Vila Keluarga Chandra, Kota Brata.Satya menutup telepon dengan ekspresi kesal, bahkan bersungut-sungut.Clara berada di ruang ganti.Wanita itu menyesuaikan anting-anting mutiaranya, lalu berbicara dengan lembut, "Tadi, kamu menelepon dengan penuh semangat. Kenapa kamu begitu kesal sekarang? Marah karena Joe lagi?"Begitu mendengar suara istrinya, amarah Satya langsung berkurang sebagian. Dia berjalan masuk ke ruang ganti. Kedua tangannya melingkari pinggang istrinya, lalu wajahnya diletakkan di bahu istrinya seperti peliharaan yang sedang manja.Satya mengeluh, "Siapa lagi? Anak nakal itu baru saja bilang dia tertarik pada temannya. Jelas dia sengaja membuatku marah!"Clara tampak tersenyum. Dia menunduk dan memegang tangan suaminya, lalu berucap, "Dua tahun yang lalu, kamu bilang dia masih muda. Kamu minta dia fokus pada karier, jadi mengirimnya ke Kota Aruma untuk belajar."Clara melanjutkan, "Sekarang Joe sudah berhasil dalam kariernya, kamu malah mengeluh dia belum menikah dan pu
Demi menyambut Diana, Clara membuat persiapan khusus dengan mengundang band terbaik dan koki pastri dari restoran berbintang Michelan. Sampanye yang disajikan adalah yang terbaik dan termahal. Seluruh acara malam itu dipenuhi suasana romantis.Satya mengajak Diana untuk bersosialisasi, lalu memperkenalkannya kepada para eksekutif Grup Chandra.Setelah bertahun-tahun, Diana menjadi makin anggun. Dia membawa gelas anggur, lalu berbaur dengan para tamu dengan elegan.Kemudian, Diana bertanya kepada Satya, "Di mana Joe? Kenapa nggak kelihatan?" Satya melirik sekeliling, tetapi tidak melihatnya. Dia mendengus ringan sebelum menjelaskan, "Anak itu nggak suka bersosialisasi. Beberapa hari yang lalu aku baru bilang ke ibunya, sudah 26 tahun tapi belum juga punya pacar ...."Satya melanjutkan, "Malam ini, ibunya sengaja mengundang putri Keluarga Sutomo. Dengan kecantikan dan kemampuannya, seharusnya Joe akan tertarik."Diana membalas sembari tersenyum, "Putri Keluarga Sutomo memang luar biasa.
Faktanya, mereka tidak bisa meresmikan hubungan mereka. Keluarga mereka tidak akan setuju.Sebagai putra sulung, Joe harus menghasilkan pewaris yang layak untuk perusahaan. Istri Joe harus cantik, berbakat, dan berakhlak baik.Selain cantik, Alaia tidak memiliki kualitas lainnya. Dia hampir tidak pernah bersekolah.Kemudian saat belajar di luar negeri, Joe membawanya ke Ingliss. Pria itu membiarkannya melakukan apa yang dia suka.Alaia suka melukis, jadi Joe meluangkan waktu untuk menemaninya melukis. Pria itu juga mengajaknya ke pameran seni di seluruh dunia.Bahkan saat Alaia masih polos dan tidak mengerti banyak hal, Joe telah merampas keperawanannya. Saat itu, Alaia baru berusia 19 tahun. Dia baru saja dewasa.Malam itu, Alaia menangis dengan sangat keras. Dia memeluk leher Joe erat-erat dan terus memanggilnya kakak. Dia benar-benar tidak mengerti hubungan antara pria dan wanita.Alaia hanya berpikir bahwa dia melakukan kesalahan, jadi kakaknya itu menghukumnya karena tidak patuh.
"Joe, Ayah sudah nggak muda," ucap Satya.Hati Joe terasa dicubit saat mendengar kata-kata ayahnya. Klik. Dia menyalakan korek api berwarna emas di tangannya.Joe menatap api itu dan berujar santai, "Menurutku Ayah masih perkasa. Ayah dan Ibu bahkan mungkin masih bisa melahirkan beberapa anak lagi.""Joe!" tegur Satya.Joe berkata sambil mengulum senyum tipis, "Aku nggak bilang nggak mau bertemu dengannya."Usai berkata begitu, Joe bangkit dan keluar diikuti Satya. Namun, baru berjalan beberapa langkah, Satya tidak bisa menahan diri untuk menoleh ke belakang.Satya bergumam pada dirinya sendiri, "Sepertinya Joe nggak pulang bersama sekretarisnya." Jika begitu, pasangan bercinta Joe pasti dia dapatkan di pesta ini. Dasar anak muda!....Suasana pesta di lantai pertama cukup meriah. Orang-orang bercengkerama dengan akrab.Joe menemui Lucy. Sebenarnya dia sudah mengenal wanita itu. Mereka adalah teman sekolah di Ingliss dan sama-sama terkenal di komunitas orang Indara.Namun, Joe selalu b
Joe melirik ke arah Lucy, lalu menjawab dengan santai, "Cuma seorang kolega bisnis."Alaia menurunkan pandangan. Dia terlihat masih sangat muda dan polos, seperti gadis berumur awal 20-an.Namun, Alaia sebenarnya sudah berusia 25 tahun. Pelan-pelan, dia juga sudah bisa membaca situasi.Lucy juga tengah memandang mereka. Dia mengangkat gelasnya dengan gaya elegan.Wanita semenawan itu tiba-tiba saja muncul di sisi Joe. Selamban apa pun Alaia, dia bisa menebak bahwa Lucy adalah wanita yang hendak dijodohkan dengan Joe."Begitukah?" ucap Alaia sambil tersenyum tipis, tidak menuntut penjelasan lebih jauh.Ketika Joe hendak mengatakan sesuatu, seorang pelayan datang dan mempersilakannya untuk meresmikan dansa pertama. Acara dansa sudah dimulai.Joe mengernyit. Dia belum selesai bicara dengan Alaia, tetapi malam ini adalah hari besar Diana.Joe berujar lembut pada Alaia, "Tunggu aku di sini. Selesai dansa, aku akan segera kembali."Alaia tidak biasanya tidak menurut. Dia menatap Joe, lalu me
Joe memandang ke arah lantai tiga. Lampu di studio menyala, jadi seharusnya Alaia berada di sana. Setiap wanita itu bersedih, dia selalu mengurung diri di sana.Joe ingin naik ke atas, tetapi lalu mengurungkan niatnya. Dia menunggu hingga pesta selesai, baru mencari kesempatan di saat anggota Keluarga Chandra sedang berbincang dengan Diana.Diana menyiapkan hadiah spesial untuk Alaia, tetapi Alaia tidak terlihat batang hidungnya."Alaia bilang dia lelah, jadi istirahat duluan di lantai atas," jelas Clara sambil tersenyum.Diana yang menyayangi Alaia berkata, "Aku kenal seorang dokter tradisional yang bagus. Nanti akan kuundang untuk memeriksa Alaia."Clara menanyakan detailnya dengan gembira. Diana pun menjelaskan apa saja yang dia tahu.Saat itu, Joe menepuk celananya dan berucap dengan santai, "Aku lihat keadaannya dulu."Begitu kata-kata itu terlontar, Ivander langsung berdiri dan berkata, "Biar aku saja, Kak."Joe menatap adik laki-lakinya yang berusia 8 tahun lebih muda dengan pen
Kembang api sudah habis dinyalakan. Vloryne berlari turun dan masuk ke ruang kerja di lantai dua.Satya berada di dalam. Dia sedang duduk bersandar di kursi kulit sambil membaca laporan keuangan bulanan.Ketika mendengar suara pintu dibuka, Satya langsung tahu itu adalah putri bungsunya. Dia bertanya pelan, "Kak Alaia-mu nggak apa-apa?"Vloryne melangkah ke belakang Satya, lalu memeluk leher ayahnya dengan manja. Dia masih terbayang-bayang adegan ketika Joe dan Alaia berciuman tadi.Meskipun Alaia adalah putri adopsi, hal ini tetap mengejutkan. Vloryne mengamati ekspresi ayahnya. Dia yakin kedua orang tuanya tidak tahu, tetapi Ivander pasti tahu.Vloryne masih muda, tetapi selalu memiliki banyak ide. Dia berkata, "Sepertinya Kak Joe membuat Kak Alaia marah. Waktu aku masuk, mereka kelihatan cuek pada satu sama lain. Ayah, kurasa itu karena kehadiran Lucy malam ini."Maksud Vloryne sudah sangat jelas, tetapi Satya masih tidak menangkapnya. Dia mengernyit dan berkata, "Mereka bertengkar?
Larut malam, Satya baru kembali ke kamar. Dia masuk bertepatan dengan Clara keluar dari kamar mandi. Clara duduk di depan meja rias dan bertanya, "Koyo Bi Aida kali ini bagus nggak? Kalau cocok, aku akan beli lebih banyak di rumah sakit."Satya menutup pintu, lalu melangkah ke belakang istrinya. Dia memegang lembut bahu kurus Clara seraya berkata, "Lumayan, katanya sudah nggak sakit lagi di malam hari.""Baguslah," balas Clara.Sambil menggunakan produk perawatan wajah, Clara berkata, "Kita sudah mengatur jodoh buat Joe, tapi Alaia juga sudah dewasa. Tadi, Yuna bilang padaku kalau keponakannya pernah bertemu Alaia dan tertarik padanya. Pria itu belajar seni dan keluarganya juga berada. Kurasa dia cocok dengan Alaia."Satya melepaskan pegangannya di bahu Clara, lalu merebah di ranjang dengan kedua tangan di belakang kepala. Dia memikirkannya sejenak sebelum berkata, "Kamu bisa bicarakan dulu dengan Alaia besok pagi. Dia anak yang introver, kita nggak bisa terlalu ikut campur soal hal s