Pagi hari, satu keluarga duduk di meja dan makan. Satya merasa bahagia.Satya menuangkan segelas susu untuk Alaia, lalu berkata, "Ibumu bangun pagi untuk menyiapkan sarapan. Dia sudah bertahun-tahun nggak masak di dapur. Sekarang kamu sudah pulang. Ke depannya, Ayah yang akan buatkan sarapan untukmu setiap hari."Alaia membalas dengan lembut, "Aku mau tinggal di luar. Aku akan pulang untuk makan saat akhir pekan."Suasana di ruang makan seketika menjadi hening. Di depan Alaia, Joe sedang menuangkan secangkir kopi hitam. Tatapannya sangat dalam. Bibir tipisnya yang indah tertutup rapat. Pria ini tidak mengatakan apa-apa.Satya adalah orang pertama yang tidak setuju. Katanya, "Kamu sudah lama pergi dan baru kembali. Kenapa kamu mau tinggal di luar? Bahaya kalau anak gadis tinggal di luar. Kamu masih kecil.""Ayah, umurku sudah 29 tahun," sahut Alaia.Satya tetap tidak setuju. Dia mempunyai utang pada Alaia. Dia selalu merasa harus menjaga Alaia di sisinya. Seorang ayah selalu ingin melin
Setelah meninggalkan rumah Keluarga Chandra, Alaia akhirnya merasa lega.Morgan yang memegang setir mobil, menatap lurus ke depan dengan penuh konsentrasi. Dia bertanya dengan santai, "Dia mantanmu? Apa Pak Xavier tahu tentang keberadaannya?"Alaia terdiam sejenak, lalu bergumam pelan, "Xavier nggak perlu tahu. Suatu hari nanti, kami pasti akan bercerai. Apalagi ... Joe cuma masa laluku."....Morgan membalas seraya tersenyum, "Kurasa Pak Xavier bakal keberatan. Oh ya, minggu ini dia akan kembali untuk membahas proyek penting. Mungkin nantinya kamu perlu hadir di beberapa acara sosial.""Oke," jawab Alaia yang bersandar di kursi. Ekspresinya tampak agak kebingungan ....Alaia memang sudah menikah. Dua tahun yang lalu, dia menghadapi bahaya mendadak saat berwisata di negara terbelakang. Selain dirinya, ada dua anak perempuan berusia 4 tahun di dalam mobil.Ketika peluru nyasar datang, Alaia melindungi kedua anak yang kehilangan orang tua tersebut. Alhasil punggungnya terluka parah, lalu
Xavier lebih tua enam tahun darinya. Mereka sudah menikah selama dua tahun. Meski tidak ada perasaan romantis, hubungan di antara mereka selalu sangat harmonis. Bagi Alaia, Xavier adalah suami dan juga seperti keluarga.Alaia sebenarnya agak menyukainya. Jadi ketika Xavier berkata bahwa dia menantikan pertemuan mereka, Alaia merespons sembari tersenyum lembut, "Kapan kamu pulang? Aku akan menjemputmu di bandara."Di ujung telepon, Xavier terdiam sejenak. Kemudian, dia bertanya kepada sekretarisnya, Anna, "Kapan penerbangan privatku?"Anna menjawab, "Pak Xavier, penerbangannya pada Minggu malam."....Xavier berbisik, "Ubah ke Jumat."Anna agak terkejut, tetapi segera memberikan isyarat oke dengan tangannya. Dia memberi tahu bosnya bahwa dia bisa mengatur semuanya sehingga Xavier bisa fokus untuk mengejar Alaia.Xavier pun tersenyum. Senyumannya sangat menawan hingga membuat Anna yang sudah menikah tak kuasa melihatnya lebih lama.Kemudian, Xavier berkata kepada istrinya di telepon, "Ny
Ternyata Alaia bukan menjalin hubungan dengan manajernya, Morgan. Wanita itu ternyata sudah menikah dengan Xavier, seorang tokoh terkenal dalam dunia investasi.Kekayaan Xavier mencapai lebih dari 120 miliar dolar Amerka. Dia berada di peringkat ke-32 dalam daftar orang terkaya di dunia. Yang paling penting adalah dia meraih semuanya dari nol. Pada usia 20 tahun, Xavier sudah menciptakan keajaiban di dunia keuangan.Ternyata, Alaia menemukan pria sehebat ini. Itulah sebabnya dia tidak kembali selama empat tahun. Ternyata saat Joe menunggu tanpa harapan, dia sudah menjadi istri Xavier.Hati Joe terasa sakit. Namun dia tetap mengulurkan tangan, lalu membalas seraya tersenyum, "Aku Presdir Grup Chandra, Joe. Aku mewakili Grup Chandra menyambut Pak Xavier untuk bernegosiasi. Semoga negosiasi kita kali ini berjalan lancar.""Pasti," respons Xavier dengan santai. Dia tersenyum karena merasa bersalah, lalu melanjutkan, "Pak Joe, apa kamu keberatan kalau negosiasinya ditunda sampai besok? Aku
Xavier meletakkan cangkirnya. Dia memandang Alaia dengan tatapan yang dalam, lalu bertanya dengan suara rendah dan lembut, "Kamu sepertinya lapar banget. Lupa makan siang lagi?"Alaia meletakkan alat makannya, lalu mengambil serbet dan menyeka bibirnya. Wanita itu menjawab, "Masakan Francis di sini cukup autentik, jadi aku makan lebih banyak."Xavier berucap dengan nada ceria sambil tersenyum menawan, "Alaia, sebenarnya aku juga bisa memasak hidangan Francis dengan baik. Lain kali, kamu harus mencobanya. Bukannya kamu membeli sebuah apartemen kecil? Nanti, aku akan datang dan memasak untukmu."Xavier menambahkan, "Rasanya kita belum pernah menghabiskan waktu berdua saja. Apartemen kecil itu pasti terasa hangat di musim ini."Kata-katanya bukanlah sekadar isyarat, melainkan sudah sangat jelas. Dia ingin menjadi suami Alaia yang sesungguhnya.Di meja makan, Alaia duduk dengan tenang. Cahaya lampu yang menyinari dari atas membuat bulu halus di wajahnya terlihat jelas. Itu memberinya tampi
Xavier benar-benar serius .... Alaia terdiam cukup lama. Pada akhirnya, dia mendongak sambil memanggil, "Xavier.""Panggil aku Vier," timpal Xavier.Namun, Alaia tetap memanggil, "Xavier."....Xavier tersenyum. Dia menarik Alaia sambil berucap, "Ayo ke kamar, aku punya hadiah untukmu. Kamu pasti akan menyukainya."Alaia mengikutinya dari belakang. Wanita itu bertanya pelan, "Apa itu?"Setelah masuk, Xavier menutup pintu kamar tidur utama. Di luar, Anna yang menyadari situasinya pun segera pergi.Xavier mengeluarkan sebuah kotak hitam dari tas kerjanya, lalu menyerahkannya pada Alaia.Alaia membuka kotak itu dengan penasaran .... Kotak panjang itu terbagi menjadi lima bagian. Masing-masing berisi bebek kecil yang terbuat dari lilin lebah, semuanya terlihat sangat hidup dan lucu.Alaia sangat menyukainya. Dia menyentuh bebek-bebek kecil itu dengan lembut, lalu bertanya pada Xavier, "Kenapa tiba-tiba memberiku ini? Kamu kelihatannya bukan orang yang kekanak-kanakan."Melihat Alaia begitu
"Xavier," panggil Alaia.Wajah mungil Alaia terbenam di bantal. Dia berkata lagi dengan suara serak yang menggoda, "Terlalu cepat. Xavier, ini terlalu cepat!"Bukannya berhenti, Xavier terus melanjutkan aksinya. Alaia refleks meremas seprai dengan erat.Kepala Alaia bergerak gelisah di bantal. Dia mengeluarkan suara erangan rendah ... seperti hendak menerima Xavier, tetapi juga seperti ingin mendorongnya pergi.Xavier menautkan jari-jari mereka, lalu kembali mencium Alaia. Sambil mengecup bibir merahnya yang lembut, dia berkata, "Aku suka padamu. Aku sudah bertahun-tahun menyukaimu. Aku sudah menyukaimu sejak pertama melihatmu di Universitas Camrige.""Bagiku ini nggak terlalu cepat. Kamu nggak tahu berapa kali aku tergoda untuk langsung menidurimu waktu kamu muncul tanpa pertahanan di depanku. Aku bahkan nggak peduli apa kamu masih memikirkan orang lain.""Alaia, ini sedikit pun nggak terlalu cepat. Aku sudah menyukaimu selama delapan tahun," tambah Xavier.Alaia termangu menatap Xavi
Alaia terbangun pada pukul 2 subuh. Kamar hotel dalam keadaan temaram, hanya ada cahaya laptop di sofa.Pria yang bercumbu berkali-kali dengan Alaia tadi sedang duduk menghadap laptop, kemungkinan sedang melihat indeks saham. Cahaya laptop yang menyinari wajah Xavier mempertegas garis rahangnya, membuat ekspresinya terkesan lebih serius.Xavier yang bercinta dengan Alaia dan Xavier yang sekarang seperti orang berbeda. Tadi dia begitu sabar dan lembut, sekaligus juga liar.Sewaktu gairahnya memuncak, Xavier juga bisa sedikit kasar dan mendominasi. Meski dia beberapa kali membisikkan kata cinta, Alaia bisa merasakan Xavier masih menahan diri. Bagaimanapun, ini pertama kalinya mereka bercinta.Alaia menatap Xavier cukup lama. Mereka sudah menjadi suami istri yang sesungguhnya. Hubungan mereka juga harmonis. Meski sedikit malu, dia terus menatapnya."Apa aku membangunkanmu?" tanya Xavier sambil mendongak. Dia menutup laptopnya, lalu menghampiri ranjang.Alaia mengira Xavier ingin tidur, ja