“Dia sudah berjanji tidak mengganggu hidupku setelah aku menuruti keputusannya itu. Selain itu juga, aku berhasil membuktikan bahwa keputusannya itu salah,” jelas Roland yang sudah memalingkan pandangan ke depan.David mengangguk lemah. “Ayahmu terlalu keras padamu. Padahal tanpa pernikahan bisnis itu pun, kau mampu menaikkan nama perusahaan. Tapi aku penasaran, apa alasanmu menceraikan Ella? Padahal saat itu Ella sedang bahagia setelah mengumumkan kehamilannya.”Lidah Roland sudah berdecak kesal, mengisyaratkan David tak boleh bertanya-tanya lebih.“Aku hanya penasaran karena kau terlalu menutup diri selama enam tahun ini.” David tertawa tenang sembari menepuk ringan bahu Roland. Dia berusaha menghilangkan suasana mencekam yang Roland ciptakan. “Setelah aktif di perusahaan, kau selalu pelit informasi tentang kehidupanmu,” lanjutnya mengejek.Roland mengendus kesal setelah menyingkirkan tangan David di bahunya. “Kau sendiri sudah tua tapi masih mau main-main dengan wanita,” balasnya m
Dari jendela kamar, Michelle bisa melihat keadaan di luar vila yang menyajikan halam depan. Di mana saat itu dia mengunci tatapan pada Roland beserta David yang kembali dari kegiatan berkuda.Pikiran Michelle masih dipenuhi dengan aduan Daniel, bahwa Roland menceraikan Ella karena sebuah alasan yang tidak bisa diberitahu. Bahkan ketika Michelle pelan-pelan mendesak pun Daniel enggan memberitahu.Michelle disarankan untuk bertanya sendiri kepada Roland.Tidak peduli bagaimana meluapnya rasa ingin tahunya, Michelle tidak akan mencari tahu. Sejak Roland mencampakkan dirinya, itu sudah menegaskan Michelle tak boleh terlibat apa pun dengan pria itu.Roland adalah individu yang sangat penuh perhitungan dan kejam. Emosinya selalu berhasil memusingkan Michelle. Untuk itu Michelle tak perlu mendekatkan diri pada sebuah masalah yang berkaitan dengan Roland.Rasa nyeri di perut menarik perhatian Michelle. Detik itu pun Michelle memalingkan pandangan, sementara tangan sudah memegangi perutnya yan
“Tadi saya tidak sengaja menabrak Tuan Roland,” jelas Michelle yang terburu-buru melepakan diri dari pelukan Roland.“Ahh ... begitu.” David menanggapi sembari berjalan menghampiri.“Tuan Roland menolong saya yang hampir terjatuh.” Michelle menimpali penjelasan dengan gugup. Dia merasa cemas pada tatapan David yang mencurigai.David mengangguk lemah. “Aku pikir dia mau mengganggumu lagi. Karena kau merasa tidak nyaman sejak tadi kita bersama dia.”Michelle meringis senyuman lemah. “Semua adalah kesalahan saya yang tidak berhati-hati.”“Aku harap kau agak sedikit sabar menghadapi Roland, Michelle. Dia memang selalu suka menguji kesabaran orang dengan mulut tajamnya itu. Tapi, dia memiliki sisi baik yang jauh ... sangat jauh-jauh sekali di dalam dirinya.” David memberi pemahaman mengenai Roland yang mendengkus sinis di sebelah Michelle.Michelle sendiri sangat tahu bagaimana seorang Roland. Bahkan, Michelle merupakan salah satu korban dari sikap menjengkelkan Roland.Tetapi, Michelle ti
Hujan deras tiba-tiba turun ketika perjalanan baru ditempuh belum separuhnya. Derasnya ritme hujan membuat pandangan kabur sehingga Roland berhati-hati mengemudi. Angin kencang yang turut serta juga menyulitkan Roland.Namun, Roland tak sedikit pun berniat balik. Pria itu tetap melanjutkan perjalanan setelah melihat Michelle yang terus memegangi perut dengan sesekali mengerang sakit.Roland tahu bahwa saat itu Michelle sedang mengalami sakit perut akibat siklus bulanan kewanitaannya. Dia teringat bagaimana dulu Michelle mengalami sakit yang serupa.“Kenapa kau tidak membawanya? Padahal kau selalu tahu siklus bulananmu.” Roland memecahkan keheningan yang mendominasi di dalam mobil.Michelle tercengang sendiri, tetapi dia tidak menoleh kepada Roland yang fokus mengemudi. “Bagaimana kau bisa tahu aku sedang mengalami siklus bulanan?”“Kau terus memaksa ingin sendiri membeli sesuatu. Itu artinya kau ingin membeli sesuatu bersifat pribadi yang tidak ingin diketahui oleh orang lain. Sejak t
“Keluar.”Mata Michelle melebar pada kalimat yang penuh perintah itu. Meskipun dilafalkan dengan tenang, Michelle tahu jika perkataan itu tak boleh dibantah.“Keluar dari mobil ini sekarang juga.” Mata tajam Roland mendikte tegas kepada Michelle yang terperangah kaku.Emosi Roland benar-benar memusingkan! Sebelumnya dia melarang Michelle keluar dari mobil. Dia rela berlari sampai basah demi memenuhi yang Michelle butuhkan. Tapi, sekarang dia mengusir Michelle tanpa peduli keadaan Michelle dan derasnya hujan.Segenap perasaan benci telah menyelimuti hati Michelle. Matanya memerah, wajah cantiknya pun telah memerah kesal. Di dalam hati Michelle merutuk kesal, seharusnya enam tahun lalu dia menyumpahi Roland lebih sadis dari sekadar tidak menemukan kebahagiaan sebelum bersujud meminta maaf di kaki Michelle. Harusnya Michelle menyumpahi Roland mati saja.Karena sampai detik itu pun Roland tetap terlihat baik, jauh lebih baik seolah sumpah Michelle tidak memiliki efek sedikit pun terhadap
Roland menghentikan mobil yang dikendarai sendiri di tepian jalan. Dia memukul kesal setir kemudi, menumpahkan emosi yang tak bisa ditahan.Roland sangat tersinggung pada Michelle yang menuduhnya sembarangan. Padahal dia sudah menunjukkan kepedulian yang tak pernah dilakukan sebelumnya.Roland memahami Michelle yang kesakitan menyambut siklus bulanan, tanpa Michelle beri tahu. Pria itu juga menawarkan untuk pergi bersama, padahal dia tidak memerlukan apa pun saat itu.Roland bisa saja menyuruh Daniel secara diam-diam tanpa dia turun tangan. Dia bisa menyuruh Daniel memenuhi kebutuhan Michelle, kemudian diam-diam memberikan hal itu kepada Michelle tanpa David ketahui.Tetapi, melihat Michelle yang berusaha menahan sakit telah menghasut jiwa Roland sampai bertindak impulsif. Walaupun terselimut gengsi, dia bertindak tulus membantu Michelle sampai rela tubuhnya sedikit basah akibat berlari menuju apotek.“Dasar wanita keras kepala! Dia marah sampai membanting pintu seperti itu?!” Roland
Plak! Michelle berhasil menepis tangan pria di depannya yang mencoba menyentuh pipinya. Wanita itu beringsut ke belakang, berusaha menjauh dari pria pemabuk yang mencoba mengganggu.“Wanita galak memang menari. Kau kedinginan, kan? Ayo, ikut saja denganku.”“Jangan sentuh aku!” Michelle memekik marah ketika pria itu kembali mencoba menyentuhnya.“Kau suka memukul? Ah, pukul aku saja nanti di ranjang. Ayo, kita cari hotel di dekat sini. Atau jika kau tidak sabar, kita bisa melakukannya di mobil.”Plak! Kali itu Michelle berhasil mendaratkan tangannya dengan keras di wajah pria itu. Gerakan nekat itu Michelle lakukan karena sudah jijik dengan mulut pria itu. Michelle sampai merinding setiap kali pria itu membuka mulut. Aroma alkohol yang menyengat dan memusingkan kepala membuat Michelle ingin melarikan diri.Bukannya sadar, pria itu malah seperti kesetanan menatap Michelle. Dia melotot kepada Michelle, seperti ingin memakan Michelle atas perbuatan Michelle yang memicu amarah.“Beraninya
Di depan jendela, David memandangi cuaca di luar ruangan, di mana ritme hujan tak sederas sebelumnya. Angin yang berkecamuk pun telah lenyap, sudah tenang mengikuti ritmen hujan.Namun, David masih saja diselimuti kegelisahan di dalam sikap tenangnya. Pria itu masih terpikirkan mengenai Michelle. Begitu menyesal mengizinkan Michelle pergi di tengah cuaca buruk yang baru saja terjadi.Sebagai seorang atasan yang bertanggung jawab, harusnya David-lah yang menemani Michelle. Sehingga saat itu David tidak diselimuti rasa cemas yang membuatnya tak tenang.Kecemasan David semakin menumpuk setelah Daniel memberitahu perihal Roland dan Michelle yang memutuskan menginap di daerah perkotaan itu.Roland adalah individu yang acuh terhadap orang lain. Dia bukan tipekal perasa, tidak akan peduli terhadap orang yang tidak bersinggungan pada hidupnya.Roland juga tak akan merepotkan diri pada hal-hal yang tidak akan menguntungkan dirinya, kecuali jika Roland menaruh minat pada orang itu.Apa Roland t