Share

Bab 15: Pengakuan

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-14 09:40:17

“Memangnya orang sepertiku bisa bertemu dengan orang penting seperti mereka?”

Ah, benar. Celine sudah pasti sulit bertemu dengan orang-orang seperti Roland maupun Ella. Celine hanyalah pegawai biasa di sebuah perusahaan, sementara Roland dan Ella tokoh berpengaruh di bidangnya masing-masing. Latar belakang sosial mereka sangat bertolak belakang, ditambah lagi perusahaan tempat Celine bekerja tidak berkaitan dengan perusahaan Roland.

Michelle terlalu memaksakan diri dari pemikirannya yang dinilai. Tidak akan mungkin Celine bertemu dengan Roland, walaupun hanya sepintas.

“Kenapa kau masih memikirkan pria itu?”

Michelle tersentak dari lamunannya. Matanya semula kosong karena berpikir telah menatap Celine yang menatapnya penuh penekanan mendalam.

“Dia saja tidak ada penyesalan setelah mencampakanmu, jadi tidak ada gunanya kau masih memikirkan dia,” lanjut Celine menasihati.

“Aku hanya penasaran saja sebaik apa kehidupannya sekarang.” Michelle berdalih sembari memalingkan pandangan kepada
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 16: Tidak Bisa Berhati-hati

    ~ Lima tahun kemudian ~Kesepuluh jemari yang menari lincah di keyboard—laptop akhirnya berhenti setelah menekan keypad titik. Mata yang terlihat lelah itu juga merengkuh rasa lega, karena tidak lagi fokus ke layar laptop.Wanita cantik yang mengenakan setelan formal berwarna putih-cokelat itu telah mengendurkan ketegangan di tubuhnya. Dia melakukan peregangan pada lehernya, mematahkan lembut ke kanan dan ke kiri. Pinggang yang terasa pegal pun tak luput dari gerakan peregangannya.Dia adalah Michelle yang kembali produktif. Satu tahun setelah melahirkan, Michelle berhasil mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah firma hukum cukup ternama.Michelle tak memilih-milih pekerjaan walaupun harus kembali menjadi personal asistant untuk pemilik firma hukum itu. Apalagi gaji yang ditawarkan sangat menarik. Yang terpenting bagi Michelle saat itu adalah menghasilkan uang dan tak menjadi beban bagi Alins beserta Danny.Pekerjaannya tidak berbanding jauh dengan pekerjaan sebelumnya. Michelle masih t

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-15
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 17: Kecelakaan yang Mendebarkan

    Setelah menjemput putrinya di rumah Alins, Michelle langsung bertolak pulang ke rumahnya. Wanita cantik itu segera membersihkan tubuhnya yang lelah, berusaha melepaskan seluruh kepenatan yang menguras pikiran dan tenaga di kerjaan.Namun, Michelle belum mampu melupakan perkataan David.Michelle duduk di meja rias setelah mengenakan piyama. Awalnya Michelle berniat menyisir rambutnya, namun dia berakhir duduk melamun di sana.Itu bukan pertama kali David mengatakan kalimat ambigu yang bisa membuat Michelle salah paham. David memang selalu terang-terang bersikap dan berkata-kata sama. Apalagi tadi sebelum beranjak pergi, Michelle terkejut oleh David yang tiba-tiba mengelus pipinya dengan lembut.“Apa yang sedang Anda pikirkan, Nyonya Michelle?”Michelle tersentak, kemudian menoleh ke arah pintu kamar yang sudah terbuka. Wajah Michelle seketika berseri melihat Leah yang memasang wajah mengejek.“Kau sudah menyiapkan tas sekolahmu untuk besok, Nona Leah?” sahut Michelle dengan candaan yan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-16
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 18: Malam Pertemuan

    Sembari menenangkan perasaannya, Michelle memindai baik-baik pria di hadapannya itu. Mau berapa lama pun Michelle menatap, pria di hadapannya itu adalah Roland—pria yang setengah mati Michelle lupakan.Michelle sampai meyakinkan diri bahwa situasi bukanlah mimpi. Dia dengan sengaja mengepal tangannya kencang-kencang, sampai kuku-kuku jemarinya menyakiti telapak tangan.Rasa sakit yang dirasakan begitu tegas menyadarkan Michelle. Angin malam yang menerpa tubuh—yang berpakaian cukup terbuka pun turut ikut campur.Michelle telah mati-matian melupakan pria yang merusak perjalanan hidupnya hampir enam tahun lalu. Mengapa dia kembali dipertemukan setelah hatinya lebih kuat?Tiba-tiba Michelle teringat pada Leah yang berada di dalam mobilnya. Michelle menoleh singkat ke arah mobil, kemudian memposisikan diri sejajar berdiri di depan Roland yang menatapnya tajam.Tujuan Michelle hanya satu, yaitu menghalangi Leah bisa melihat sosok Roland. Dia juga berusaha menutup keberadaan Leah dari Roland

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-17
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 19: Pembicaraan yang Disengaja

    “Sialan kau, Roland! Mulutmu itu selalu saja sesuka hati berbicara.” David cepat menyanggah dengan senyuman kesal di wajahnya.“Jadi dia bukan mainanmu? Kau sudah mulai serius dengan wanita?” Roland memandang rendah Michelle yang merundukkan pandangan tanpa peduli pada David.“Sudah hentikan, Roland.”David menoleh pada Michelle. Dia tidak merasa tidak enak hati pada Michelle, sehingga dia memperlakukan Michelle lebih perhatian dari sebelumnya.“Dia adalah wanita baik-baik. Keberadaannya di sini bersamaku tidak seperti yang kau bayangkan.”Tangan David yang memegang lengan Michelle telah berpindah ke punggung. Wanita itu tersentak singkat ketika merasakan kehangatan telapak tangan David di kulit punggungnya.“Perkenalkan, dia adalah personal asistant-ku, Michelle Louise. Keberadaannya di sini menemaniku untuk urusan pekerjaan.”Roland tak merespon. Dia lebih memilih menikmati wine di gelas pada genggaman tangan kanan. Sikapnya yang mengabaikan itu benar-benar meremehkan keberadaan Mic

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 20: Kesabaran yang Diuji

    “Hei, Roland. Sudah hentikan! Michelle bisa tak nyaman jika kau terus seperti itu.” David cepat menghentikan Roland yang selalu saja melontarkan kalimat-kalimat meremehkan Michelle.“Kenapa kau peduli sekali dengan dia? Kau suka padanya?” Roland menuduh.“Hei, kau ini! Michelle adalah orang kepercayaanku sekaligus banyak membantu pekerjaanku!” kali itu David cukup ketus berbicara seperti mulai hilang kesabaran. “Aku tidak mau gara-gara kau, Michelle menjadi tak nyaman! Jangan sampai gara-gara kau, Michelle mengundurkan diri.”“Kau takut kehilangan dia?” Roland bersikap keras kepala pada emosinya.“Roland.” David tertawa kesal sampai sedikit menggeram. “Sangat sulit menemukan personal asistant yang cekatan seperti Michelle. Michelle selalu bisa aku andalkan. Dia selalu serba bisa, pekerjaannya tak pernah mengecewakanku.”“Termasuk tak pernah mengecewakanmu di atas ranjang?”Astaga, seenak hatinya Roland menuduh tanpa tahu kebenarannya. Abaikan Michelle yang sudah terbiasa dengan mulu

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-18
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 21: Membela Diri

    Tangan Michelle mengepal kencang, berusaha menahan diri agar tidak terprovokasi dan menampar pria kejam di hadapannya. Mungkin sudah takdirnya berhadapan dengan pria pendendam yang tak tahu malu menuduh itu.Namun, kali itu Michelle tidak berdiam diri. Roland sudah keterlaluan merendahkan dia yang membungkam mulutnya sejak tadi.“Sepertinya aku sangat berkesan di hidupmu ya, Roland? Sampai sudah enam tahun berlalu kau masih belum bisa melupakanku. Aku saja sudah lupa bagaimana dengan bodohnya bergoyang di atasmu.” Michelle tersenyum sinis dengan tatapan merendahkan.Michelle sudah tidak peduli lagi pada ekspresi marah Roland. Dia juga tidak peduli bagaimana tidak sopannya menyapa Roland. Yang terpenting bagi Michelle saat itu adalah membalas provokasi Roland.“Kau terlalu percaya diri, Michelle.” Roland tersenyum kesal setelah menggeram marah.“Kau yang tidak bisa move on, Roland.” Michelle membalas balik dengan nada sinis yang kental. “Kau yang mencampakkanku! Kau juga yang mengatakan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 22: Roland dan Keinginannya

    “Roland? Roland siapa yang kau maksud, Michelle?” Alins langsung bereaksi panik sesuai ekpektasi Michelle. Dia sampai duduk menegang dengan mata membulat sempurna.“Tuan David meneleponku dan aku menjawabnya dalam keadaan menyetir. Aku panik karena sudah sangat terlambat. Dan aku tidak sengaja menabrak mobil yang berada di depanku karena kelalaianku.”Michelle menghela napas kasar setelah menjelaskan awal kronologi kecelakaan yang dialami. Tak lama setelah itu dia kembali membuka mulut untuk melanjutkan cerita.“Awalnya aku mengira itu bukan Roland, karena pria yang pertama aku temui adalah orang lain. Tapi ketika aku berbicara dengan pria itu, Roland keluar dari mobil dan mengejutkanku,” jelasnya.“Bagaimana dengan Leah? Apa dia tahu saat itu kau bersama Leah.” Alins menyahut cepat.Michelle menggeleng. “Dia tidak menyinggung siapa pun kecuali aku. Aku juga telah memastikan Leah juga tidak melihatnya.”Alins mengembuskan napas kasar sembari memejam singkat mata. Duduknya yang menegan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 23: Siasat Cerdik

    Pagi itu Michelle masih berada di rumah Alins. Dia masih terbaring di ranjang tidur, kedua matanya masih terpejam rapat karena begitu lelahnya kemarin malam. Kedamaian yang dirasakan terganggu oleh sentuhan jemari di pipinya. Michelle enggan membuka mata, sebab dia tahu siapa yang sedang mengusiknya. “Kulit wajah Mommy lembut sekali.” Itu adalah Leah—yang memuji takjub dalam gumaman lemahnya. Michelle tersenyum dengan posisi mata tertutup, namun tak lama setelahnya Michelle membuka mata. “Good morning, Sweetheart.” “Mommy sudah bangun?” Leah tersentak sampai jemarinya membuka di wajah Michelle. “Bagaimana Mommy tidak bangun? Ada jari-jari nakal yang memegang-megang wajah Mommy,” protes Michelle bernada tak senang yang dibuat-buat. “Aku suka menyentuh wajah Mommy, lembut sekali.” Michelle menanggapi lewat senyuman lembut. Wanita itu menatap Leah sembari merapikan rambut Leah yang sedikit berantakan. “Bagaimana perasaanmu? Grandma Alins mengatakan kemarin malam kau ketakutan.” Mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 124: Hasil yang Dinanti

    ~ Satu jam sebelumnya ~Tepat di sebelah ranjang, Roland masih setia menemani Michelle. Pria itu tak bosan duduk di kursi sembari menatap Michelle yang tertidur lelap. Sesekali dia membelai pipi ataupun mengusap kepala Michelle ketika wanita itu bergerak gelisah dalam tidurnya.Dia berusaha tak menimbulkan suara apa pun yang mengusik kedamaian Michelle. Walau rasanya suara apa pun tak akan membuat Michelle sampai terbangun, karena Michelle bukanlah tipe orang yang sensitif saat tertidur.Ketukan pintu yang terdengar membuat Roland reflek mengalihkan pandangan. Dia melayangkan tatapan tajam kepada Daniel yang masuk dengan hati-hati. Roland juga memberikan kode kepada Daniel lewat telunjuknya yang menempel di bibir.“Jangan berisik! Michelle sedang tidur,” seru Roland mendikte tegas lewat tatapan sinis.Daniel yang mengangguk patuh tak mau membela diri atas sikapnya yang sudah hati-hati. Dia memilih untuk meletakkan barang-barang yang di bawa ke sudut santai ruangan kamar inap itu.“Apa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 123: Memulai Cerita

    “Keluarlah!” David mengusir dengan acuhnya. “Sebaiknya kau desak tim legal untuk segera menyelesaikan masalah ini. Tekan juga tim IT dan humas untuk menghapus segala pemberitaan,” lanjutnya memberi perintah.David tak menggubris sahutan wanita itu karena muak dan tak puas pada kinerja wanita itu.Diselimuti keheningan yang mendominasi, David kembali terfokus pada pemikirannya mengenai Michelle.Jika memang benar sesuai, sangat tepat jika dia menilai kemarahan Roland bersinggungan dengan Michelle.David tak bisa melupakan bagaimana pasrahnya Michelle dalam pelukan dan gelutan bibir Roland. Dia juga tak bisa menghapus bagaimana emosi memuncak ketika Roland mengadukan hubungan yang terjalin dengan Michelle.Satu-satunya tindakan yang tepat dilakukan adalah menemui Michelle dan mengonfirmasi secara langsung.Sayangnya, wanita itu masih belum menunjukkan batang hidungnya di firma hukum. David semakin bertanya-tanya mengenai keadaan Michelle. Rasa penasarannya terdesak oleh pemberitaan meng

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 122: Bertanya-tanya

    “Apa yang kau katakan?”Ella seketika beranjak dari tepian ranjang. Wanita yang baru saja menenangkan diri dari masalah memusingkan kepala itu telah mendekati asistennya, sementara matanya telah mendelik penuh rasa kesal.“Kau mengatakan Jemmy sudah tidak ada lagi di hotel itu?” desak Ella menggeram sampai gerahamnya beradu kasar.Wanita yang di depannya itu tertunduk takut. “S-saya ... saya sudah memastikan kepada pihak hotel jika Tuan Jemmy sudah meninggalkan hotel sejak kemarin malam—”“Bagaimana bisa kau kehilangan jejak pria sialan itu?!”Bentakan yang memekik sakit ke telinga itu menambah rasa takut pada asisten wanita itu. Bahkan, tubuhnya yang kurus dan kecil itu sudah gemetaran di hadapa Ella.“Aku sudah berulang kali katakan, jangan sampai pria sialan itu menghilang tanpa jejak! Aku juga sudah perintahkan untuk memata-matai segala gerak pria sialan itu!”Wajah Ella memerah, pun gemetaran setelah memekik marah. Wanita itu tak sedikit pun menyembunyikan emosinya kepada orang y

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 121: Memberi Rasa Nyaman

    “Aku harap kau tidak salah paham dengan perkataanku.”Michelle berusaha menampik kegelisahan Roland yang jelas terlihat di balik keheningannya itu.“Aku tidak ingin menjalani hubungan ini terlalu terburu-buru. Aku ingin kita menikmati waktu bersama-sama sekaligus bisa memahami diri kita masing-masing.”Michelle lebih lanjut mengutarakan keinginannya dengan tidak cukup percaya diri. Itu karena dia memahami Roland yang pasti tidak akan menyutujui.“Aku ingin kita tidak seperti dulu yang selalu salah paham dan menyimpulkan sendiri. Meski aku tidak mau terburu-buru, itu bukan berarti aku tidak serius menjalani hubungan ini,” ujar Michelle menimpali.Roland ingin sekali menertawakan pernyataan Michelle dan membalasnya lewat kalimat-kalimat ketus yang pasti menjatuhkan mental.Rasanya tidak masuk akal menjalani hubungan yang serius, namun dilakukan dengan tenang seperti air yang mengalir.Apalagi dengan gaya seorang Roland yang tidak sabaran, dia menilai mustahil bisa mengabulkan permintaan

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 120: Permintaan Michelle

    Dengan terpaksa Ella menurunkan kaca pintu mobil di sebelahnya. Wanita itu memamerkan senyuman kaku demi menyembunyikan rasa cemas dan kesal yang campur aduk di dada.“Kenapa Anda bersikap kasar seperti tadi?” Ella mengkritik di balik senyuman palsu. “Sikap Anda itu sangat tidak sopan,” lanjutnya sedikit ketus.“Mohon maaf! Tetapi selaku pihak keamanan di lingkungan ini saya wajib menegur Anda,” jelas pria itu tanpa sadar meningkatkan rasa cemas Ella.“O-Oh, tapi saya tidak melakukan hal buruk.” Ella membela diri dengan nada gugup.“Mohon maaf jika Anda salah paham atas sikap saya.” Pria itu berulang menyatakan kata maaf dengan sikap tegasnya. “Kemarin malam di sini baru saja terjadi percobaan pembunuhan. Beruntungnya korban berhasil diselamatkan dengan cepat, sehingga keamanan di lingkungan ini diperketat. Sejak saat itu kami wajib memeriksa siapa pun orang asing yang datang,” jelas pria itu.Ella sendiri tertegun mendengarkan penjelasan yang tersampaikan baik ke telingannya. Sampai-

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status