pergi?" tanya Alaia. Joe yang mengabaikannya dan tidak peduli padanya.Ketika mereka masih berusia 20-an, Joe mengatakan bahwa dia akan membawa Alaia ke mana pun dia pergi. Mereka tidak akan pernah berpisah. Setelah bersama selama enam tahun, Joe malah mengatakan Alaia harus menunggunya di Kota Aruma.Dalam hidup Joe, karier dan menjadi ahli waris lebih penting dibandingkan Alaia. Alaia yang awalnya menjadi prioritas utama di dalam hati Joe menjadi urutan terakhir.Cinta sejati bukan seperti ini. Tidak ada seorang pun yang akan sibuk seharian. Jika sebuah pesan baru bisa dibalas dua hari kemudia
Pagi hari, satu keluarga duduk di meja dan makan. Satya merasa bahagia.Satya menuangkan segelas susu untuk Alaia, lalu berkata, "Ibumu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Dia sudah bertahun-tahun nggak masak di dapur. Sekarang kamu sudah pulang. Ke depannya, Ayah yang akan buatkan sarapan untukmu setiap hari."Alaia membalas dengan lembut, "Aku mau tinggal di luar. Aku akan pulang untuk makan saat akhir pekan."Suasana di ruang makan seketika menjadi hening. Di depan Alaia, Joe sedang menuangkan secangkir kopi hitam. Tatapannya sangat dalam. Bibir tipisnya yang indah tertutup rapat. Pria ini tidak mengatakan apa-apa.Satya adalah orang pertama yang tidak setuju. Katanya, "Kamu sudah lama pergi dan baru kembali. Kenapa kamu mau tinggal di luar? Bahaya kalau anak gadis tinggal di luar. Kamu masih kecil.""Ayah, umurku sudah 29 tahun," sahut Alaia.Satya tetap tidak setuju. Dia mempunyai utang pada Alaia. Dia selalu merasa harus menjaga Alaia di sisinya. Seorang ayah selalu ingin melin
Setelah meninggalkan rumah Keluarga Chandra, Alaia akhirnya merasa lega.Morgan yang memegang setir mobil, menatap lurus ke depan dengan penuh konsentrasi. Dia bertanya dengan santai, "Dia mantanmu? Apa Pak Xavier tahu tentang keberadaannya?"Alaia terdiam sejenak, lalu bergumam pelan, "Xavier nggak perlu tahu. Suatu hari nanti, kami pasti akan bercerai. Apalagi ... Joe cuma masa laluku."....Morgan membalas seraya tersenyum, "Kurasa Pak Xavier bakal keberatan. Oh ya, minggu ini dia akan kembali untuk membahas proyek penting. Mungkin nantinya kamu perlu hadir di beberapa acara sosial.""Oke," jawab Alaia yang bersandar di kursi. Ekspresinya tampak agak kebingungan ....Alaia memang sudah menikah. Dua tahun yang lalu, dia menghadapi bahaya mendadak saat berwisata di negara terbelakang. Selain dirinya, ada dua anak perempuan berusia 4 tahun di dalam mobil.Ketika peluru nyasar datang, Alaia melindungi kedua anak yang kehilangan orang tua tersebut. Alhasil punggungnya terluka parah, lalu
Xavier lebih tua enam tahun darinya. Mereka sudah menikah selama dua tahun. Meski tidak ada perasaan romantis, hubungan di antara mereka selalu sangat harmonis. Bagi Alaia, Xavier adalah suami dan juga seperti keluarga.Alaia sebenarnya agak menyukainya. Jadi ketika Xavier berkata bahwa dia menantikan pertemuan mereka, Alaia merespons sembari tersenyum lembut, "Kapan kamu pulang? Aku akan menjemputmu di bandara."Di ujung telepon, Xavier terdiam sejenak. Kemudian, dia bertanya kepada sekretarisnya, Anna, "Kapan penerbangan privatku?"Anna menjawab, "Pak Xavier, penerbangannya pada Minggu malam."....Xavier berbisik, "Ubah ke Jumat."Anna agak terkejut, tetapi segera memberikan isyarat oke dengan tangannya. Dia memberi tahu bosnya bahwa dia bisa mengatur semuanya sehingga Xavier bisa fokus untuk mengejar Alaia.Xavier pun tersenyum. Senyumannya sangat menawan hingga membuat Anna yang sudah menikah tak kuasa melihatnya lebih lama.Kemudian, Xavier berkata kepada istrinya di telepon, "Ny
Ternyata Alaia bukan menjalin hubungan dengan manajernya, Morgan. Wanita itu ternyata sudah menikah dengan Xavier, seorang tokoh terkenal dalam dunia investasi.Kekayaan Xavier mencapai lebih dari 120 miliar dolar Amerka. Dia berada di peringkat ke-32 dalam daftar orang terkaya di dunia. Yang paling penting adalah dia meraih semuanya dari nol. Pada usia 20 tahun, Xavier sudah menciptakan keajaiban di dunia keuangan.Ternyata, Alaia menemukan pria sehebat ini. Itulah sebabnya dia tidak kembali selama empat tahun. Ternyata saat Joe menunggu tanpa harapan, dia sudah menjadi istri Xavier.Hati Joe terasa sakit. Namun dia tetap mengulurkan tangan, lalu membalas seraya tersenyum, "Aku Presdir Grup Chandra, Joe. Aku mewakili Grup Chandra menyambut Pak Xavier untuk bernegosiasi. Semoga negosiasi kita kali ini berjalan lancar.""Pasti," respons Xavier dengan santai. Dia tersenyum karena merasa bersalah, lalu melanjutkan, "Pak Joe, apa kamu keberatan kalau negosiasinya ditunda sampai besok? Aku
Xavier meletakkan cangkirnya. Dia memandang Alaia dengan tatapan yang dalam, lalu bertanya dengan suara rendah dan lembut, "Kamu sepertinya lapar banget. Lupa makan siang lagi?"Alaia meletakkan alat makannya, lalu mengambil serbet dan menyeka bibirnya. Wanita itu menjawab, "Masakan Francis di sini cukup autentik, jadi aku makan lebih banyak."Xavier berucap dengan nada ceria sambil tersenyum menawan, "Alaia, sebenarnya aku juga bisa memasak hidangan Francis dengan baik. Lain kali, kamu harus mencobanya. Bukannya kamu membeli sebuah apartemen kecil? Nanti, aku akan datang dan memasak untukmu."Xavier menambahkan, "Rasanya kita belum pernah menghabiskan waktu berdua saja. Apartemen kecil itu pasti terasa hangat di musim ini."Kata-katanya bukanlah sekadar isyarat, melainkan sudah sangat jelas. Dia ingin menjadi suami Alaia yang sesungguhnya.Di meja makan, Alaia duduk dengan tenang. Cahaya lampu yang menyinari dari atas membuat bulu halus di wajahnya terlihat jelas. Itu memberinya tampi
Xavier benar-benar serius .... Alaia terdiam cukup lama. Pada akhirnya, dia mendongak sambil memanggil, "Xavier.""Panggil aku Vier," timpal Xavier.Namun, Alaia tetap memanggil, "Xavier."....Xavier tersenyum. Dia menarik Alaia sambil berucap, "Ayo ke kamar, aku punya hadiah untukmu. Kamu pasti akan menyukainya."Alaia mengikutinya dari belakang. Wanita itu bertanya pelan, "Apa itu?"Setelah masuk, Xavier menutup pintu kamar tidur utama. Di luar, Anna yang menyadari situasinya pun segera pergi.Xavier mengeluarkan sebuah kotak hitam dari tas kerjanya, lalu menyerahkannya pada Alaia.Alaia membuka kotak itu dengan penasaran .... Kotak panjang itu terbagi menjadi lima bagian. Masing-masing berisi bebek kecil yang terbuat dari lilin lebah, semuanya terlihat sangat hidup dan lucu.Alaia sangat menyukainya. Dia menyentuh bebek-bebek kecil itu dengan lembut, lalu bertanya pada Xavier, "Kenapa tiba-tiba memberiku ini? Kamu kelihatannya bukan orang yang kekanak-kanakan."Melihat Alaia begitu