Share

PART 2

Penulis: Fie Inaranti
last update Terakhir Diperbarui: 2021-04-03 08:40:18

Sial! Berkali-kali Queen merutuk dalam hati. Siapa arsitektur yang mendesain rumah milik keluarga Alexander? Kenapa harus dibuat semewah dan serumit ini? Apa sebelumnya mereka tidak mempertimbangkan jika rumah sebesar ini bisa membuat orang baru tersesat?

Queen menghela napas kasar. Ia menghentikan langkah, lantas menatap lukisan burung merak di dinding sebelah kanan. Beberapa saat lalu, ia melihat lukisan serupa, begitu pula dengan meja kecil di sudut ruangan. Tiga pot kaktus kecil tertata rapi di meja. Artinya, sejak tadi Queen hanya memutari rumah ini. Queen tersesat dan tidak tahu di mana jalan keluarnya.

Seharusnya Queen membiarkan Joshua mengantarnya pulang, setidaknya sampai di pintu gerbang. Ia bergegas mengambil ponsel dari saku celana, lalu mendial nomor Joshua. Sialnya, Joshua mengabaikan panggilan Queen. Barangkali pria itu tidak mendengar dering ponselnya.

Queen memutuskan melanjutkan langkah tanpa Joshua. Ia berharap bertemu dengan seseorang yang bisa menunjukkan jalan keluar dari labirin di rumah ini. Tiba di ambang pintu berhiaskan ornament ukiran unik, Queen memijat keningnya. Ragu, antara mengambil langkah ke kanan atau sebaliknya.

"Sepertinya kau tersesat, Nona Manis?"

Queen berjingkat. Matanya tertuju pada sumber suara, seorang pria yang sedang berdiri dan bersandar di dinding. Ah ya, Queen ingat, pria berotak mesum yang sempat menonton permainan pianonya.

"Di mana Joshua? Membiarkan gadisnya berkeliaran seorang diri? Tidak takutkah jika diam-diam ada serigala lapar yang mengincarnya lalu menerkamnya?" Pria itu terkekeh sembari menyugar rambut.

"Maaf, ke arah mana pintu keluar?" tanya Queen dengan suara gemetar.

Pria itu mendekat. "Mau aku antar?"

Queen menggeleng cepat. Ia menelan salivanya, lantas menggigit bibir bawahnya. Aroma musk yang menguar dari tubuh berkemeja biru motif garis-garis itu mengganggu indra penciumannya. Dan apa tujuan pria itu membiarkan seluruh kancing kemejanya terbuka? Tak urung, tatapan Queen terjatuh pada perut berotot yang terpahat sempurna.

"Aku akan mengantarmu pulang." Pria itu mengulang kalimatnya.

"Tidak, cukup tunjukkan ke arah mana ... pintu keluar."

"Kau takut padaku, hum? Oke, namaku Rafael, kakak Joshua. Jadi tidak alasan bagimu untuk takut padaku."

Tidak takut bagaimana? Queen menggeram dalam hati. Tampang pria ini memang tidak menakutkan, tetapi entah kenapa alarm bawah sadar Queen memberikan peringatan keras agar menjauhi pria mesum bernama Rafael itu.

"Maaf, Tuan. Ini sudah malam dan saya harus segera menemukan pintu keluar."

"Berapa kali harus kubilang, Nona Manis? Aku dengan senang hati akan mengantarmu pulang."

Rafael semakin mendekat, matanya menatap Queen tajam, seolah ingin menguliti gadis itu hidup-hidup. Queen semakin dibuat salah tingkah, ia menundukkan wajah, dan sialnya tatapannya malah terjatuh lagi di perut Rafael. Bulu-bulu halus yang tumbuh di bawah pusar itu menciptakan kesan seksi dan−

Oh, astaga! Hati-hati, Queen! Otak sucimu akan ternodai jika kau masih saja berpikir ke mana bulu-bulu halus itu bermuara!

Queen cepat-cepat mengalihkan pandangan. Sebisa mungkin mengingat ke arah mana ia tadi berjalan. Seingatnya, ia mengambil arah kiri, artinya sekarang ia harus berbelok ke kanan. Mengabaikan Rafael, Queen melangkah mengikuti kata hati. Semoga kali ini tidak salah lagi.

"Kau tidak mempercayaiku, huh?" Rafael mendengus, berjalan membuntuti Queen. "Sampai kakimu patah pun, kau tidak akan menemukan pintu keluar. Kau berjalan di arah yang salah, Nona Manis."

"Oke, kalau begitu antar saya menuju pintu keluar." Queen menyerah.

"Aku sudah menawarkan bantuan itu sejak tadi." Rafael tersenyum penuh kemenangan, lantas menarik pergelangan tangan Queen. "C'mon."

Tergesa-gesa Queen berusaha mengimbangi langkah panjang Rafael. Keringat dingin membasahi dahinya, jantungnya berdetak cepat. Astaga, baru kali ini ada pria yang berani menggandeng tangannya. Selama ini, Queen selalu menjaga jarak dengan lelaki. Meski dekat dengan Joshua, tetapi Queen selalu memberikan batasan.

Setelah melewati beberapa ruangan besar, mereka tiba di luar rumah. Queen mendesah lega.

"Tunggu di sini, aku akan mengambil mobil di garasi." Rafael melepaskan genggaman tangannya. "Jangan ke mana-mana."

"Oke." Queen mengangguk singkat.

Akan tetapi, ternyata Queen tidak menepati ucapannya. Begitu Rafael datang bersama Ferrari kesayangannya, gadis itu sudah tidak ada di tempat semula.

"Sial! Ke mana perginya kelinci itu?" Rafael merasa gusar. Baru kali ini ada gadis yang berani menolak ajakannya.

Queen benar-benar berbeda dengan gadis kebanyakan. Persis seperti kelinci liar, terlihat manis dan menggemaskan, tetapi sulit ditaklukkan. Dengan lincah menjauh saat didekati, seolah memiliki radar khusus untuk mendeteksi bahaya yang mengincarnya.

Rafael menginjak pedal gas. Security bergegas menekan tombol otomatis pembuka pintu gerbang. Ferrari itupun melaju kencang ke jalanan. Rafael menyeringai saat menemukan kelincinya tengah berdiri di tepi jalan. Ia pun menghentikan mobilnya tepat di depan Queen.

Rafael membuka jendela mobil. "Naiklah!"

"Maaf, saya sudah memesan taksi."

Sejak kapan para gadis lebih senang naik taksi daripada duduk di mobil sport yang dikemudikan seorang pria setampan Rafael? "Seorang gadis tidak baik naik taksi sendirian saat larut malam. Terlalu berbahaya."

"Terima kasih sudah mengingatkan." Queen memilih untuk mengabaikan ajakan Rafael.

Rafael pun hilang kesabaran, turun dari mobil dan berdiri di samping Queen. Saat dilihatnya sebuah mobil lain berhenti tidak jauh dari sana, Rafael terlebih dahulu menghampirinya. Diketuknya jendela depan, pengemudi pun membukanya.

Rafael mengulurkan lima lembar uang seratus ribuan pada pengemudi. "Pergilah, gadis ini penumpangku."

"Tuan Rafael!" Queen memprotes. "Saya akan pulang naik taksi."

"Aku sudah membayarmu, gadis ini penumpangku. Jika tidak, ...." Rafael meletakkan telapak tangan di lehernya, memberi isyarat jika ia akan membunuh siapa pun yang berani membantahnya.

Wajah sopir taksi berubah pias, cepat-cepat mengangguk dan menutup jendela mobil. Hanya dalam hitungan detik, mobil itu melaju meninggalkan Rafael dan Queen.

"Apa yang Anda lakukan?" Queen mengusap wajah kasar.

"Masuklah, aku tidak menerima penolakan." Rafael membuka pintu mobil untuk Queen. Ia yakin, gadis itu tidak akan mampu menolak lagi. Dan benar saja, tanpa banyak bicara, Queen duduk di kursi penumpang. Woah, kelincinya yang penurut!

Sepanjang perjalanan, Queen lebih banyak diam. Gadis itu bahkan memasang handsfree di telinga, sementara matanya menerawang ke jalanan yang mulai lengang.

Lagi-lagi Rafael mendengus. Pepohonan di jalanan nampaknya lebih menarik di mata Queen, sehingga gadis itu menganggap Rafael tidak ada. Atau lebih parah jika Queen menganggap Rafael tak ubahnya seperti seorang sopir taksi. Sial!

"Turunkan saya di pertigaan jalan," ucap Queen.

"Di mana rumahmu?"

"Tidak jauh dari sana."

"Akan aku antar sampai depan rumah."

"Tidak! Tetangga saya akan berpikiran macam-macam jika melihat saya turun dari mobil mewah bersama seorang pria."

"Peduli apa dengan ucapan tetangga? Bukan mereka yang memberimu makan."

"Tuan!"

"Percayalah, mereka hanya iri."

"Turunkan saya di sini!"

Rafael menepikan mobil, Queen cepat-cepat turun setelah mengucapkan terima kasih. Rafael menggertakkan gigi, lantas turun menyusul Queen. Berjalan di trotoar membuntuti gadis bertubuh proporsional itu.

Rambut panjang berwarna kecokelatan itu berombak seiring langkahnya. Tubuhnya memang tidak terlalu seksi, tetapi tidak terlalu buruk untuk ditarik ke atas ranjang. Tentu saja, kalau bukan gadis pujaan hati Joshua, Rafael pun enggan mengejar-ngejar gadis biasa seperti Queen. Tidak ada kata mengemis cinta dalam kamus hidup Rafael.

Mendadak, Queen menoleh ke belakang. Memergoki Rafael yang tengah membuntutinya sembari menilai tubuhnya dari ujung kaki hingga ke ujung rambut. Oke, kalau harus jujur, Rafael harus mengakui bagian yang menarik dari wajah Queen, yaitu mata, hidung, bibir, serta dagu dengan belahan di bagian tengahnya.

"Anda membuntuti saya?"

"Aku tidak terbiasa menurunkan gadis di tengah jalan. Harus kupastikan dia sampai di rumah dengan selamat."

"Saya sudah menyebutkan alasannya tadi. Tetangga saya−"

"Akan aku bungkam mulut tetangga yang berani bergunjing tentangmu."

Queen berdecak kesal, melirik jam di pergelangan tangannya. "Anda meninggalkan mobil mewah di jalanan. Di daerah sini sering terjadi pencurian."

"Mobil hilang bukanlah masalah besar, aku bisa membelinya lagi. Lain halnya jika kau yang hilang."

"Huh, keras kepala."

"Jika sudah tahu, kenapa masih menolakku?" Rafael melepaskan jas hitamnya, lantas memasangnya di kedua pundak Queen hingga menutupi punggung gadis itu. "Udara malam dingin, tidak baik untuk kesehatan."

"Tapi−"

Rafael merunduk dan berbisik di telinga Queen, "Menurut saja. Jika terlalu banyak membantah, aku akan membungkam bibirmu dengan ciuman."

Queen menghentikan langkah, refleks mendongak dengan mata membulat lebar. "Apa Anda selalu mengucapkan kalimat itu pada semua gadis?"

"Tidak, hanya kepadamu."

Boom! Kalimat Rafael tepat sasaran. Di bawah redupnya cahaya lampu, Rafael menemukan semburat merah di kedua pipi Queen. Oke! Rupanya tidak terlalu sulit bagi Rafael untuk menaklukkan Queen. Cepat atau lambat, kelincinya akan terjebak di dalam perangkapnya. Rafael hanya perlu bergerak beberapa langkah lagi. C'mon! Gadis mana yang tidak tertarik pada pesona Rafael?

***

Bab terkait

  • Trapped   PART 3

    Queen menggigit bibir bawahnya, lantas memalingkan wajah. Sebenarnya, Joshua pernah melakukan hal semanis ini, tetapi Queen merasa itu biasa. Akan tetapi, ketika pria asing bernama Rafael melakukan hal yang sama, Queen justru merasakan efek besar di dalam dirinya.Terlebih saat Rafael mengatakan kalimat terakhir. Ada perasaan membuncah di dalam hati Queen, lantas berefek pada kedua pipi yang memanas. Ah, sebesar itukah daya tarik yang dimiliki Rafael?Tidak! Queen tidak boleh terpengaruh. Pria mesum seperti Rafael sangat berbahaya. Ingat kalimat pertama yang terlontar dari mulut pria itu saat bertemu dengan Queen? Hem ... typical pria mesum yang senang bergonta-ganti pasangan."Kau semakin terlihat cantik dengan pipi merona seperti itu."Queen memalingkan wajah, lalu melanjutkan langkah yang tertunda. Ucapan-ucapan Rafael semakin membuat Queen melambung tinggi. Terdengar manis seperti madu, tapi Queen yakin jika sebenarnya pria itu sudah mencampurkan

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 4

    Rafael meletakkan ponsel di atas meja. Kedua sudut bibirnya tertarik ke atas, menampakkan sebuah kepuasan. Puas karena merasa berada di atas angin. Sebentar lagi, kelincinya akan takluk di dalam genggaman."Kau tersenyum seperti orang yang sedang jatuh cinta." Teman Rafael yang bernama Aldric, berkomentar."Jatuh cinta? Jangan konyol." Rafael menghirup aroma kopi di dalam cangkir, lantas menyesapnya. Menikmati perpaduan antara rasa manis dan pahit yang membasahi tenggorokan."Kau benar-benar tahu jika gadis itu sedang memeluk jas dan menghirup aroma tubuhmu?""Aku hanya menebaknya. Gadis polos seperti dia persis seperti buku yang terbuka, setiap lembarnya mudah untuk dibaca. Permainan segera dimulai.""Aish ... dasar serigala!" Aldric menggeleng-gelengkan kepala, tidak menyukai kelakuan sahabatnya. "Sebaiknya kau pikirkan lagi, dia tidak pantas menjadi korban hanya karena dia gadis yang dicintai adikmu.""I don't care. Toh Queen tidak sep

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 5

    Tuan PemaksaHai, Nona Manis. Aku akan menjemputmu tepat jam 7 malam. Di mana aku harus menjemputmu? Di rumah? Di toko roti?Queen membanting ponselnya ke atas meja. Apa ia harus memblokir nomor Rafael agar Tuan Pemaksa itu tidak bisa menghubunginya lagi? Ah, bukan pilihan tepat. Itu justru akan membuat Rafael bertindak semaunya sendiri.Lagi-lagi terdengar bunyi beep dari ponsel. Rafael tidak mudah menyerah. Apa sebenarnya tujuan Rafael mendekatinya? Karena tertarik? Queen menggeleng, tidak mungkin. Pria seperti Rafael tidak akan menyukai gadis polos seperti Queen.Tuan PemaksaTidak dibalas? Oke, aku akan menjemputmu di toko. Jika kau tidak menungguku di sana, aku akan datang ke rumahmu. Bertemu dengan calon ibu mertua bukanlah ide buruk.Gila! Apa kata Maura seandainya pria asing datang ke rumah untuk menjemput putrinya? Terlebih pri

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 6

    Queen menahan napas saat Rafael menyentuh sisi lehernya. Sentuhan ringan itu membuat syaraf-syaraf tubuhnya menegang. Baru kali ini ada lelaki yang berani menyentuh Queen secara intens. Ah, perasaan macam apa ini, desiran di dalam darahnya terasa begitu asing.Di saat Queen masih sibuk memikirkan gejolak di dalam dirinya, tanpa diduga Rafael menunduk dan wajahnya semakin mendekat dengan Queen. Lantas, pria itu dengan lancang mengecup bibir gadis di hadapannya!Queen terbelalak. Ciuman pertamanya! Direbut secara paksa oleh lelaki brengsek yang tidak disukainya! Rafael kurang ajar! Refleks, Queen mendorong Rafael, lalu melayangkan tinju ke wajah pria itu.Rafael yang tidak menduga akan mendapat serangan mendadak, mundur selangkah sembari memegangi pipi. Luapan gairah beberapa saat lalu, digantikan rasa nyeri di wajahnya. Damn!Ternyata Queen bukan hanya polos, melainkan juga liar! Di saat semua wanita berebut ingin mendapat ciuman Rafael, Queen justru

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 7

    Queen menghela napas kasar, menekan button pause di layar laptop. Drama Korea yang sedang ditonton sangat membosankan. Ah, bukan drama yang membosankan, tapi kissing scene yang membuat Queen jengkel. Demi apa, keromantisan itu mengingatkan Queen pada ciuman Rafael.Refleks, Queen menyentuh bibir. Seharusnya, ia memberikan ciuman pertamanya pada lelaki yang ia cintai, bukan pria asing yang menyebalkan. Sudah dua hari sejak peristiwa itu terjadi, dan untungnya Rafael tidak pernah mengganggu lagi. Barangkali pukulan di wajah Rafael membuat pria itu jera.Bunyi beep di ponsel membuat Queen mengalihkan perhatian dari laptop. Dengan cekatan jarinya mengusap layar ponsel. Pesan singkat dari Maura.MamaSebelum tidur jangan lupa mengunci pintu dan jendela. Mama pulang besok sore.Sejak siang tadi, Maura pergi ke luar kota. Kebetulan ada undangan di sebuah acara demo mas

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 8

    Pernahkah kalian membayangkan berada di dalam kuasa seorang pria berwajah tampan serupa Dewa Yunani? Rahang tegas dengan bulu-bulu halus yang tercukur rapi, dan hampir seluruh bagian wajah terukir sempurna, tanpa cela sedikitpun. Lalu, mata tajam yang tiba-tiba berubah menjadi sayu, seolah tengah menawarkan sebuah kesepakatan, 'Hello, Baby Girl! Please, come to me! Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu.'Harus Queen akui, Rafael terlalu pandai menguasai seseorang hanya dengan menatap matanya. Tatapan tajam dan menghunjam jauh di kedalaman mata lawannya. Seperti virus mematikan, dengan cepat menyebar hingga membuat lawan takluk di tangannya."Ahhhh ...." Desahan itu lolos begitu saja dari bibir Queen, saat lidah Rafael dengan nakal menyusup lebih jauh melewati bibir Queen.Jadi ini rasanya berciuman? Tolong, Queen bahkan tidak tahu bagaimana ia harus mendefinisikan rasa nikmat yang menggelenyar di sekujur tubuh. Yang ia tahu, ia merasakan panas,

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 9

    Hari ke sepuluh sejak pertemuannya dengan Rafael. Queen memadamkan lampu kamar. Diambilnya kotak music snow globe pemberian Rafael, lantas ditekannya tombol di bagian bawah. Seketika, instrument musik mengalun merdu.Queen membaringkan tubuh di atas ranjang, matanya tidak pernah lepas dari snow globe yang kini memancarkan cahaya temaram warna warni. Indah, dan romantis. Instrument lembut itu dalam sekejap telah menyeret Queen pada kenangan malam itu. Saat Rafael menghujani kenikmatan untuk Queen.Queen bahkan tidak bisa melupakan aroma mint saat Rafael melumat bibirnya. Oh, apa yang sebenarnya Queen rasakan? Ia ingin membenci Rafael, tetapi kenyataannya ia justru tidak bisa melupakan kenangan terakhir mereka.Satu lagi yang mengganggu pikiran Queen. Kenapa Rafael tidak pernah lagi menemuinya? Barangkali Rafael merasa bosan pada Queen, karena saat itu Queen tidak membalas ciumannya. Pria brengsek seperti Rafael lebih meny

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03
  • Trapped   PART 10

    "Aku senang melihat gadis yang tidak terlalu pemilih pada makanan," komentar Elma.Queen tersenyum, menyantap hidangan penutup berupa red velvet cake. "Kue ini sangat enak, Nyonya. Saya menyukainya.""Mama sendiri yang membuat kue ini," timpal Joshua."Oh ya? Kau beruntung karena memiliki ibu yang pandai memasak, Jo!""Kau tahu apa yang membuat Papa jatuh cinta dan tergila-gila pada Mama?""Karena masakannya?""Benar. Papa sangat menyayangi Mama karena Mama pandai memanjakan perut Papa.”Seketika tawa riang terdengar memenuhi ruang makan. Awalnya, Queen pikir duduk di depan Nyonya Alexander akan sangat menegangkan. Ternyata ia salah. Nyonya Elma Alexander adalah seorang wanita ramah dan tidak pernah memandang seseorang dari rupa dan kasta.Lihatlah bagaimana cara ia tertawa, terlihat anggun dan penuh etika. Tawa lembut yang menyenangkan. Rambut panjangnya disanggul rapi. Anting berlian kecil yang menempel di telinganya menunju

    Terakhir Diperbarui : 2021-04-03

Bab terbaru

  • Trapped   Part 48

    “Untuk kesekian kalinya, aku minta maaf pada kalian.” Alexander membuka pembicaraan. Duduk di meja kerja sembari menatap anak-anak di hadapannya bergantian.Queen duduk di antara Rafael dan Joshua. Ia memenuhi undangan Alexander untuk mendengarkan lelaki itu menyelesaikan permasalahan.“Rafael dan Joshua, Papa ingin kalian mengakhiri permusuhan. Cukup sampai di sini. Jangan ada yang menjadi korban untuk kesekian kali.”“Tidak semudah itu,” bantah Rafael.“Rafael, jangan bersikap egois. Kau boleh membenci Papa, jika kau ingin membalas dendam, hancurkan Papa, karena Papa awal mula kejadian ini. Papa akui, Papa yang salah.”“Harusnya Papa mengatakan itu di depan Mama.”“Raf, bukankah setiap manusia pasti pernah berbuat khilaf dan dosa? Pun denganmu yang pernah dengan tega membatalkan pernikahanmu dengan Queen, lalu tanpa perasaan berusaha menggugurkan bayi di kandungan Queen.”“Aku menyesal, Pa.”“Kau pernah salah langkah, begitu pu

  • Trapped   Part 47

    “Selamat malam, Neesha. Belum tidur?” Aldric melangkah menghampiri Neesha yang sedang asyik bermain piano.“Malam, Uncle. Neesha belum mengantuk, masih menunggu siapa tahu sebentar lagi Papa datang menjemput Neesha. Neesha kangen Papa.”Aldric mengelus rambut panjang Neesha dengan lembut, kemudian ia menunduk dan menyejajarkan posisi wajah dengan bocah perempuan itu. “Main pianonya bisa istirahat sebentar? Ada seseorang yang ingin bertemu Neesha.”Kaneesha mendongak dengan mata berbinar. “Papa yang datang kan?”Aldric menggeleng perlahan. “Bukan, Sayang.”“Yaaaah … ternyata bukan Papa.” Seketika binar indah di mata Kaneesha meredup.“Sabar ya, Nak. Papamu masih membutuhkan waktu.”“Sampai berapa lama? Papa sudah terlalu lama di luar kota.”“Emmm … tunggu saja. Ah ya, kata Alsen, selama ini Neesha ingin punya kakek dan nenek, ‘kan?”“Yeah, Neesha iri pada Alsen. Alsen punya mama yang baik, tidak seperti mama Neesha yang lebi

  • Trapped   Part 46

    Queen meremas jemarinya, berdiri di depan Selly dengan tegang. Bagaimana tidak, Selly menyambut kedatangannya dengan senyuman. Senyum itulah yang membuat Queen curiga, ada sesuatu hal buruk yang akan diucapkan Selly.“Rafael tidak memaafkan kesalahanku, padahal apa yang dia lakukan tidak berbeda jauh denganku. Aku tidur dengan lelaki lain, dan Rafael pun tidur dengan wanita lain. Harusnya itu impas, bukan?” Selly tertawa dengan ekspresi datar. Terlihat jelas mata wanita itu sembab, pertanda ia baru saja menangis, entah berapa lama.“Kau membohonginya selama bertahun-tahun. Dan kau yang membuat Rafael memilih bayi yang salah.”“Okay. I know. Dan sekarang dia hancur, sama halnya denganku. Kita berempat terjebak dalam situasi yang sama. Bukankah seharusnya kau dan Joshua pun hancur seperti kami? Tapi kenyataannya kalian justru akan berpesta merayakan kehancuran kami.”“Kau harus ingat satu hal, Selly. Kami sudah terlebih dulu hancur oleh keegoisanmu dan

  • Trapped   Part 45

    Aldric memapah Rafael masuk ke kamar, lantas mendudukkan lelaki itu di sofa. Beberapa menit yang lalu, ia menjemput lelaki itu di club. Kondisinya begitu memprihatinkan, menghabiskan berrgelas-gelas minuman sampai mabuk berat.“Mulai saat ini pulanglah ke rumahmu sendiri, jangan pulang ke rumah orang lain apalagi ke apartemen Queen. Neesha ada di rumahku, aku akan menjaganya sampai kau bisa mengendalikan diri dan mengambil keputusan yang tepat.”Rafael tertawa. “Bagaimana keadaan anak perempuan itu? Baik-baik saja?”“Baik-baik saja bagaimana, dia shock. Setiap hari menanyakanmu. Untung Alsen dan istriku selalu menghiburnya. Lalu bagaimana? Kau sudah mengambil keputusan?”Rafael mengacak rambut frustrasi. “Aku sudah mengirim surat gugatan cerai untuk Selly.”“Lalu bagaimana dengan Neesha?”“Bagaimana lagi? Tentu saja dia harus ikut ibunya. Aku sudah tidak sanggup mengurusnya, aku terluka setiap kali melihatnya. Seharusnya aku tida

  • Trapped   Part 44

    “Good night, Queen. Sweet dream.” Joshua mengecup kening Queen.“Mimpi indah juga untukmu.”“Apa kau bahagia setelah kita menghabiskan waktu seharian untuk bersenang-senang di wahana rekreasi?”“Yeah, I’m happy.”“Syukurlah. Aku pulang dulu, sudah larut malam.”“Terima kasih, Jo.”“Kau sudah mengucapkan itu ratusan kali.”“Terima kasih karena sudah membantuku melupakan masa lalu.”Joshua tersenyum, mengusap pipi kanan calon istrinya. “Kau tahu aku melakukan ini karena aku mencintaimu.”“Aku beruntung memiliki teman sepertimu.”“Queen, kau percaya bahwa aku akan selalu berusaha membahagiakanmu, ‘kan?”“Hum … tentu saja. Saat ini kau satu-satunya lelaki yang aku percaya. Kau tidak pernah lelah mengejarku bahkan sekalipun aku berlari menjauh. Cinta yang kau tunjukkan membuatku semakin yakin, hanya kau lelaki yang bisa membuatku bahagia.”“Aku senang mendengar itu, Honey! Kau tidak m

  • Trapped   Part 43

    Rafael mengerjap, terbangun dari tidur lelapnya. Ah, entah sudah berapa lama ia tidak pernah merasakan tidur yang begitu hangat dan nyaman seperti malam ini. Dan aroma harum yang tidak asing di indra penciumannya itu−Wait! Rafael menggeleng, sebisa mungkin menghilangkan rasa kantuk, lalu mempertajam penglihatannya. Sekarang ia tahu kenapa ia bisa tidur senyaman ini. Wanita itu, Queen, berada di dalam dekapannya. Bagaimana ceritanya sehingga Queen bisa tertidur di sofa bersamanya?Sembari mengingat-ingat kejadian semalam, tangan Rafael terulur untuk merapikan anak rambut di dahi Queen. Ah, cantik dan penuh pesona.Queen yang merasa terusik oleh belaian lembut di dahinya, dalam sekejap matanya terbuka dan tergagap saat menemukan Rafael berada di sisinya. “Rafael!”Wanita itu bergegas bangun dan menyingkir dari Rafael. Duduk berpindah ke sofa seberang, lantas mengikat rambutnya yang berantakan.“Sepertinya semalam aku mabuk.” Rafael bersandar ke

  • Trapped   Part 42

    “Kau suka ini?” Joshua menunjuk cincin bermata berlian di etalase.Malam itu, Joshua mengajak Queen memilih satu set perhiasan untuk acara pernikahan mereka yang hanya tinggal 3 minggu lagi.“Aku tidak suka terlihat mencolok. Pilih saja yang berliannya kecil.”“Ayolah, Queen. Apa salahnya terlihat mencolok? Kau bukan hanya calon istri seorang pianis kelas internasional, tetapi juga menantu pengusaha besar Alexander.”“Jo, kita sudah sepakat mengadakan resepsi sederhana.”Joshua menatap Queen secara intens. “Kau tidak sedang meragukan pernikahan ini, ‘kan?”“Tidak, Jo. Aku hanya−““Takut pernikahanmu gagal lagi?”“Jo!”“Queen, aku bukan Rafael! Kau tahu sendiri, seorang lelaki bernama Joshua mencintaimu sejak pertama kali melihatmu. Lalu apa yang harus kau ragukan?”Queen menghela napas. “Aku percaya padamu. Hanya saja−““Takut Rafael menghancurkan rencana pernikahan kita? Tenang saja, aku sudah meminta bantua

  • Trapped   Part 41

    “Tiramissu satu, cheesecake satu.” Rafael memesan kue di ‘Q Bakery’ sembari mengedarkan pandangan ke seluruh area toko kue.Setelah selesai melakukan transaksi, Rafael menenteng paper bag berisi kue favorit Kaneesha. Melangkah tegap menuju tempat parkir. Ia mengerutkan dahi saat menemukan seorang wanita berdiri tepat di sisi kanan mobil. Nara, teman Queen.Nara menyilangkan kedua lengan di depan dada sembari bersandar di mobil. “Lima kali,” ujarnya dengan wajah masam.“Lima kali apanya?”“Saya menghitungnya, sudah lima hari berturut-turut Anda selalu datang ke toko ini.”“Lalu? Apa yang aneh? Aku membeli kue.” Rafael menunjukkan paper bag di tangannya.“Anda tidak sekadar membeli kue. Mencari Queen, ‘kan?”“Queen? Apa hubungannya kue ini dengan Queen? Aku justru senang dia tidak menjadi guru les putriku lagi.”Sejak malam di rumah sakit waktu itu, Queen tidak pernah datang ke rumah Rafael lagi.

  • Trapped   Part 40

    “Sudah sejauh mana?”Akhirnya, setelah beberapa menit terdiam, pertanyaan Selly memecah keheningan. Rafael menggenggam tangan Selly, menatap wajah pucat wanita itu dengan perasaan bersalah.“Apanya?” Seperti orang bodoh, Rafael menanggapi pertanyaan Selly.“Hubungan kalian, memangnya apa lagi?”“Dia hanya guru les piano Neesha.”“Ya, hanya guru les piano. Aku pun tidak lupa cerita tentang masa kecilmu. Ayahmu, dan guru les piano.”“Jangan samakan aku dengannya. Please, Sel. Jangan berpikiran yang tidak-tidak.”“Aku harus berpikir apa? Neesha bahkan memuji-muji dia seperti ratu. Merawat Neesha saat sakit. Dia menggantikan posisiku sebagai seorang ibu.” Terdengar helaan napas kasar. “Mungkin dia juga sudah menggantikan posisiku sebagai seorang istri.”“Sel, berhenti berpikiran negatif. Kau tahu aku hanya mencintaimu.”“Bagaimana bisa kebetulan seperti itu? Bukankah dulu kau bilang wanita itu berada di Italia? Lalu sekarang

DMCA.com Protection Status