Beranda / Romansa / Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah! / Bab 36: Obati Saja Hatiku

Share

Bab 36: Obati Saja Hatiku

last update Terakhir Diperbarui: 2024-07-29 01:55:32

Plak! Michelle berhasil menepis tangan pria di depannya yang mencoba menyentuh pipinya. Wanita itu beringsut ke belakang, berusaha menjauh dari pria pemabuk yang mencoba mengganggu.

“Wanita galak memang menari. Kau kedinginan, kan? Ayo, ikut saja denganku.”

“Jangan sentuh aku!” Michelle memekik marah ketika pria itu kembali mencoba menyentuhnya.

“Kau suka memukul? Ah, pukul aku saja nanti di ranjang. Ayo, kita cari hotel di dekat sini. Atau jika kau tidak sabar, kita bisa melakukannya di mobil.”

Plak! Kali itu Michelle berhasil mendaratkan tangannya dengan keras di wajah pria itu. Gerakan nekat itu Michelle lakukan karena sudah jijik dengan mulut pria itu. Michelle sampai merinding setiap kali pria itu membuka mulut. Aroma alkohol yang menyengat dan memusingkan kepala membuat Michelle ingin melarikan diri.

Bukannya sadar, pria itu malah seperti kesetanan menatap Michelle. Dia melotot kepada Michelle, seperti ingin memakan Michelle atas perbuatan Michelle yang memicu amarah.

“Beraninya
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP
Komen (1)
goodnovel comment avatar
puji amriani
roland ketemuin aja deh Leah mukanya mirip kamu tuh gemess akutuuuuhhhhhh wkwkwkkw
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 37: Pilihan Sulit

    Di depan jendela, David memandangi cuaca di luar ruangan, di mana ritme hujan tak sederas sebelumnya. Angin yang berkecamuk pun telah lenyap, sudah tenang mengikuti ritmen hujan.Namun, David masih saja diselimuti kegelisahan di dalam sikap tenangnya. Pria itu masih terpikirkan mengenai Michelle. Begitu menyesal mengizinkan Michelle pergi di tengah cuaca buruk yang baru saja terjadi.Sebagai seorang atasan yang bertanggung jawab, harusnya David-lah yang menemani Michelle. Sehingga saat itu David tidak diselimuti rasa cemas yang membuatnya tak tenang.Kecemasan David semakin menumpuk setelah Daniel memberitahu perihal Roland dan Michelle yang memutuskan menginap di daerah perkotaan itu.Roland adalah individu yang acuh terhadap orang lain. Dia bukan tipekal perasa, tidak akan peduli terhadap orang yang tidak bersinggungan pada hidupnya.Roland juga tak akan merepotkan diri pada hal-hal yang tidak akan menguntungkan dirinya, kecuali jika Roland menaruh minat pada orang itu.Apa Roland t

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-30
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 38: Perubahan Emosi

    Michelle hanya bisa mendengkus kesal dan tidak berdaya menolak permintaan Roland. Bahkan Michelle mengizinkan pria keras kepala itu menyetir dalam keadaan terluka menuju penginapan.Padahal Michelle telah berinisiatif menyetir karena kondisi Roland yang sedang tidak dalam keadaan baik. Tetapi, berdebat dengan pria keras kepala itu adalah hal yang sia-sia dilakukan. Sehingga Michelle berakhir duduk di sebelah Roland yang tenang mengemudi.“Kita sudah sampai?” tanya Michelle ketika Roland menghentikan laju mobil di depan penginapan. “Aku akan turun dan memesan kamar—”“Aku saja!” Roland menyela cepat, secepat dia terburu-buru melepaskan seat belt. “Kau diam saja di sini sampai aku kembali.”Michelle didikte habis-habisan oleh Roland yang keluar tanpa mendengarkan balasan sedikit pun. Wanita cantik itu terperangah sampai mulutnya menganga kecil, bahkan Michelle tak berkedip oleh suara pintu mobil yang ditutup cukup kasar akibat Roland terburu-buru.Perubahan sikap Roland sangat memusingk

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 39: Menginap Satu Kamar

    Michelle menepis lemah tangan Roland. “Aku mulai kedinginan dan ingin segera mengganti pakaian.”Michelle berpaling pergi tanpa menunggu jawaban Roland. Dia sengaja menghindar karena lagi-lagi menghadapi emosi Roland yang membingungkan.“Kamarku ada di lantai berapa?” tanya Michelle kepada Roland yang mengikuti dari belakang.“Hanya tersisa satu kamar. Jadi, kita akan berada satu kamar malam ini.”Michelle terkejut sampai refleks menghentikan langkah, sementara matanya telah membulat sempurna dengan sorot tajam pada Roland yang melewatinya sangat tenang.“Roland!” Michelle mendikte dengan terburu-buru mencegah langkah Roland yang telah berada di lobby. “Kau bercanda? Bagaimana mungkin hanya tersisa satu kamar?” lanjut memprotes dengan wajah memerah marah.“Apa aku pernah bercanda?” Roland menyahuti tenang.“Pasti kau sengaja memesan satu kamar. Di luar hanya mobilmu dan beberapa kendaraan milik orang lain yang terparkir. Bagaimana bisa hanya ada satu kamar yang tersisa?” Michelle menc

    Terakhir Diperbarui : 2024-07-31
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 40: Bekas Gigitan

    Terserah apa yang diminta Roland, Michelle tidak akan peduli! Wanita cantik itu menggeram kesal, matanya menyorot sinis tanpa rasa takut seujung kuku. Michelle sampai membanting kasar pintu kamar mandi ketika memilih menenggelamkan diri di sana.Dan ketika berhasil menjauh dari Roland, Michelle masih menatap sinis pintu kamar mandi yang seolah-olah itu adalah Roland.“Aku mimpi apa kemarin? Sampai tertimpa sial bertubi-tubi seperti ini,” Michelle mengeluh kesal di depan wastafel.Jika bisa memilih, Michelle sudah menyerah berhadapan dengan Roland. Salah! Jika Michelle tidak kesulitan keuangan, sudah pasti Michelle berhenti dari pekerjaannya.Batinnya tidak akan tertekan. Dia juga tidak merasa gelisah setiap kali bertindak kepada Roland. Michelle juga tidak akan menerima penghinaan dari Roland yang bermulut tajam.Sayangnya, Michelle dipaksa menghadapi. Keungannya saat itu tidak memungkin Michelle bertindak egois. Dia masih harus bertanggung jawab atas mobil Roland yang dia tabrak. Mic

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 41: Sensasi Mendebarkan

    Demi apa pun, Michelle tak bisa bereaksi lebih selain mendengkus kesal sampai mulutnya menganga kecil. Padahal dulu jangankan menggigit bekas gigitan orang lain, jika alat makannya tidak disterilkan dengan benar Roland tidak akan mau menggunakannya. Tapi detik itu Roland dengan santai kembali menggigit sandwich di tangannya Michelle.“Ini sandwich-ku.” Michelle berusaha menegur Roland yang mungkin saja bertindak keliru.“Memangnya kenapa? Rasanya kan sama saja dengan milikku.” Roland sangat santai menanggapi, sesantai dia duduk menatap Michelle.“Aku sudah menggigitnya.” Michelle sedikit menekan agar Roland memahami maksudnya.“Kau khawatir aku menggigit bekas gigitanmu?” Roland menyeringai tipis. Perlahan-lahan bibirnya terbuka membentuk senyuman manis melihat Michelle yang telah merona merah. “Tidak apa-apa, Michelle. Dulu kita selalu saling menggigit bibir sampai bertukar air liur.”Astaga, Roland! Tidak perlu ditanyakan lagi bagaimana jengkelnya Michelle. Dengan mata yang membelal

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-01
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 42: Kecurigaan David

    Kehangatan malam itu melebur setelah Roland beranjak pergi. Tidak ada kalimat permintaan maaf atau apa pun yang terdengar selain alasan Roland memilih tidur di mobil.Michelle menyambut baik keputusan Roland. Dia bersyukur diberi ruang lebih untuk menata perasaan dari sentuhan yang mendebarkan, yang membuat Michelle hampir tenggelam dalam sentuhan panas bibir Roland.Hampir semalaman Michelle bersikeras menata perasaannya. Dia tidak boleh bertindak ceroboh yang menunjukkan dia dilema oleh sentuhan jejak manis bibir Roland.Sayangnya, kecemasan itu berakhir sia-sia. Michelle tidak bertemu Roland keesokan hari. Dia hanya bertemu David yang menyusul ke penginapan. Lewat David, Michelle mengetahui bahwa Roland lebih dulu kembali karena kepentingan mendadak. Hingga akhirnya Michelle pulang bersama David dengan menempuh jalur darat.Segala urusan pekerjaan tak memiliki hambatan. Semua berjalan lancar sesuai harapan. Namun, Michelle menaruh kecurigaan yang menggelisahkan jiwa.Michelle tak l

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 43: Teman Sekolah Leah

    Sederet kalimat pengakuan sudah terangkai di ujung lidah. Michelle sudah frustrasi terdesak oleh perkataan David. Apalagi David yang mengawasi ekspresi dengan tatapan tajam semakin mendesak Michelle ingin mengakui segala antara dirinya dan Roland.“Jika Roland melakukan hal buruk padamu, aku akan memukulnya.”Mata Michelle melebar ketika David tiba-tiba bersuara. Michelle juga bingung pada David yang ekspresi berubah dengan cepat. Di depannya, David telah berdecak kesal tanpa ada sikap curiga yang mengintimidasi Michelle.“Aku saja tidak berani mengganggumu. Jika dia berani melakukannya, aku akan memukulnya karena sudah berani mengganggu pegawaiku yang berharga. Lagi pula, kau tidak akan terpengaruh pada orang seperti Roland kan, Michelle? Aku yang lemah lembut saja tidak berhasil mendapatkanmu, apalagi Roland!”Samar-samar Michelle menghela napas karena lega kekhawatirannya tidak benar-benar terjadi. Dia bersyukur David tidak menaruh kecurigaan lebih terhadap dirinya dan Roland.“Tid

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-02
  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 44: Jebakan Emosi

    “Tuan muda Axel, mari kita pulang.” Suara bariton yang menegur dari arah belakang telah menginterupsi pembicaraan.Seketika Michelle menoleh ke arah suara. Seorang pria berusia matang dengan pakaian berkemeja rapi telah berdiri tak jauh dari Michelle.“Dia adalah sopirku, Bibi.” Axel mengenalkan pria itu kepada Michelle.“Paman ini pernah mengantarku sewaktu Axel dan ibunya mengantarku pulang, Mom.” Leah ikut menimpali.Michelle tersenyum hangat setelah sempat melayangkan tatapan waspada, tak lama kemudian dia tak lupa mengenalkan diri. “Halo, saya ibunya Leah.”Pria itu merunduk dengan penuh rasa menghomati, kemudian tatapannya tertuju kepada Axel. “Mari kita pulang, Tuan muda Axel.”“Leah dan ibunya mengajak aku bermain di rumah mereka. Apakah Paman bisa menelepon Mommy dan memberitahukan hal ini?” pinta Axel penuh harap.“Nyonya memerintahkan saya untuk mengantar Anda ke rumah setelah pulang sekolah. Selain itu, Nyonya sudah pasti tidak bisa dihubungi karena Nyonya sedang dalam seb

    Terakhir Diperbarui : 2024-08-05

Bab terbaru

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 119: Seperti Mimpi

    Roland baru saja terbangun dari dunia mimpi yang singkat dirasakan. Tetapi dia kembali disuguhkan oleh hal-hal yang mustahil didapatkan.Walaupun sejak kemarin Michelle menunjukkan sisi lembut yang penurut, akalnya merasa seperti masih bermimpi mendengarkan pengakuan Michelle. Bahkan Roland memeriksa keadaan itu dengan mencermati jelas kehangatan tangan Michelle dalam genggamannya.“Katakan saja nanti setelah kau dalam kesadaran penuh. Aku tidak mau nantinya kau berpura-pura tidak mengingat ini,” ujar Roland yang samar-samar menyindir.“Aku akan ingat dan tidak akan berpura-pura.” Michelle meyakinkan dengan sorot mata lemah namun penuh keseriusan. “Seperti yang kau katakan terakhir kali di depan firma—sebelum balik ke New York, ayo kita lupakan masa lalu,” lanjut Michelle menegaskan.“Aku tidak ingin menahan semuanya dan berbohong pada diriku sendiri, bahwa kau masih tetap ada di hatiku. Mau sekeras apa pun aku melupakanku, rasanya semua sia-sia karena aku masih berdebar-debar setiap

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 118: Menyerah pada Perasaan

    Rutinitas pagi di kediaman Jullian berlangsung seperti biasanya. Para pelayan mulai sibuk melakukan kewajiban mereka di kediaman mewah itu, di mana tuan rumah baru saja kembali setelah beberapa waktu mendapatkan perawatan intensif di rumah sakit.Sayangnya, kesibukan mereka diselimuti oleh ketegangan yang diciptakan oleh sang pemilik kediaman. Yaitu Jullian yang menunjukkan emosi tak terbendung di ruangan santai teras belakang.Sejak sore kemarin, Jullian memang telah menunjukkan ekspresi kesal saat pulang ke rumah. Namun, kekesalan itu semakin bertambah ketika asisten pribadinya mengadukan perihal Roland yang batal menjemputnya di rumah sakit.“Jadi anak berandal itu batal menjemputku karena ke Los Angeles?” tanya Jullian penuh tekanan kepada asisten pribadinya yang merunduk.“Informasi yang saya terima bahwa Tuan Roland mendadak pergi ke Los Angeles.”Jullian berdecih kesal. “Dia pasti menemui wanita itu lagi! Demi wanita itu, anak berandal itu membohongiku!”Berbanding terbalik den

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 117: Rencana Balasan

    “Apa yang akan Kakak lakukan?” Valencia bertanya setelah polisi itu pergi.Mata Roland yang masih menyimpan seberkas emosi telah menatap Valencia. Pria itu memindai Valencia yang memucat dan wajah penuh lelah.“Aku kesal sekali pada kesimpulan polisi itu mengenai kasus Michelle,” lanjutnya membuat Roland menatap tajam.“Kesimpulan apa itu?” desak Roland ingin tahu.“Lewat suamiku dia mengatakan jika kesaksianku beserta sopir taksi itu tak memiliki kekuatan untuk menangkap David Revorman.”Valencia tak ragu-ragu mengadukan kesimpulan yang menjengkelkan—yang sebelumnya mendorong dirinya cepat-cepat mengadu pada Roland.“Polisi itu malah mengatakan jika Michelle bisa saja melakukan “pekerjaan” lain karena mungkin kebetulan saja berada di dekat lokasi rumah David. Dia juga mengatakan bahwa Michelle bukan lagi personal asisstant dari David Revorman. Melainkan hanya seorang administrator di firma itu. Bukankah Kakak berteman dengan David itu?”Setumpuk emosi memuncak ke ubun-ubun Roland, se

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 116: Yang Biasa Dilakukan

    Ketika mulut Michelle terbuka guna lebih lanjut mengadu, suara ketukan pintu yang terdengar beruntun telah menghalangi keinginan Michelle. Sorot matanya teralihkan dari Roland yang menunjukkan eksprsi gelap. Michelle mencoba menoleh ke arah pintu yang terbuka, namun sayang terhalangi oleh tubuh gagah Roland yang masih menegang.“Selamat malam. Saya—polisi yang menangani kasus Nyonya Michelle.”Kecemasan yang tak menenangkan kembali menghantui Michelle setelah mendengar seseorang itu adalah pihak kepolisian. Sama seperti sebelumnya, Michelle masih belum mau berinteraksi dengan orang-orang yang tidak dikenal.“Beberapa saat lalu saya menghubungi dokter yang menangani Nyonya Michelle dan mengetahui bahwa beliau sudah sadar. Saya ingin sedikit bertanya-tanya pada Nyonya Michelle mengenai kasus yang menimpanya. Apa bisa saya berbicara dengan Nyonya Michelle?”Batin Michelle langsung menolak sebelum Roland maupun Valencia menoleh ke arahnya. Tangannya yang gemetaran telah terangkat, bersusa

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 115: Kedatangan Roland

    Beberapa jam kemudian Michelle telah dipindahkan ke kamar inap setelah kondisinya dinyatakan stabil. Selang oksigen yang terpasang sudah dilepaskan, kecuali jarum beserta selang infus yang masih terpasang.Meski kondisinya dinyatakan lebih baik dari sebelumnya, Michelle masih bersikap sama yaitu tak mengendurkan sedikit rasa takut dan cemas.Jemarinya bertindak egois terhadap Valencia, tak ingin melepaskan sedikit tangan Valencia dari genggamannya. Bahkan ketika dokter memeriksakan keadaannya, Michelle tak ingin ditinggalkan sedetik pun oleh Valencia.Semua karena bayangan mengerikan itu mengisi seluruh pikiran Michelle.Ketika matanya terbuka, Michelle berpikir dirinya telah tidak lagi berada di bumi karena pandangan mata yang kabur pada warna putih mendominasi. Hal hampir serupa pernah Michelle rasakan ketika tak sadarkan diri sewaktu pasca melahirkan Leah.Namun setelah beberapa kali mengerjapkan mata dan penglihatan mata kembali jernih, Michelle menyadari dirinya yang masih bernya

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 114: Tangan yang Gemetaran

    Valencia membasuh air mata yang membasahi wajah cantiknya dengan sapu tangan pemberian suaminya. Napasnya masih saja sesak setelah memaksa diri agar berhenti dari tangisannya. Duduk di ruang tunggu itu, Valencia berakhir menyandarkan kepalanya di bahu suaminya.“Apa yang aku lakukan sudah benar, ‘kan?” tanya Valencia dengan nada masih sedikit terisak.“Mendengar bentakannya tadi, aku bisa menebak rasa terkejut dan kemarahan Kak Roland.” Albert berkomentar tenang.“Dia langsung mematikan telepon tanpa memberitahu apa yang akan dilakukan. Tetapi aku bisa menebak, dia pasti akan langsung ke sini tanpa peduli betapa penting pekerjaannya di sana.”Valencia berkomentar serupa ketika menormalkan kembali napasnya.“Aku hanya berharap Michelle cepat sadar agar bisa memberitahukan semua yang dia lalui sendirian,” lanjutnya berbicara.“Sebaiknya kau pulang saja, Valen. Aku akan menunggu perkembangan tentang Michelle di sini.”Pernyataan Albert membuat Valencia mengangkat kepalanya yang tenang be

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 113: Telepon Dari Valencia

    Roland terduduk lemas di kursi penumpang belakang pada mobil yang dinaiki. Pria itu mengendurkan dasi yang melingkar rapi di leher, sengaja memberi ruang bebas pada tenggorokan yang dipenuhi sesak tak mengenakkan. Sementara itu mata abu-abunya menatap kosong ke arah depan, tak peduli pada Daniel yang melirik cemas seperti ingin menarik perhatian.Pembicaraan intens beberapa menit lalu bersama Alins dan Danny benar-benar menguras perasaan Roland. Selain mengetahui cerita hidup Michelle yang tertutup sempurna, dia juga mengetahui perihal penyakit dari dua orang yang seperti orang tua pengganti bagi Michelle.Alins mengidap kanker lambung stadium empat, di mana hari itu dokter di rumah sakit itu menyampaikan kabar buruk perihal kanker itu sudah menyebar dan menggerogoti ke jaringan lain di tubuhnya. Sementara Danny disarankan untuk beristirahat dari pekerjaannya dan melakukan tindakan pengobatan pada penyakit jantung yang diderita.Tak ada yang bisa Roland lakukan kecuali terdiam dan men

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 112: Kejujuran Perasaan

    Roland terhenyak dalam pertanyaan Alins sampai mulutnya bungkam tidak bisa menjawab. Padahal pertanyaan yang diucapkan sudah Roland ketahui sendiri jawabannya, tetapi rasa penasaran mendesaknya ingin mencari tahu secara langsung.“Dibandingkan Michelle, kami sudah siap jika sewaktu-waktu kau mengetahui perihal Leah.” Danny memecahkan keheningan diri yang sebelumnya memilih menjadi pendengar. “Karena sebuah rahasia tidak ada yang abadi untuk disembunyikan,” lanjutnya menimpali.“Apa tujuanmu datang kali ini di kehidupan Michelle masih sama, Roland?” tanya Alins dengan kelembutan namun terselip sebuah ketegasan yang dirasakan kental.Roland masih bersikap sama. Entah mengapa mulutnya terasa sulit untuk terbuka dan bersuara.“Sejak kecil Michelle tak pernah mau menyulitkan siapa pun termasuk ibunya. Michelle kecil selalu terbiasa mandiri dengan sosok orang tua tunggal yang dia miliki. Mungkin karena ibunya yang merupakan kakak kandungku sudah memberitahu bahwa hanya Michelle hanya memili

  • Tuan CEO, Aku Ingin Berpisah!   Bab 111: Pertemuan Tak Terduga

    Di dalam lift yang dinaiki, Roland melepaskan napas kasar. Pria itu merengkuh sedikit kelegaan setelah berbicara dengan Jullian. Setelah sekian lama berlalu, Roland tak lagi ragu ingin mengungkapkan alasan menceraikan Ella.Dia memiliki alasan yang tepat untuk tidak mengubur aib itu sendirian. Jika dulu dia memilih acuh, kali itu dia terdorong harus demi menata masa depan indah bersama wanita yang dicintai.“Sore ini bisa kosongkan jadwalku? Aku ingin menjemput daddy yang pulang sore ini.” Roland tenang meminta pada Daniel yang berdiri di belakang.“Saya akan mengatur untuk Anda.” Daniel mengulas senyuman getir setelah terpaksa memenuhi permintaan Roland.“Oh ... iya, Tuan. Saat menunggu Anda tadi, Nyonya Valencia menghubungi saya. Beliau menanyakan perihal Anda yang tidak menjawab telepon. Saya mengatakan jika Anda sedang menjenguk Tuan Jullian.”Roland tersadar pada handphone-nya yang di-silent-kan di dalam saku dalam jas setelah Daniel mengadu. Tanpa menuda pria itu merogoh saku dal

DMCA.com Protection Status