Share

Bab 21: Membela Diri

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-20 00:54:56
Tangan Michelle mengepal kencang, berusaha menahan diri agar tidak terprovokasi dan menampar pria kejam di hadapannya. Mungkin sudah takdirnya berhadapan dengan pria pendendam yang tak tahu malu menuduh itu.

Namun, kali itu Michelle tidak berdiam diri. Roland sudah keterlaluan merendahkan dia yang membungkam mulutnya sejak tadi.

“Sepertinya aku sangat berkesan di hidupmu ya, Roland? Sampai sudah enam tahun berlalu kau masih belum bisa melupakanku. Aku saja sudah lupa bagaimana dengan bodohnya bergoyang di atasmu.” Michelle tersenyum sinis dengan tatapan merendahkan.

Michelle sudah tidak peduli lagi pada ekspresi marah Roland. Dia juga tidak peduli bagaimana tidak sopannya menyapa Roland. Yang terpenting bagi Michelle saat itu adalah membalas provokasi Roland.

“Kau terlalu percaya diri, Michelle.” Roland tersenyum kesal setelah menggeram marah.

“Kau yang tidak bisa move on, Roland.” Michelle membalas balik dengan nada sinis yang kental. “Kau yang mencampakkanku! Kau juga yang mengatakan
Bab Terkunci
Lanjutkan Membaca di GoodNovel
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 22: Roland dan Keinginannya

    “Roland? Roland siapa yang kau maksud, Michelle?” Alins langsung bereaksi panik sesuai ekpektasi Michelle. Dia sampai duduk menegang dengan mata membulat sempurna.“Tuan David meneleponku dan aku menjawabnya dalam keadaan menyetir. Aku panik karena sudah sangat terlambat. Dan aku tidak sengaja menabrak mobil yang berada di depanku karena kelalaianku.”Michelle menghela napas kasar setelah menjelaskan awal kronologi kecelakaan yang dialami. Tak lama setelah itu dia kembali membuka mulut untuk melanjutkan cerita.“Awalnya aku mengira itu bukan Roland, karena pria yang pertama aku temui adalah orang lain. Tapi ketika aku berbicara dengan pria itu, Roland keluar dari mobil dan mengejutkanku,” jelasnya.“Bagaimana dengan Leah? Apa dia tahu saat itu kau bersama Leah.” Alins menyahut cepat.Michelle menggeleng. “Dia tidak menyinggung siapa pun kecuali aku. Aku juga telah memastikan Leah juga tidak melihatnya.”Alins mengembuskan napas kasar sembari memejam singkat mata. Duduknya yang menegan

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-20
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 23: Siasat Cerdik

    Pagi itu Michelle masih berada di rumah Alins. Dia masih terbaring di ranjang tidur, kedua matanya masih terpejam rapat karena begitu lelahnya kemarin malam. Kedamaian yang dirasakan terganggu oleh sentuhan jemari di pipinya. Michelle enggan membuka mata, sebab dia tahu siapa yang sedang mengusiknya. “Kulit wajah Mommy lembut sekali.” Itu adalah Leah—yang memuji takjub dalam gumaman lemahnya. Michelle tersenyum dengan posisi mata tertutup, namun tak lama setelahnya Michelle membuka mata. “Good morning, Sweetheart.” “Mommy sudah bangun?” Leah tersentak sampai jemarinya membuka di wajah Michelle. “Bagaimana Mommy tidak bangun? Ada jari-jari nakal yang memegang-megang wajah Mommy,” protes Michelle bernada tak senang yang dibuat-buat. “Aku suka menyentuh wajah Mommy, lembut sekali.” Michelle menanggapi lewat senyuman lembut. Wanita itu menatap Leah sembari merapikan rambut Leah yang sedikit berantakan. “Bagaimana perasaanmu? Grandma Alins mengatakan kemarin malam kau ketakutan.” Mi

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-22
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 24: Kebohongan Michelle

    Michelle telah selesai mempersiapkan diri untuk bekerja di weekend itu. Beruntung dia memiliki beberapa pakaian yang pantas dipakai yang memang sengaja ditinggalkan di rumah Alins. Sehingga setiap kali ada hal mendadak serupa Michelle tak perlu repot-repot pulang ke rumah.Make up yang dipakai juga tepat pada situasi tak terlalu formal, sangat seirama dengan dress semi formal yang menonjolkan sisi feminim seorang Michelle.Namun, Michelle masih diselimuti rasa bersalah pada Leah.Ketika memberitahu Leah bahwa dia tidak bisa memenuhi janji, hati Michelle begitu sakit melihat ekspresi kecewa yang kental menyelimuti wajah cantik putrinya.Leah memang tidak mengeluh apalagi melarangnya pergi. Tetapi wajah murung yang berusaha keras disembunyikan membuat Michelle dihantui rasa bersalah.Michelle keluar dari kamar tidur itu dengan membawa tas pribadi beserta tas yang berisikan laptop dan tablet pc. Langkah kakinya menuju ke teras belakang di mana Alins dan Danny mengajak Lea bersantai.“Kau

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 25: Pria Penggoda

    Taksi yang ditumpangi hampir tiba pada lokasi tujuan Michelle. Namun Michelle merasa ragu atas tujuannya.Lokasi yang diberitahu David menuju ke bandara di mana semua private jet parkir dan lepas landas. Titik lokasi yang diberikan David pun berada di sebuah cafe yang berada di sekitar bandara.Apa David dan Roland benar-benar akan melakukan pembahasan bisnis pada tempat yang kurang sempurna itu?Pemikiran Michelle semakin menguat ketika dia taksi yang ditumpangi berhenti di titik tujuan. Michelle yang keluar dari taksi menatap bingung lokasi cafe itu. Cafe itu hanya sebuah tempat minum biasa yang jauh dari standart seorang David apalagi Roland.“Anda sudah datang, Nona Michelle?”Seketika Michelle berbalik saat disapa oleh seseorang dari arah belakang. Matanya yang kebingungan telah menatap seorang pria berkemeja formal.“Ya?” Michelle menatap waspada.“Saya adalah Daniel—sekretaris pribadi Tuan Roland.”Michelle langsung tersadar ketika pria itu memperkenalkan diri dan mengajak berj

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 26: Tekanan Perasaan

    “Anda bisa ikut duduk dengan saya di kabin belakang. Di sana masih tersedia seat untuk Anda, Nona Michelle.”Daniel berani mengajak Michelle yang menjadi bahan olok-olokan kedua atasan tak bermoral itu. Hal itu dia lakukan demi tak menunda keberangkatan.Michelle sendiri sudah mengangguk setuju pada ajakan Daniel yang menyelamatkannya. Namun, hatinya masih tak terima atas perbuatan Roland beserta David yang secara tak langsung telah melecehkan kehormatannya.“Saya mohon untuk tidak melakukan bercandaan seperti yang barusan kalian lakukan. Walaupun saya hanya seorang bawahan, tetapi saya tidak suka diperlakukan seenak hati dan dinilai murahan. Saya sangat menghormati Anda berdua, jadi tolong perlakukan saya dengan cara yang sama. Saya permisi, Tuan David ... Tuan Roland.”Michelle merundukkan kepala kepada kedua pria yang tertegun dibuatnya. Secara tidak langsung wanita itu menegaskan sikap hormat dari dirinya.Tak lama setelahnya Michelle mengikuti Daniel ke kabin belakang yang dibata

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-23
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 27: Bertanya-tanya

    “Saya akan menganggap hal ini tidak pernah terjadi.”Jemari Michelle memegang lembut pergelangan tangan David, gerakannya sama lembutnya ketika menyingkirkan tangan David dari pipinya.“Saya sangat menghormati Anda sebagai atasan. Jadi, saya mohon jangan ciptakan ketidaknyamanan diantara kita.”Michelle mengulas senyum manis yang menunjukkan sisi baik dari dirinya. Bagi dia, itu adalah tindakan yang pantas dilakukan untuk menghindari rasa tidak nyaman setelah mendapatkan pengakuan David.“Sebaiknya Anda beristirahat di kamar. Kemarin Anda mabuk, akan berbahaya jika Anda kurang istirahat saat berkuda nanti,” ucap Michelle menasihati.“Aku sudah baik-baik saja. Kau juga jangan terlalu memaksakan diri untuk bekerja. Nikmati saja suasana di sini, kontrak kerjasama itu bisa disiapkan dengan perlahan.”Michelle menggelengkan kepala. “Sebagian isinya sudah saya kerjakan saat di pesawat tadi, sisanya akan dilanjutkan setelah membeli barang-barang keperluan Anda selama di sini.”“Kau bisa perg

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-24
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 28: Cerita Masa Lalu

    Michelle masih terpaku menatap Daniel yang mengeluarkan pertanyaan tak terduga. Di dalam pikirannya telah berputar sederet pertanyaan yang mendesak rasa penasaran.Hatinya bertanya-tanya, dari mana Daniel mengetahui tentang dirinya padahal mereka belum bertemu. Dalam keheningan itu juga Michelle menerka-nerka, mungkin Daniel mengetahui dari Roland langsung.Tetapi hal itu tidak mungkin terjadi. Roland sangat menutup rapat hubungan mereka dulu, sampai tidak ada yang tahu kecuali orang-orang terdekat mereka.“Saya mendengar cerita seputaran tentang Anda saat baru bekerja untuk Tuan Roland.”Penjelasan singkat Daniel menuntun ingatan Michelle untuk kembali di mana dia diusir kejam dari perusahaan Roland. Michelle ingat bagaimana desas-desus seputaran pemecatannya yang tak terhormat itu. Sehingga dia berpendapat Daniel telah mengetahui dirinya lewat cerita-cerita yang tak benar itu.“Aku tidak bisa mengelak karena sepertinya kau telah mengetahui tentang diriku.” Michelle meringis senyuman

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-25
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 29: Masa Lalu Roland

    Kuda yang ditunggangi sedang beristirahat setelah beberapa waktu berjalan menjelajahi hutan sampai ke tepian sungai. Baik yang hitam maupun cokelat telihat tenang menikmati rerumputan hijau di dekatnya.Roland pun terlihat tenang beristirahat—duduk di sebuah kayu cukup besar yang berada di bawah pohon besar nan rindang.Pria itu hanyut dalam suasana tenang yang tak didapatkan ketika berada di kesibukan kota. Semilir angin yang menerpa wajah begitu menyejukkan sampai Roland terlena memejamkan mata.Suasana tenang itu merileksasikan pemikiran Roland dari segala beban di pundak. Dia merasakan ketenangan penuh sampai dia membayangkan sebuah keindahan dari sosok indah yang mengendap di pikiran.Jauh di dalam khayalan, Roland sedang terbuai dalam sosok Michelle yang tersenyum manis penuh kelembutan. Sebuah senyuman yang ditunjukkan tulus, sampai senyar kehangatan yang menyelimuti di senyuman itu tersampaikan sempurna di hati Roland.Roland mengakui, dia sangat menyukai cara Michelle menatap

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-26

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 115: Kedatangan Roland

    Beberapa jam kemudian Michelle telah dipindahkan ke kamar inap setelah kondisinya dinyatakan stabil. Selang oksigen yang terpasang sudah dilepaskan, kecuali jarum beserta selang infus yang masih terpasang.Meski kondisinya dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, Michelle masih bersikap sama yaitu tak mengendurkan sedikit rasa takut dan cemas.Jemarinya bertindak egois terhadap Valencia, tak ingin melepaskan sedikit tangan Valencia dari genggamannya. Bahkan ketika dokter memeriksakan keadaannya, Michelle tak ingin ditinggalkan sedetik pun oleh Valencia.Semua karena bayangan mengerikan itu mengisi seluruh pikiran Michelle.Ketika matanya terbuka, Michelle berpikir dirinya telah tidak lagi berada di bumi karena pandangan mata yang kabur pada warna putih mendominasi. Hal hampir serupa pernah Michelle rasakan ketika tak sadarkan diri sewaktu pasca melahirkan Leah.Namun setelah beberapa kali mengerjapkan mata dan penglihatan mata kembali jernih, Michelle menyadari dirinya yang masih bernya

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 114: Tangan yang Gemetaran

    Valencia membasuh air mata yang membasahi wajah cantiknya dengan sapu tangan pemberian suaminya. Napasnya masih saja sesak setelah memaksa diri agar berhenti dari tangisannya. Duduk di ruang tunggu itu, Valencia berakhir menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Apa yang aku lakukan sudah benar, ‘kan?” tanya Valencia dengan nada masih sedikit terisak.“Mendengar bentakannya tadi, aku bisa menebak rasa terkejut dan kemarahan Kak Roland.” Albert berkomentar tenang.“Dia langsung mematikan telepon tanpa memberitahu apa yang akan dilakukan. Tetapi aku bisa menebak, dia pasti akan langsung ke sini tanpa peduli betapa penting pekerjaannya di sana.”Valencia berkomentar serupa ketika menormalkan kembali napasnya.“Aku hanya berharap Michelle cepat sadar agar bisa memberitahukan semua yang dia lalui sendirian,” lanjutnya berbicara.“Sebaiknya kau pulang saja, Valen. Aku akan menunggu perkembangan tentang Michelle di sini.”Pernyataan Albert membuat Valencia mengangkat kepalanya yang tenang be

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 113: Telepon Dari Valencia

    Roland terduduk lemas di kursi penumpang belakang pada mobil yang dinaiki. Pria itu mengendurkan dasi yang melingkar rapi di leher, sengaja memberi ruang bebas pada tenggorokan yang dipenuhi sesak tak mengenakkan. Sementara itu mata abu-abunya menatap kosong ke arah depan, tak peduli pada Daniel yang melirik cemas seperti ingin menarik perhatian.Pembicaraan intens beberapa menit lalu bersama Alins dan Danny benar-benar menguras perasaan Roland. Selain mengetahui cerita hidup Michelle yang tertutup sempurna, dia juga mengetahui perihal penyakit dari dua orang yang seperti orang tua pengganti bagi Michelle.Alins mengidap kanker lambung stadium empat, di mana hari itu dokter di rumah sakit itu menyampaikan kabar buruk perihal kanker itu sudah menyebar dan menggerogoti ke jaringan lain di tubuhnya. Sementara Danny disarankan untuk beristirahat dari pekerjaannya dan melakukan tindakan pengobatan pada penyakit jantung yang diderita.Tak ada yang bisa Roland lakukan kecuali terdiam dan men

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 112: Kejujuran Perasaan

    Roland terhenyak dalam pertanyaan Alins sampai mulutnya bungkam tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan yang diucapkan sudah Roland ketahui sendiri jawabannya, tetapi rasa penasaran mendesaknya ingin mencari tahu secara langsung.“Dibandingkan Michelle, kami sudah siap jika sewaktu-waktu kau mengetahui perihal Leah.” Danny memecahkan keheningan diri yang sebelumnya memilih menjadi pendengar. “Karena sebuah rahasia tidak ada yang abadi untuk disembunyikan,” lanjutnya menimpali.“Apa tujuanmu datang kali ini di kehidupan Michelle masih sama, Roland?” tanya Alins dengan kelembutan namun terselip sebuah ketegasan yang dirasakan kental.Roland masih bersikap sama. Entah mengapa mulutnya terasa sulit untuk terbuka dan bersuara.“Sejak kecil Michelle tak pernah mau menyulitkan siapa pun termasuk ibunya. Michelle kecil selalu terbiasa mandiri dengan sosok orang tua tunggal yang dia miliki. Mungkin karena ibunya yang merupakan kakak kandungku sudah memberitahu bahwa hanya Michelle hanya memili

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status