Share

PART 5

Penulis: Fie Inaranti
last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-29 19:42:56

Tuan Pemaksa

Hai, Nona Manis. Aku akan menjemputmu tepat jam 7 malam. Di mana aku harus menjemputmu? Di rumah? Di toko roti?

Queen membanting ponselnya ke atas meja. Apa ia harus memblokir nomor Rafael agar Tuan Pemaksa itu tidak bisa menghubunginya lagi? Ah, bukan pilihan tepat. Itu justru akan membuat Rafael bertindak semaunya sendiri.

Lagi-lagi terdengar bunyi beep dari ponsel. Rafael tidak mudah menyerah. Apa sebenarnya tujuan Rafael mendekatinya? Karena tertarik? Queen menggeleng, tidak mungkin. Pria seperti Rafael tidak akan menyukai gadis polos seperti Queen.

Tuan Pemaksa

Tidak dibalas? Oke, aku akan menjemputmu di toko. Jika kau tidak menungguku di sana, aku akan datang ke rumahmu. Bertemu dengan calon ibu mertua bukanlah ide buruk.

Gila! Apa kata Maura seandainya pria asing datang ke rumah untuk menjemput putrinya? Terlebih pria mesum seperti Rafael, Maura pasti dengan mudah mengendus kelakuan buruknya. Lantas, Queen sudah bisa menebak kalimat apa yang akan diucapkan Maura.

"Jangan sampai bergaul dengan orang yang salah, Queen. Kau tahu, banyak gadis di luar sana yang terjerumus ke dalam pergaulan bebas. Banyak yang hamil di luar nikah. Jangan sampai hal itu terjadi pada anak Mama."

Oke, Queen sudah hafal kalimat itu di luar kepala. Seharusnya Maura tahu, Queen tidak mungkin melakukan itu. Ya, Queen tidak pernah menjalin hubungan dengan pria. Jangankan berbuat negatif seperti yang Maura takutkan, sekadar berciuman pun Queen tidak pernah merasakannya.

Semasa kuliah, ada senior yang nekat ingin mencium Queen. Dan tahu apa terjadi? Queen meninju wajah lelaki itu hingga bibirnya berdarah. Jadi, sebenarnya Maura tidak perlu menakutkan apa pun. Putrinya selalu memegang prinsip yang diajarkan.

Tuan Pemaksa

Tidak ada alasan untuk menolak. Aku sudah menyuruh seseorang untuk mengantarkan gaun untukmu. Sampai nanti malam, Nona Manis!

"Ada masalah, Queen?" tanya Nara. Gadis itu seumuran dengan Queen, karenanya hubungan mereka cukup akrab, mengingat Nara adalah pendengar yang baik.

Queen mengusap rambutnya. "Menurutmu, apa alasan seorang pria mengajak seorang gadis makan malam?"

"Tujuh puluh lima persen, karena dia tertarik pada gadis itu."

"Tidak mungkin," dengus Queen.

"Jadi, ini tentang lelaki berjas hitam tadi?" Nara mengedipkan sebelah mata. "Kelihatannya dia memang tertarik padamu."

"Gadis biasa sepertiku jelas bukan type wanita idaman pengusaha kaya seperti dia."

"Kata siapa? Di dalam novel romance yang aku baca, justru banyak pria-pria kaya yang jatuh cinta pada gadis polos."

"Aish ... jangan samakan dunia nyata dengan fiksi."

"Tapi tidak ada salahnya waspada, Queen. Bisa jadi mereka hanya mengincar tubuh si gadis." Nara melirihkan suara, kemudian kembali sigap melayani pengunjung lain.

Sementara itu, Queen memijit kepalanya. Ia berniat meminta pendapat Joshua, akan tetapi ia segera membuang jauh-jauh pikirannya. Ia jelas sedang tidak ingin menghubungi Joshua. Atau Joshua akan mencecarnya, meminta jawaban atas ungkapan perasaannya kemarin malam.

Astaga! Pria-pria keluarga Alexander membuat Queen sakit kepala!

***

Apa Queen harus menyebut dinner kali ini begitu romantis? Entahlah. Boleh dibilang suasananya memang romantis, tetapi tidak dengan interaksi di antara mereka. Duduk berdua di café rooftop—sepertinya Rafael sengaja mengusir pengunjung lain. Ah, bukan mengusir, lebih tepatnya Rafael menyewa tempat ini sehingga tidak ada pengunjung selain mereka berdua.

Berteman candle light, dari puncak gedung mereka bisa menyaksikan pemandangan ibukota nan gemerlap, sementara langit bertabur bintang meski beberapa kali awan berarak menutupi rembulan. Romantis seandainya lelaki yang duduk di hadapannya adalah lelaki yang dicintai Queen.

"Lima menit lagi saya harus pulang. Tolong, jangan mempersulit saya," pinta Queen sungguh-sungguh. Ia menyuap sesendok red velvet cake. Menyantap hidangan penutup.

"Asal kau menjadi gadis penurut, tentu aku tidak akan mempersulitmu." Rafael menyesap Espresso dari cangkir.

"Tolonglah, Tuan. Mama tidak memberikan kebebasan pada saya untuk bergaul dengan lelaki. Saya−"

"Kau ingin merahasiakan pertemuan kita? Oke, tidak masalah. Asalkan kita masih bisa bertemu seperti kali ini."

Queen mengerutkan dahi. "Untuk apa bertemu lagi? Saya tidak tahu apa tujuan Anda sebenarnya."

"Aku tertarik padamu."

"Tertarik?"

"Sejak pertama kali aku melihatmu."

"Itu tidak mungkin."

"Tidak mungkin?" Rafael terkekeh. "Aku bukan Joshua yang bisa memendam perasaan selama bertahun-tahun, persis seperti seorang pecundang."

"Bagaimana jika saya tidak mempercayai Anda?"

"Aku akan membuatmu percaya. Sekarang pejamkan matamu," perintah Rafael. "Ingat, aku tidak suka dibantah."

Queen hanya menurut. Perlahan, matanya terpejam. Jantungnya berdetak begitu kencang. Oke, sejak Rafael menjemputnya di toko tadi, Queen sudah merasakan debaran yang tidak biasa. Tidak, bukan cinta, melainkan rasa cemas yang berlebihan. Cemas jika Maura sampai tahu, dan juga cemas karena harus berdekatan dengan lelaki berbahaya semacam Rafael.

Bohong jika Queen tidak mengagumi tubuh tinggi tegap yang terbalut kemeja putih serta jas hitam itu. Siapa pun pasti akan terpana oleh kesempurnaan Rafael. Bahkan sampai saat ini, Queen tidak bisa melupakan pahatan di perut lelaki di hadapannya. Bagaimana rasanya jika ia menyentuh perut itu?

Ah, Queen merinding membayangkannya. Dan sekarang, saat Rafael memintanya untuk memejamkan mata, debaran di dadanya semakin terasa. Jantungnya berpacu tiga kali lipat dibanding biasanya. Kira-kira apa yang akan dilakukan Rafael?

Di dalam film, saat seorang pria meminta kekasihnya untuk memejamkan mata, artinya pria itu sedang menyiapkan kejutan indah. Atau ... si lelaki akan menciumnya? Hei, kalau Rafael berani menciumnya, Queen bersumpah akan merontokkan gigi pria itu.

"Buka matamu."

Queen membuka mata, dan ia terpana saat itu juga. Tangan kokoh Rafael terulur di depan wajah Queen, memperlihatkan seuntai kalung yang begitu indah. Puluhan berlian berkilau di setiap untaiannya, disempurnakan dengan liontin yang menggantung di bagian ujung. Queen belum pernah melihat perhiasan seindah ini.

"Apa maksudnya?" lirih Queen tidak mengerti.

"Aku tahu ini terlalu cepat jika aku memintamu untuk menjadi kekasihku. Karena itu, aku ingin mengawali sebuah pertemanan denganmu. Be my close friend, please!"

"Lalu kalung ini?"

"Sebagai lambang persahabatan kita."

"Maaf, Tuan. Bukan hanya karena saya lebih miskin daripada Anda, lalu Anda bisa dengan mudah menyogok saya dengan berlian."

"Aku tidak menyogokmu."

"Anda pikir sebuah persahabatan bisa dibeli dengan harta?"

"Aku hanya−"

"Saya tidak tertarik berteman dengan Anda, jadi tolong jauhi saya sekarang."

Rafael meletakkan untaian kalung di meja. Queen berani memotong kalimatnya? Shit! Gadis ini benar-benar sulit ditaklukkan. Bahkan ia juga tidak terpengaruh oleh perhiasan bernilai puluhan juta rupiah?

"Jangan harap aku akan menyerah begitu saja." Rafael beranjak dari kursi, melangkah hingga sampai di samping tempat duduk Queen. Kedua tangan menyilang di depan dada, menatap Queen secara intens.

Jika sehari yang lalu Rafael berpikir Queen bukan gadis yang menarik, maka kali ini ia terpaksa harus mengubah ucapannya. Dengan sedikit sentuhan make up di wajah polosnya, kecantikan Queen meningkat dua kali lipat.

Terlebih dengan dress warna peach yang Rafael berikan. Sempurna! Dress selutut itu terlihat longgar di bagian bawah, sementara bagian atas memiliki style kerutan sebatas dada hingga perut.

Oke, style itu cukup untuk memperlihatkan lekuk tubuh Queen, terutama di bagian dada yang nampak padat dan berisi. Lantas, kulit yang terlihat putih mulus, ah ... lupakan itu, Rafael! Ingat, kau tidak tertarik pada Queen! Kau memiliki Selly!

"Padahal kalung itu akan terlihat cocok dengan lehermu yang mulus." Rafael menghela napas panjang. Sebelah tangan pria itu menyentuh leher Queen, membayangkan seandainya ia bisa memberikan gigitan kecil di sana.

"Saya ... harus pergi," lirih Queen. "Saya berjanji pada Mama agar tidak pulang terlambat."

Rafael memperhatikan bibir Queen bergerak seiring ucapannya yang terdengar sedikit gemetar. Ah, kelincinya mulai menggigil ketakutan. Dan kenapa itu justru semakin membuat Queen terlihat begitu menggemaskan? Bibirnya yang dipoles dengan warna natural, terlihat begitu mengundang.

Wajah polos yang memancing gairah Rafael. Crazy!

***


Bab terkait

  • Trapped   PART 6

    Queen menahan napas saat Rafael menyentuh sisi lehernya. Sentuhan ringan itu membuat syaraf-syaraf tubuhnya menegang. Baru kali ini ada lelaki yang berani menyentuh Queen secara intens. Ah, perasaan macam apa ini, desiran di dalam darahnya terasa begitu asing.Di saat Queen masih sibuk memikirkan gejolak di dalam dirinya, tanpa diduga Rafael menunduk dan wajahnya semakin mendekat dengan Queen. Lantas, pria itu dengan lancang mengecup bibir gadis di hadapannya!Queen terbelalak. Ciuman pertamanya! Direbut secara paksa oleh lelaki brengsek yang tidak disukainya! Rafael kurang ajar! Refleks, Queen mendorong Rafael, lalu melayangkan tinju ke wajah pria itu.Rafael yang tidak menduga akan mendapat serangan mendadak, mundur selangkah sembari memegangi pipi. Luapan gairah beberapa saat lalu, digantikan rasa nyeri di wajahnya. Damn!Ternyata Queen bukan hanya polos, melainkan juga liar! Di saat semua wanita berebut ingin mendapat ciuman Rafael, Queen justru

  • Trapped   PART 7

    Queen menghela napas kasar, menekan button pause di layar laptop. Drama Korea yang sedang ditonton sangat membosankan. Ah, bukan drama yang membosankan, tapi kissing scene yang membuat Queen jengkel. Demi apa, keromantisan itu mengingatkan Queen pada ciuman Rafael.Refleks, Queen menyentuh bibir. Seharusnya, ia memberikan ciuman pertamanya pada lelaki yang ia cintai, bukan pria asing yang menyebalkan. Sudah dua hari sejak peristiwa itu terjadi, dan untungnya Rafael tidak pernah mengganggu lagi. Barangkali pukulan di wajah Rafael membuat pria itu jera.Bunyi beep di ponsel membuat Queen mengalihkan perhatian dari laptop. Dengan cekatan jarinya mengusap layar ponsel. Pesan singkat dari Maura.MamaSebelum tidur jangan lupa mengunci pintu dan jendela. Mama pulang besok sore.Sejak siang tadi, Maura pergi ke luar kota. Kebetulan ada undangan di sebuah acara demo mas

  • Trapped   PART 8

    Pernahkah kalian membayangkan berada di dalam kuasa seorang pria berwajah tampan serupa Dewa Yunani? Rahang tegas dengan bulu-bulu halus yang tercukur rapi, dan hampir seluruh bagian wajah terukir sempurna, tanpa cela sedikitpun. Lalu, mata tajam yang tiba-tiba berubah menjadi sayu, seolah tengah menawarkan sebuah kesepakatan, 'Hello, Baby Girl! Please, come to me! Tenang saja, aku tidak akan menyakitimu.'Harus Queen akui, Rafael terlalu pandai menguasai seseorang hanya dengan menatap matanya. Tatapan tajam dan menghunjam jauh di kedalaman mata lawannya. Seperti virus mematikan, dengan cepat menyebar hingga membuat lawan takluk di tangannya."Ahhhh ...." Desahan itu lolos begitu saja dari bibir Queen, saat lidah Rafael dengan nakal menyusup lebih jauh melewati bibir Queen.Jadi ini rasanya berciuman? Tolong, Queen bahkan tidak tahu bagaimana ia harus mendefinisikan rasa nikmat yang menggelenyar di sekujur tubuh. Yang ia tahu, ia merasakan panas,

  • Trapped   PART 9

    Hari ke sepuluh sejak pertemuannya dengan Rafael. Queen memadamkan lampu kamar. Diambilnya kotak music snow globe pemberian Rafael, lantas ditekannya tombol di bagian bawah. Seketika, instrument musik mengalun merdu.Queen membaringkan tubuh di atas ranjang, matanya tidak pernah lepas dari snow globe yang kini memancarkan cahaya temaram warna warni. Indah, dan romantis. Instrument lembut itu dalam sekejap telah menyeret Queen pada kenangan malam itu. Saat Rafael menghujani kenikmatan untuk Queen.Queen bahkan tidak bisa melupakan aroma mint saat Rafael melumat bibirnya. Oh, apa yang sebenarnya Queen rasakan? Ia ingin membenci Rafael, tetapi kenyataannya ia justru tidak bisa melupakan kenangan terakhir mereka.Satu lagi yang mengganggu pikiran Queen. Kenapa Rafael tidak pernah lagi menemuinya? Barangkali Rafael merasa bosan pada Queen, karena saat itu Queen tidak membalas ciumannya. Pria brengsek seperti Rafael lebih meny

  • Trapped   PART 10

    "Aku senang melihat gadis yang tidak terlalu pemilih pada makanan," komentar Elma.Queen tersenyum, menyantap hidangan penutup berupa red velvet cake. "Kue ini sangat enak, Nyonya. Saya menyukainya.""Mama sendiri yang membuat kue ini," timpal Joshua."Oh ya? Kau beruntung karena memiliki ibu yang pandai memasak, Jo!""Kau tahu apa yang membuat Papa jatuh cinta dan tergila-gila pada Mama?""Karena masakannya?""Benar. Papa sangat menyayangi Mama karena Mama pandai memanjakan perut Papa.”Seketika tawa riang terdengar memenuhi ruang makan. Awalnya, Queen pikir duduk di depan Nyonya Alexander akan sangat menegangkan. Ternyata ia salah. Nyonya Elma Alexander adalah seorang wanita ramah dan tidak pernah memandang seseorang dari rupa dan kasta.Lihatlah bagaimana cara ia tertawa, terlihat anggun dan penuh etika. Tawa lembut yang menyenangkan. Rambut panjangnya disanggul rapi. Anting berlian kecil yang menempel di telinganya menunju

  • Trapped   PART 11

    22 TAHUN YANG LALU"Aku tidak suka bermain piano, Pa!" Seorang bocah lelaki berusia tujuh tahun, merajuk pada ayahnya."Papa tidak mau tahu. Anak-anak Papa harus pandai dalam semua bidang, termasuk musik. Lagipula, kata Nona Elma kau cepat menangkap apa yang diajarkan olehnya.""Tapi, Pa! Aku bosan dan−""Jangan membantah, Rafael. Papa menginginkan yang terbaik untukmu."Rafael tidak menyukai alat musik. Ia lebih tertarik mengikuti les berbagai macam bahasa, seperti saran ibunya. Namun, belakangan ini ayahnya justru menambah satu daftar les lagi, yaitu les piano. Padahal Rafael sudah berkali-kali menolak, tetapi ayahnya seolah tidak mau tahu.Alexander tetap mendatangkan guru untuk Rafael, seorang pianis muda berwajah cantik. Namanya Nona Elma. Semakin hari, Rafael semakin membenci Elma. Bukan tanpa alasan. Rafael tidak menyukai kedekatan antara Elma dan Alexander. Bukan sekali dua kali bocah itu memergoki ayahnya duduk berpegangan tangan dengan E

  • Trapped   PART 12

    Rafael mengusap wajah kasar, rasanya seperti mimpi, saat ia terbangun dalam keadaan tanpa busana. Wanita berambut kecokelatan yang berbaring di sisinya jelas bukan Selly. Setelah ingatannya terkumpul, kini ia tahu siapa wanita yang masih terlelap dengan selimut membungkus tubuhnya sebatas dada.Queen, tergolek lemah setelah berkali-kali Rafael menghujaninya dengan kenikmatan. Gadis polos yang menyerahkan keperawanan karena tipu daya Rafael. Saat ini Rafael bahkan tidak bisa memahami perasaannya sendiri. Haruskah ia senang, sedih, atau menyesal?Rafael menyeringai, seharusnya ia merasa senang karena bisa mengalahkan Joshua. Akan tetapi, ketika mengingat Selly, Rafael merasa bersalah karena telah mengkhianati kekasihnya. Sungguh, kalau saja boleh memilih, Rafael juga tidak ingin menyentuh wanita selain Selly. Dia hanya menginginkan Selly, dan dia terpaksa mengambil keperawanan Queen hanya untuk menyakiti Joshua.Menyingkirkan rasa bersalah, Rafael meraih celana panja

  • Trapped   PART 13

    Rafael kecil berdiri mematung di ujung tangga. Untuk kesekian kali, ia menyaksikan ayah dan ibunya bertengkar. Pertengkaran yang lebih hebat dari sebelumnya. Baru kali ini Rafael melihat ibunya berteriak histeris sembari menampar Nona Elma yang perutnya sudah membesar.Rafael tidak tahu apa yang mereka ributkan. Hanya saja, sepertinya bayi di dalam perut Nona Elma lah yang membuat mereka bertiga bertengkar hebat. Tetapi kenapa? Apa yang salah dengan bayi itu?"Aku tidak ingin bayi itu terlahir ke dunia!" Mama menunjuk perut Nona Elma. "Aku tidak akan pernah percaya jika dia anak Alexander!""Dia anakku!"Rahang Rafael gemetar. Bayi di dalam perut Nona Elma, anak Papa? Artinya Rafael akan memiliki adik? Rafael juga akan memiliki ibu baru? Tidak, Rafael hanya sayang Mama. Dia tidak ingin memiliki ibu lagi selain Mama. Bagaimana mungkin Nona Elma dan bayinya tega merebut Papa dari Rafael?"Pergi! Aku tidak ingin melihat wanita ini menginjakkan kaki di lant

Bab terbaru

  • Trapped   Part 48

    “Untuk kesekian kalinya, aku minta maaf pada kalian.” Alexander membuka pembicaraan. Duduk di meja kerja sembari menatap anak-anak di hadapannya bergantian.Queen duduk di antara Rafael dan Joshua. Ia memenuhi undangan Alexander untuk mendengarkan lelaki itu menyelesaikan permasalahan.“Rafael dan Joshua, Papa ingin kalian mengakhiri permusuhan. Cukup sampai di sini. Jangan ada yang menjadi korban untuk kesekian kali.”“Tidak semudah itu,” bantah Rafael.“Rafael, jangan bersikap egois. Kau boleh membenci Papa, jika kau ingin membalas dendam, hancurkan Papa, karena Papa awal mula kejadian ini. Papa akui, Papa yang salah.”“Harusnya Papa mengatakan itu di depan Mama.”“Raf, bukankah setiap manusia pasti pernah berbuat khilaf dan dosa? Pun denganmu yang pernah dengan tega membatalkan pernikahanmu dengan Queen, lalu tanpa perasaan berusaha menggugurkan bayi di kandungan Queen.”“Aku menyesal, Pa.”“Kau pernah salah langkah, begitu pu

  • Trapped   Part 47

    “Selamat malam, Neesha. Belum tidur?” Aldric melangkah menghampiri Neesha yang sedang asyik bermain piano.“Malam, Uncle. Neesha belum mengantuk, masih menunggu siapa tahu sebentar lagi Papa datang menjemput Neesha. Neesha kangen Papa.”Aldric mengelus rambut panjang Neesha dengan lembut, kemudian ia menunduk dan menyejajarkan posisi wajah dengan bocah perempuan itu. “Main pianonya bisa istirahat sebentar? Ada seseorang yang ingin bertemu Neesha.”Kaneesha mendongak dengan mata berbinar. “Papa yang datang kan?”Aldric menggeleng perlahan. “Bukan, Sayang.”“Yaaaah … ternyata bukan Papa.” Seketika binar indah di mata Kaneesha meredup.“Sabar ya, Nak. Papamu masih membutuhkan waktu.”“Sampai berapa lama? Papa sudah terlalu lama di luar kota.”“Emmm … tunggu saja. Ah ya, kata Alsen, selama ini Neesha ingin punya kakek dan nenek, ‘kan?”“Yeah, Neesha iri pada Alsen. Alsen punya mama yang baik, tidak seperti mama Neesha yang lebi

  • Trapped   Part 46

    Queen meremas jemarinya, berdiri di depan Selly dengan tegang. Bagaimana tidak, Selly menyambut kedatangannya dengan senyuman. Senyum itulah yang membuat Queen curiga, ada sesuatu hal buruk yang akan diucapkan Selly.“Rafael tidak memaafkan kesalahanku, padahal apa yang dia lakukan tidak berbeda jauh denganku. Aku tidur dengan lelaki lain, dan Rafael pun tidur dengan wanita lain. Harusnya itu impas, bukan?” Selly tertawa dengan ekspresi datar. Terlihat jelas mata wanita itu sembab, pertanda ia baru saja menangis, entah berapa lama.“Kau membohonginya selama bertahun-tahun. Dan kau yang membuat Rafael memilih bayi yang salah.”“Okay. I know. Dan sekarang dia hancur, sama halnya denganku. Kita berempat terjebak dalam situasi yang sama. Bukankah seharusnya kau dan Joshua pun hancur seperti kami? Tapi kenyataannya kalian justru akan berpesta merayakan kehancuran kami.”“Kau harus ingat satu hal, Selly. Kami sudah terlebih dulu hancur oleh keegoisanmu dan

  • Trapped   Part 45

    Aldric memapah Rafael masuk ke kamar, lantas mendudukkan lelaki itu di sofa. Beberapa menit yang lalu, ia menjemput lelaki itu di club. Kondisinya begitu memprihatinkan, menghabiskan berrgelas-gelas minuman sampai mabuk berat.“Mulai saat ini pulanglah ke rumahmu sendiri, jangan pulang ke rumah orang lain apalagi ke apartemen Queen. Neesha ada di rumahku, aku akan menjaganya sampai kau bisa mengendalikan diri dan mengambil keputusan yang tepat.”Rafael tertawa. “Bagaimana keadaan anak perempuan itu? Baik-baik saja?”“Baik-baik saja bagaimana, dia shock. Setiap hari menanyakanmu. Untung Alsen dan istriku selalu menghiburnya. Lalu bagaimana? Kau sudah mengambil keputusan?”Rafael mengacak rambut frustrasi. “Aku sudah mengirim surat gugatan cerai untuk Selly.”“Lalu bagaimana dengan Neesha?”“Bagaimana lagi? Tentu saja dia harus ikut ibunya. Aku sudah tidak sanggup mengurusnya, aku terluka setiap kali melihatnya. Seharusnya aku tida

  • Trapped   Part 44

    “Good night, Queen. Sweet dream.” Joshua mengecup kening Queen.“Mimpi indah juga untukmu.”“Apa kau bahagia setelah kita menghabiskan waktu seharian untuk bersenang-senang di wahana rekreasi?”“Yeah, I’m happy.”“Syukurlah. Aku pulang dulu, sudah larut malam.”“Terima kasih, Jo.”“Kau sudah mengucapkan itu ratusan kali.”“Terima kasih karena sudah membantuku melupakan masa lalu.”Joshua tersenyum, mengusap pipi kanan calon istrinya. “Kau tahu aku melakukan ini karena aku mencintaimu.”“Aku beruntung memiliki teman sepertimu.”“Queen, kau percaya bahwa aku akan selalu berusaha membahagiakanmu, ‘kan?”“Hum … tentu saja. Saat ini kau satu-satunya lelaki yang aku percaya. Kau tidak pernah lelah mengejarku bahkan sekalipun aku berlari menjauh. Cinta yang kau tunjukkan membuatku semakin yakin, hanya kau lelaki yang bisa membuatku bahagia.”“Aku senang mendengar itu, Honey! Kau tidak m

  • Trapped   Part 43

    Rafael mengerjap, terbangun dari tidur lelapnya. Ah, entah sudah berapa lama ia tidak pernah merasakan tidur yang begitu hangat dan nyaman seperti malam ini. Dan aroma harum yang tidak asing di indra penciumannya itu−Wait! Rafael menggeleng, sebisa mungkin menghilangkan rasa kantuk, lalu mempertajam penglihatannya. Sekarang ia tahu kenapa ia bisa tidur senyaman ini. Wanita itu, Queen, berada di dalam dekapannya. Bagaimana ceritanya sehingga Queen bisa tertidur di sofa bersamanya?Sembari mengingat-ingat kejadian semalam, tangan Rafael terulur untuk merapikan anak rambut di dahi Queen. Ah, cantik dan penuh pesona.Queen yang merasa terusik oleh belaian lembut di dahinya, dalam sekejap matanya terbuka dan tergagap saat menemukan Rafael berada di sisinya. “Rafael!”Wanita itu bergegas bangun dan menyingkir dari Rafael. Duduk berpindah ke sofa seberang, lantas mengikat rambutnya yang berantakan.“Sepertinya semalam aku mabuk.” Rafael bersandar ke

  • Trapped   Part 42

    “Kau suka ini?” Joshua menunjuk cincin bermata berlian di etalase.Malam itu, Joshua mengajak Queen memilih satu set perhiasan untuk acara pernikahan mereka yang hanya tinggal 3 minggu lagi.“Aku tidak suka terlihat mencolok. Pilih saja yang berliannya kecil.”“Ayolah, Queen. Apa salahnya terlihat mencolok? Kau bukan hanya calon istri seorang pianis kelas internasional, tetapi juga menantu pengusaha besar Alexander.”“Jo, kita sudah sepakat mengadakan resepsi sederhana.”Joshua menatap Queen secara intens. “Kau tidak sedang meragukan pernikahan ini, ‘kan?”“Tidak, Jo. Aku hanya−““Takut pernikahanmu gagal lagi?”“Jo!”“Queen, aku bukan Rafael! Kau tahu sendiri, seorang lelaki bernama Joshua mencintaimu sejak pertama kali melihatmu. Lalu apa yang harus kau ragukan?”Queen menghela napas. “Aku percaya padamu. Hanya saja−““Takut Rafael menghancurkan rencana pernikahan kita? Tenang saja, aku sudah meminta bantua

  • Trapped   Part 41

    “Tiramissu satu, cheesecake satu.” Rafael memesan kue di ‘Q Bakery’ sembari mengedarkan pandangan ke seluruh area toko kue.Setelah selesai melakukan transaksi, Rafael menenteng paper bag berisi kue favorit Kaneesha. Melangkah tegap menuju tempat parkir. Ia mengerutkan dahi saat menemukan seorang wanita berdiri tepat di sisi kanan mobil. Nara, teman Queen.Nara menyilangkan kedua lengan di depan dada sembari bersandar di mobil. “Lima kali,” ujarnya dengan wajah masam.“Lima kali apanya?”“Saya menghitungnya, sudah lima hari berturut-turut Anda selalu datang ke toko ini.”“Lalu? Apa yang aneh? Aku membeli kue.” Rafael menunjukkan paper bag di tangannya.“Anda tidak sekadar membeli kue. Mencari Queen, ‘kan?”“Queen? Apa hubungannya kue ini dengan Queen? Aku justru senang dia tidak menjadi guru les putriku lagi.”Sejak malam di rumah sakit waktu itu, Queen tidak pernah datang ke rumah Rafael lagi.

  • Trapped   Part 40

    “Sudah sejauh mana?”Akhirnya, setelah beberapa menit terdiam, pertanyaan Selly memecah keheningan. Rafael menggenggam tangan Selly, menatap wajah pucat wanita itu dengan perasaan bersalah.“Apanya?” Seperti orang bodoh, Rafael menanggapi pertanyaan Selly.“Hubungan kalian, memangnya apa lagi?”“Dia hanya guru les piano Neesha.”“Ya, hanya guru les piano. Aku pun tidak lupa cerita tentang masa kecilmu. Ayahmu, dan guru les piano.”“Jangan samakan aku dengannya. Please, Sel. Jangan berpikiran yang tidak-tidak.”“Aku harus berpikir apa? Neesha bahkan memuji-muji dia seperti ratu. Merawat Neesha saat sakit. Dia menggantikan posisiku sebagai seorang ibu.” Terdengar helaan napas kasar. “Mungkin dia juga sudah menggantikan posisiku sebagai seorang istri.”“Sel, berhenti berpikiran negatif. Kau tahu aku hanya mencintaimu.”“Bagaimana bisa kebetulan seperti itu? Bukankah dulu kau bilang wanita itu berada di Italia? Lalu sekarang

DMCA.com Protection Status