—01—
Dave berjalan sedikit sempoyongan di koridor hotel. Terlihat dari cara berjalannya yang tak beraturan dengan menabrakkan tubuhnya ke dinding kamar hotel.
Lalu sesekali ia terkekeh saat jalannya tak bisa kembali benar. Namun dia tetap berjalan menjauh dari kamar yang sempat dimasukinya bersama seorang wanita yang hendak memanfaatkan keadaannya yang setengah mabuk.
Bukan karena minuman yang ditenggak Dave saat di Club. Namun sebuah pil yang sempat dimasukan Penelope ke dalam mulut Dave.
Beruntungnya Dave menahan pil itu di bawah lidah. Dan hanya sedikit yang terlarut dari pil yang kemungkinan bisa membuat orang tertidur dalam sekejap.
Sebelumnya sesuatu hampir terjadi pada Dave untuk kesekian kalinya.
Jari lentik seorang wanita yang tak lain seorang Penelope hendak memanfaatkan keadaan Dave untuk menjadi tenar.
Setelah perpisahannya dengan sang kekasih... seorang Dave Mose William. Terlihat semakin berkharismatik dengan gaya memimpin perusahaannya yang begitu tegas dan membuat banyak orang berani menanamkan sahamnya di perusahaan agency model yang dimilikinya.
Hingga tak jarang beberapa model wanita, banyak yang mendekati dan berusaha menjadi kekasih dari Ceo Mose Entertain. Mulai dari cara yang baik seperti mencari perhatian... Sampai dengan cara yang ekstrim seperti yang tengah dilakukan wanita yang sedang membuka kancing kemeja Dave.
Penelope yang terlihat begitu seksi dengan tubuh yang hanya meninggalkan lingerie di tubuh rampingnya. Berada di atas tubuh Dave yang terbaring sambil menciumi aroma alkohol yang menyengat tercium dari bibir seksi Dave.
Bulu dada dan otot keras milik Dave menyambutnya dan menantangnya untuk terus membuka kancing-kancing lainnya yang begitu menggemaskan untuk segera dilepaskan dari tubuh pemiliknya yang seksi.
Tangan lentik dengan cat kuku berwarna merah menyala itu meraba dada berbulu Dave dengan perlahan dan gerakan menggoda. Hingga menyisakan tiga kancing kemeja di bagian bawahnya.
Namun wanita yang bertindak seperti seorang jalang itu sepertinya terlihat tak sabar. Dan dengan kedua tangan yang baru saja meraba dada Dave... hendak merobek kemeja Dave dengan paksa karena merasa tak tahan.
Sayangnya gerakannya terhenti saat kedua tangannya dipegang secara tiba-tiba oleh pemilik tubuh seksi tersebut.
Masih dengan mata tertutup rapat. Dave membuka mulutnya dan berkata begitu sadis kepada wanita di atasnya itu.
"Menggunakan cara licik seperti ini tak akan membuatmu naik daun, bitch!" tukasnya.
Dave membuka matanya, dengan tatapan yang begitu tajam. Ia melepaskan genggaman tangannya sambil kembali menukas.
"Get down from me!" hardik Dave.
Membuat Penelope beranjak turun dari atas tubuh Dave dengan wajah pucat seperti ketahuan mencuri.
Dave bangun dari baringnya... sambil mengancingkan kembali kemejanya... ia menatap sinis wanita yang terdiam di sudut ruangan. Tertunduk malu karena tingkah jalangnya barusan.
"Kau adalah wanita kesekian yang berusaha melakukan hal licik seperti ini!" Dave menatap jijik Penelope yang semakin menunduk malu dengan keadaannya.
Dave melangkah mengambil jasnya yang tersampir di sofa.
"Heh... sungguh malang. Aku menunggu pembatalan kontrakmu dari agency!" tukas Dave sambil mengenakan jasnya.
Lalu ia melangkah menuju pintu dan meraih gagang pintu kamar hotel tersebut. Ia menghentikan niatnya dan menatap sekeliling ruangan yang terlihat begitu kecil untuk ukuran hotel.
"Cih! Kau bahkan hanya membawaku ke tempat murahan seperti ini!" Dave lagi-lagi menukas begitu sarkas.
Lalu dia benar-benar keluar dari pintu kamar hotel tersebut.
Dave menaiki mobil sport berwarna putih yang terparkir di depan lobby utama hotel tersebut. Dengan kepala yang masih sedikit pusing. Ia berusaha dengan keras untuk fokus mengendarai mobilnya kembali ke rumahnya.
Kesuksesannya selama beberapa bulan setelah berpisah dengan Clara Davonna Dawn... nyatanya tak membuat malamnya indah seperti kariernya sebagai pemilik satu-satunya Mose Entertain yang begitu dikenal di Manhattan.
Namun sayang... Dirinya tak tertarik untuk membawa salah satu dari sekian banyaknya model yang tertarik dengannya untuk masuk ke dalam hatinya. Bahkan hanya untuk sekedar menghangatkan ranjangnya saja.... Dirinya tak membiarkan satupun wanita ke dalam hidupnya lagi.
Walau sikapnya begitu meyakinkan wanita yang hendak mendekatinya. Bertingkah manis saat di awal... namun selalu diakhirinya dengan ucapan sarkas yang membuat siapapun sakit hati saat mendengarnya.
Maka dengan itu dirinya mendapat predikat sebagai... the lady killer.
Mobil Dave melaju seketika itu juga, membelah jalanan dengan cukup kencang karena dia sungguh ingin melemparkan tubuhnya ke atas ranjangnya yang nyaman namun dingin dan sunyi tanpa pernah ada penghuni di sampingnya.
***
Sydney
19.00Suara gaduh terdengar dari sebuah ruangan yang disulap menjadi arena tarung dua orang wanita....
Ruangan yang dipenuhi dengan gaun-gaun indah itu telah berubah sedikit karena sesuatu tengah terjadi di sana.
Demi menyembunyikan kegiatan yang tak ingin diketahui oleh publik... semua itu dilakukan oleh pemilik butik tersebut untuk melatih seorang wanita rapuh yang ingin menjadi tangguh dan kuat demi menjaga dirinya sendiri.
Clara Davonna Dawn... wanita yang berniat melatih diri untuk menjalani kegiatan bela diri. Demi bisa menjaga dirinya, berubah menjadi wanita yang tak lagi bergantung kepada siapapun.
Setelah kejadian perih yang terjadi antara dirinya dan pria yang dicintainya kandas karena kesalahannya. Kini ia berusaha untuk menjadi lebih tangguh. Demi menjaga dirinya agar bisa menjadi lebih baik untuk pria yang ia cintai.
Napas yang terengah-engah terdengar keluar dari bibir Clara. Dia kembali mengusap pelu air bening di keningnya.
"Kau lelah? Ingin beristirahat sejenak?" tanya pemilik butik -Niana Zanetta Guerro-.
Clara menggeleng... ia kembali berdiri tegak, mengepalkan kedua tangannya di depan dadanya.
"Tidak. Aku tak ingin menyia-nyiakan waktu dan usahaku datang ke sini. Aku ingin menjadi sepertimu Niana," tekad Clara.
Niana tersenyum, mengingat betapa keras kemauan wanita di hadapannya. Dia melangkah mendekat sambil membuka kain putih yang terlilit di telapak tangannya.
"Aku rasa sudah cukup untuk hari ini, Cla. Kau sudah cukup banyak kemajuan. Jika kau ingin menjadi tangguh, kau juga harus menjaga kesehatanmu," ujar Niana.
Membantu Clara melepaskan lilitan kain putih di telapak tangan wanita itu. Setelah itu ia berjalan menuju sofa yang terdapat air mineral di atas meja di sampingnya.
"Kudengar dari Maggie, kemarin kau sempat ke dokter karena merasakan sakit di perut, apa sudah baik-baik saja?" tanya Niana.
Sambil melemparkannya satu botol air minertal untuk Clara yang berjalan mendekat, dan dengan cekatan wanita itu menangkap air mineral tersebut.
Keduanya menenggak air bening itu hingga tandas. Sepertinya mereka memang harus beristirahat sejenak. Ditambah keadaan diluar gedung sudah banyak lampu jalan yang menyala, menandakan hari sudah mulai gelap.
"Aku sudah baik-baik saja... Terima kasih untuk hari ini, Niana. Kau memang wanita hebat. Kau memiliki kehidupan sempurna, dan begitu mandiri dengan segala yang kau miliki," ujar Clara.
Duduk di samping Niana, menatap ke salah satu gaun indah yang ada di sana. Menerawang seolah sedang membayangkan sesuatu yang indah dengan gaun tersebut.
Niana memerhatikan arah pandangan Clara... ia tersenyum dan mencoba berbagi pengalaman hidupnya yang juga sempat jungkir balik sebelum menikmati hidupnya saat ini.
"Dulu aku juga mengalami hal yang sulit sebelum menikmati hidupku saat ini... kedua orang tuaku meninggal... lalu aku disiksa oleh ibu tiriku," ungkap Niana.
Clara menoleh menyimak kisah Niana yang mungkin bisa dijadikan pelajaran bagi hidupnya saat ini.
"Namun dari sanalah aku bertemu dengan Dennis -ayah si kembar-. Oh kau mau melihat mereka? Usia mereka sudah enam tahun saat ini," ujar Niana.
Wanita yang ahli dalam mendesain gaun itu, mengambil ponsel dari tasnya. Lalu mencari foto kedua anaknya.
"Ini... Oliver dan Valerie. Mereka kembar. Namun Oliver begitu menjaga Valerie. Dia merasa bertanggung jawab dengan adiknya," jelas Niana.
"Mereka lucu... aku yakin mereka akan tetap saling menjaga hingga dewasa nanti," ujar Clara.
"Kuharap begitu... lihat ini, anak laki-laki ini, adalah anak sahabatku. Mereka juga kembar, Raizel dan Kyle. Mereka sering bermain ke rumah, lalu ini sepupu mereka... Skyla, Summer, Arthur dan Athena. Aku senang jika rumahku ramai," ungkap Niana.
"Pasti rumahmu tak akan sunyi jika seperti itu," kata Clara berkomentar.
"Ya... Persahabatan kami masih terjalin cukup erat. Jadi kami sering berkumpul, sekaligus membiarkan anak kami bermain bersama.... Namun yang kutakutkan... pergaulan mereka hanya akan berputar antara kedelapan anak ini. Semoga mereka akan tetap akur hingga dewasa." Niana berharap walau hatinya khawatir jika anak-anak itu akan terjebak dalam satu putaran perasaan.
"Well... bagaimana denganmu? Ceritakan sedikit kisahmu?" tanya Niana.
"Tidak... kisahku menyedihkan. Kau juga pasti sudah mendengarnya dari Maggie." Clara menolak untuk membuka kisah pahitnya.
Dia menunduk tersenyum miris seolah menutupi perasaannya.
"Oh dear... be strong! Semua kisah manis selalu diawali dengan kepahitan. Kau harus bisa menjalaninya dengan kuat. Aku yakin... semuanya akan berlalu, kebahagiaan sedang menantimu, Cla. Jangan takut untuk melangkah," tutur Niana.
Mengusap punggung Clara dan tersenyum. Clara merasakan kehangatan dari Niana. Wanita yang dianggap seperti kakaknya itu sungguh dewasa dan bijaksana. Padahal jelas usia Niana lebih muda darinya.
"Terima kasih... aku akan berusaha melewatinya. Aku tak ingin mengecewakan orang yang menungguku dan telah banyak berkorban untukku, seperti Maggie...," ujar Clara.
"Niana juga, Cla," sahut sebuah suara.
Maggie mendekati kedua wanita yang sedang asik berbagi pengalaman itu. Ia mengambil duduk di samping Niana.
"Hah, kau berlebihan, Maggie. Aku senang bisa membantumu dan Clara. Semoga kelak kalian bisa mendapatkan kebahagiaan," tutur Niana begitu tulus.
"Terima kasih telah mengajari Clara, Niana... kau sangat berjasa saat ini," kata Maggie.
Niana hanya mengangguk dan tersenyum. "Aku tinggal kalian, aku harus segera pulang. Anakku pasti sudah menunggu," ujar Niana.
Clara dan Maggie mengangguk bersamaan sambil melambaikan tangannya.
Maggie menggeser posisi duduknya mendekat kepada Clara.
"Bagaimana, Matheus? Apa keadaannya membaik?" tanya Clara.
"Cukup baik. Semenjak dia mengetahui sikap ibunya yang tamak... dia menyesal telah banyak merugikan orang. Dan dia cukup depresi hingga mengurung diri di kamar. Namun hari ini dia sudah mau bicara denganku, dokter yang menanganinya bilang... itu sebuah kemajuan," ungkap Maggie.
"Hah... adikku yang malang. Semoga ia bisa pulih kembali. Lalu bagaimana dengan ibunya -Veronika-? Dia sudah ditemukan?" tanya Clara.
Maggie menggeleng. "Terakhir dia terlihat kembali ke Manhattan. Meninggalkan Matheus di sini... maka dari itu, ayahmu meminta kita untuk tinggal bersama. Tapi ibumu menolak," ungkap Maggie.
Helaan napas kembali terdengar di mulut Clara. Pasalnya bukan hanya masalah kehidupan pribadinya yang kacau. Melainkan kedua orang tua dan adik tirinya yang terlihat lebih kacau darinya.
Dan jangan lupakan Maggie yang juga baru saja mengalami kegagalan untuk kedua kalinya, disaat hari pernikahannya sudah di depan mata. Ia kembali mengalami hal yang sama. Yaitu ditinggalkan tunangannya, karena terlalu sibuk mengurus Clara.
Semua itu menambahkan beban pikiran Clara yang semakin rumit.
"Menurutmu, apa ibuku sekeras itu tak ingin tinggal bersama ayahku?" tanya Clara.
"Aku rasa, kau bisa membujuknya... kau adalah satu-satunya alasan ibumu ikut ke Sydney. Dia sangat ingin menebus waktunya bersamamu." Maggie berpendapat.
"Bagaimana maksudmu, Mag?"
"Tinggallah di tempat ayahmu, maka ibumu akan mengikutimu. Lagipula aku tak tega melihat Matheus yang melamun sepanjang hari. Biar bagaimanapun... dia adalah rekan bisnis terbaik selama aku menjadi manajermu, Cla," ungkap Maggie terlihat sama murungnya.
Namun Clara mencoba tersenyum untuk menghibur Maggie.
"Kalau begitu... malam ini antar aku ke tempat ayahku. Lebih cepat lebih baik, bukan?!" seru Clara antusias.
Demi menyatukan orang-orang terkasihnya... ia akan melakukan apapun.
Dia berharap bukan hanya ayah dan ibunya yang bersatu. Melainkan Maggie dan Matheus yang juga kemungkinan bisa bersama. Dan itu sudah terpikirkan di dalam benak Clara.
Selagi ia memulihkan hatinya... ia akan berusaha menyatukan banyak hati, agar semua orang di sekitarnya mendapatkan kebahagiaan.
Ya... setidaknya orang-orang disekelilingku harus mendapatkan kebahagiaan lebih dulu... kuharap kebahagiaan kita akan menyusul setelah itu, Mousie, batin Clara bertekad.
Kembali menatap gaun putih gading yang terlihat indah di hadapannya.
**
—02—Empat tahun kemudian.Sebuah mobil sport putih berhenti di sebuah gedung pencakar langit dengan papan reklame bertuliskan Mose Entertain.Sepasang kaki bersepatu pantofel mengkilap, turun dari mobil keluaran terbaru dari ferrari tersebut.Kaki itu melangkah memasuki gedung mengkilap yang terlihat begitu tinggi menjulang ke langit dengan sangat angkuh.Beberapa karyawan di gedung tersebut menyapanya dengan ramah. Dan pria itu menanggapinya dengan senyuman yang membuat ketampanannya semakin bertambah.Dipadukan dengan setelan jas melekat sempurna di tubuhnya yang diyakini begitu indah dan sangat disayangkan untuk tak dipandang.Pria yang berjalan dengan tegap itu menyunggingkan senyuman di balik rahang tegas yang ditutupi bulu halus terawat dan tertata rapi mempertegas rahang, seolah menambahkan kesan seksi dari raut wajah yang begitu sempurna
—03—Clara menghentikan mobilnya di depan halaman sekolah anak-anak yang masih dalam tahapan pre-school.Marshella Anggie Wesley, anak yang berada di samping Clara tersenyum menatap ke arah layar jendela mobilnya.Bocah berusia tiga tahun itu turun dari mobil, sambil berseru kepada Clara."C'mon, Mom!" ajak bocah perempuan itu berseru.Clara tersenyum membuka seatbelt dan mematikan mesin mobilnya, ia turun menyusul Anggie -panggilan anak tersebut- yang berjingkrang senang saat hari ini adalah first timenya ia masuk sekolah."Wait, An ... jangan tinggalkan, Mom." Clara menyahut dan terburu-buru mengejar Anggie.Bocah perempuan yang begitu aktif dan sangat antusias untuk masuk ke lingkungan barunya itu, berlari dan berhenti menatap kagum bangunan indah yang ada di hadapannya.Dengan mulut yang menganga ... bocah itu terlih
—04—Dave menggebrak-gebrak Stein yang masih tertidur di sofa ruang tamu apartemen asisten sekaligus detectif yang merangkap menjadi sahabat Dave. Lebih tepatnya... Teman curhat Dave selama beberapa tahun terakhir.Well ... Bagaimana bisa Stein -sipemilik apartemen- malah tidur di sofa ruang tamunya?Kembali lagi pada kenyataan, bahwa Dave adalah bosnya!Setelah perdebatannya dengan Stein semalam ... Dave —pengungsi tak tahu diri itu. Meminta tidur di kamar Stein, dengan alasan ia lelah karena perjalanan panjangnya dari Manhattan menuju Sydney yang memakan waktu empat jam lebih lama dari penerbangan yang biasanya hanya mencapai duapuluh tiga jam paling lama.Erangan dari mulut Stein terdengar menggerutu kesal. Bosnya yang satu itu memang tak bisa memberikan Stein sedikit jeda untuk bernapas sejenak dan menikmati tidurnya dengan tenang."Stein bangun! Jika kau tak ingin
-05-Dave tersadar setelah beberapa detik bergeming menatap kepergian Clara. Lantas dia bergegas mengikuti Clara yang sudah diketahuinya menuju sekolah di mana bocah perempuan itu diantarkan Clara.Dave memasuki mobil milik Stein dan langsung menekan pedal gasnya untuk bisa menyusul kepergian Clara.Ia melewati beberapa mobil yang telah menutupi jalannya, untuk menyusul mobil Clara yang berada dua mobil di depan darinya. Di sisi jalan terlihat tanda kehidupan dari orang yang berlalu lalang untuk memulai harinya.Hingga beberapa menit kemudian, Mobil yang dikendarai Clara terlihat berhenti di pelataran halaman parkir sekolah Anggie.Bocah kecil itu keluar dan melambaikan tangannya kepada Clara. Setelah ia mencium pipi ibunya dan Clara membalasnya sambil mengusap kepala Anggie dengan sayang.Sementara Dave terdiam menatap pemandangan indah tersebut. Hatinya tereny
—06—Dave menghentikan mobilnya tepat di belakang mobil Clara. Ia keluar dari mobil sambil memakai kacamata hitam karena terik matahari tepat berada di atas kepalanya.Otaknya terasa mendidih seperti hatinya saat ini. Ketika mendengar pengakuan omong kosong dari Clara yang berkeras bahwa wanita itu merasa telah bahagia tanpanya.Terlihat Clara yang masuk ke rumah, membawa Anggie yang terus berceloteh menceritakan kegiatannya di sekolah. Sesekali bocah itu menyebut nama Dave yang begitu angkuh tak ingin bermain dengan teman lainnya.Dave mengikuti dan memilih membiarkan Clara melakukan kegiatannya seperti biasa. Mengurus Anggie, dengan menyuruh bocah itu untuk mengganti pakaian. Sementara Clara hendak memasak makan siang mereka."Aku ingin bermain dengan teman perempuan ... tapi Dave dengan angkuhnya berkata, bahwa kami berisik. Dan dia ....""Okay, An. Simpan ce
—07—Clara masuk kembali ke rumah, setelah selesai menjawab panggilan yang membuatnya naik darah.Terlihat dari wajahnya yang memerah dan hilangnya senyuman di wajah yang masih terlihat cantik.Clara bergabung bersama Dave dan Anggie yang kompak memerhatikan wanita itu. Clara duduk dan langsung mengambil makanan ke atas piring kosong. Lalu melahapnya dengan segera seperti orang kelaparan.Padahal sebelumnya ia berkata kepada Anggie bawah dia masih kenyang. Dave dan Anggie melongo melihat Clara begitu lahap menyuapkan nasi berkali-kali ke dalam mulutnya, lalu mengunyahnya dalam jumlah banyak hingga kedua pipinya menggelembung menjadi chuby."Apa masakanku seenak itu?" tanya Dave.Seketika Clara baru teringat bahwa makanan yang ia lahap sedemikian rakusnya adalah masakan Dave. Ia hanya sedang kesal dan meluapkannya begitu saja tanpa tahu dirinya sudah menjadi pusat perhatian kedua
-08-"Matheus Arthur Wesley! Berhenti bicara dan jangan campuri urusanku!" hardik Clara.________Lagi-lagi menghentikan ucapan Matheus. Bersamaan dengan itu Clara berbalik, menatapnya dengan sorot mata tajam, begitu juga Dave yang berada tepat di belakang Clara berjarak beberapa langkah sambil mengerutkan keningnya dalam."What happened, Cla? Kenapa kau menghentikan ucapannya?!" tanya Dave.Membuat Clara menoleh dan menatapnya sinis. Tatapan yang diterima dan dibalas oleh Dave tak kalah sinis.Dave melangkah mendekati Clara, tanpa berniat menghilangkan sorot tajam dari manik abunya."Apa yang hendak kau sangkal, Cla? Kenyataan bahwa kalian adalah adik kakak? dan tak dapat terelakkan bahwa darah yang ada di dalam tubuh kalian yakni dari gen yang sama, sebagai keturunan Wesley?!" sergah Dave.Semakin m
—09—Dave terdiam di dalam mobil yang masih diparkirkan di depan rumah Clara, ia memandangi lembaran kertas laminating putih yang bergambar sesosok wanita yang dicintainya. Gambar yang menunjukkan kegiatan Clara setelah perpisahan terjadi antara dirinya dan wanita yang dicintainya.Dave mengusap lembaran demi lembaran dengan perlahan dan membalik lembaran itu satu persatu, seperti sedang membaca agenda perjalanan wanitanya selama berpisah dengannya.Terdapat sebuah tulisan tangan Maggie yang menjelaskan sedang apa Clara di dalam foto tersebut. Dave terkekeh saat cerita yang dijabarkan dalam tulisan itu mengandung unsur keluguan seorang Clara."Kau memang tetap lugu, Cla... sekalipun kini kau berubah menjadi lebih dewasa. Apa tak sedikitpun kau merindukanku? Kau tak adil... kau tahu keberadaanku, namun tidak denganku. Dan yang lebih parahnya, kau bahkan tak pernah mendatangiku," lirih Dave dala
Clara memekik terkejut saat mendengar nama pria yang memperkenalkan dirinya dengan cara menyeramkan itu menerobos masuk melewatinya dengan mudah.Clara menoleh dengan tatapan menyelidik walau terdapat secuil rasa takut dari aura pria yang terasa telah membunuh banyak orang."Who are you?!"tukas Clara berusaha terlihat berani. Walau dalam hatinya merutuki Leonard yang pergi entah kemana.Bukannyamenjawab,pria itu melangkah menghampiri Clara dan berhenti di hadapannya."Apa kau tak mendengar perkenalanku tadi?Aku Bastian Fer—argh!"pekik pria bernama Bastian, memegangimiliknyayangterkena tendangan lutut Clara.Bastian hendak meraih tangan Clara tetapi wanita itu lebih dulu meraih tangannya dan menarik, menambahkan pukulan pada perutnya.Bastian me
Dave menapakkan kakinya di kediaman seorang petinggi mafia yang diduga sebagai bos Diego. Kedatangannya sudah diketahui orang itu hingga saat ia tiba di bandara, Dave sudah mendapat jemputan menggunakan helikopter dan berhenti tepat dihelipadrumah mafia tersebut. Seolah diperlakukan sebagai tamu spesial yang membuat Dave harus semakin waspada.Dave bersama Stein dan Frank diantarkan seorangbodyguarduntuk menemui pemimpin itu. Dengan menaiki sebuah lift agar tiba di atap tertinggi terbuka yang terdapat pria paruh baya sedang memberi makan peliharaannya di tempat terbuka. Terdapat beberapa unggas berbagai macam bentuk yang terlihat cukup besar dimasukan ke dalam kandang."Boss,Mr. Williams sudah di sini," ujarbodyguardberseragam hitam itu menyapa boss besarnya.Pria dengan setelan kemeja putih yang lengannya digulung menampilkan beberapa tato, dipadukan dengan rompi abu yang dan
Dave mendengar panggilan telepon yang tersambung pada Celine atau Shello, begitulah Frank dan Stein memanggil wanita itu dengan akrab. Setelah menunggu selama beberapa menit, kini ia harus menerima kenyataan dan benar akan pemikirannya.Pria yang membantu petinggi mafia dari Diego adalah Leonard Dowson yang tak lain adalah suami dari Shello. Dave sempat memaki dan menghujat Shello untuk mengembalikan Clara sesegera mungkin. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan Shello yang mengatakan bahwa suaminya terpaksa melakukan itu karena putrinya yang juga menjadi sandera dan sebagai bayarannya, Leonard harus melakukan tiga kali penculikan.Tentu saja, Shello sudah menyusun rencana untuk menyelamatkan keduanya. Bahkan klan Dowson dan Wilfred serta klan Walz yang turut ikut membantu sudah siap menjalankan misi yang dipimpin oleh Shello dan ayahnya—Marshello.Dave hanya diminta untuk mempercayakan semua pada apa yang sudah diatur oleh wanita yang pan
Stein menutup panggilan Dave saat bos kecilnya mengatakan hal yang begitu mencurigakan. Tak biasanya Dave menghubunginya hanya untuk berpamitan dan memintanya untuk tidak mengganggu acaranya. Selama ini baik Stein atau pun Frank selalu profesional melakukan tugas memantau kedua putra Marvin Williams tanpa mengganggu kesibukan mereka."Oh,came on,boss. Kau membuang ponsel modifikasiku ke jalan?!" keluh Stein saat melihat dari layar laptopnya melalui kaca spion mobil Dave yang dipasangi kamera kecil lengkap dengan alat GPS dan penyadapnya.Sebelum mendapat telepon dari Dave. Stein sudah mengetahui bahwa bos kecilnya itu sedang berseteru di telepon. Membuat Stein mulai bersiaga dan bergegas menghubungi Frank untuk menjemputnya dan terbang ke Manhattan. Tentunya mereka memiliki izin menggunakan pesawat jet Williams Corp dalam keadaan mendesak seperti saat ini.Mereka bukan hanya pekerja yang mengurus pekerjaan kantor biasa. Semua itu hanyalah se
Dave menginjakan kaki di Metropolitan Correctional Center yakni pusat pertahanan para narapidana Manhattan, New York. Aura mengerikan terasa saat beberapa kawanan polisi yang sedang bertugas membekuk kriminal terlihat bagai pemandangan biasa yang terjadi disana.Kubikel-kubikel para petugas polisi dan detektif sibuk melakukan tugasnya masing-masing. Beberapa terlihat di satu ruangan berdinding kaca, sedang berdiskusi sambil memperhatikan lembaran-lembaran foto yang diduga Dave sebagaisuspectyang mereka curigai dalam sebuah kasus.Langkah Dave terhenti di depan pintu bertuliskan Chief Of Department, yang diantarkan seorang sersan dan dipersilakan masuk menghadap sang atasan, tentunya setelah meminta izin melalui intercom dengan laporan singkat.Dave mengangguk mengerti dan masuk lalu berjabat tangan sejenak, sampai pintu ruangan tertutup. Mereka mulai melakukan pembicaraan serius.Setengah jam berlalu setelah diskusi yang membuat banya
Wajah Dave kini terlihat memerah padam dengan remasan pada benda pipih di tangannya yang kini masih tertempel di telinganya. Rahangnya mengatup kuat dan aliran darahnya naik ke kepala hingga meluap seiring dengan ucapan dan kekehan menertawakan dirinya di ujung panggilan sana."Jangan pernah mengancamku karena kekuasaanmu yang berbau busuk! Katakan di mana Clara?! Atau aku tak akan segan untuk—""—Untuk apa,Dave?!Melaporkan perusahaanku untuk kedua kalinya?Heh!" Decihan terdengar mengejek.Sekali lagi, Dave memejamkan matanya menelan kembali ucapannya. Posisi ia saat ini tak menguntungkannya untuk meladeni seorang bajingan licik yang berani menculik Clara darinya."Kau tak akan berani menyentuhku lagi,jikaClaramu tak ingin disentuh.Kau tak akan mudah menemukannya,karena kau berurusan de
Setelah puas menyiksa suaminya, kini Clara bergegas ke toilet untuk merapikan dirinya. Bagaimana pun ia tetap terlihat kacau akibat ulahnya yang ingin menggoda Dave. Ia membuat sapuan lipstik merah menyalanya berantakan.Dan kini ... waktu yang telah cukup sore membuat gedung mulai sepi. Beberapa pekerja sudah pulang dan juga ada yang baru bersiap pulang. Sementara Bradley dan tim sukses beserta model seangkatan Clara yang menyiapkan perayaan kembalinya dirinya, sudah menuju restoran tempat mereka merayakan."Mousie sudah mendapat balasan, dia pasti kesulitan menidurkan'si littlemousie'," kekeh Clara.Wanita berkaki jenjang itu menuju baseman dan menekan kunci mobil hingga bunyi kunci pintu mobilnya terdengar. Clara masuk dan mulai menyalakan mobilnya. Tapi, sesaat ia terdiam sebelum sempat menjalankan mobilnya. Sampai yang terlihat dari kamera CCTV beberapa menit kemudian, mobil putih itu berjalan keluar dari area parkir.Da
Satu minggu kemudian proses audisi Clara telah selesai. Karena kemampuan dirinya yang profesional yang miliki aura sebagai seorang model sejati, membuatnya lolos kriteria di luar dari penilaian fisik yang sempurna.Tak dapat disangka bahwa kini Clara kembali ke gedung Mose Entertain dengan status sebagai model yang siap melakukan pemotretan pertama. Clara turun dari mobilnya, tanpa didampingi Dave.Clara sengaja tak ingin pergi bersama, sebagai profesional kerja. Ia sangat tak ingin dinilai istri CEO yang hanya menggunakan kuasa suaminya untuk menjadi terkenal.Walau sesungguhnya dirinya sendiri sudah dikenal. Namun, akan ada saja orang yang menilainya lain. Clara memiliki kesepakatan dengan Dave untuk menghindari berita tersebut."Huh! Ini hari pertamaku kembali. Semoga semuanya lancar!" gumam Clara menyemangati dirinya.Kaki jenjangnya melangkah memasuki lobi utama. Beberapa sapaan dari orang yang mengenal membuatnya merasa diterima kembali denga
Mose Entertain - 11.00 AMKedatangan Dave dan Clara setelah berlibur selama satu minggu lebih lama dari keluarga di pulau, membuat beberapa wartawan penasaran apa yang terjadi. Setelah Dave dikabarkan dekat dengan pengusaha dari Roma, kini malah kembali dengan Clara yang terlihat datang bersamaan ke gedung Mose Entertain.Bahkan kedatangan mereka berdua disambut antusias oleh pekerja di sana. Tentu saja semua itu ulah Bradley yang dibantu oleh Matheus dan Anna untuk hadir di ruangan Dave yang sudah disulap menjadi lebih meriah."Oh... kami tak sabar mendengar kabar gembira dari kalian. Mose kau sudah melakukannya berulang kali bukan? Pastinya akan membuahkan hasil," bisik Bradley yang masih bisa didengar oleh Clara.Wanita itu seketika menegang kaku, tak ada yang mengetahui kondisinya saat ini selain Dave dan Matheus. Bahkan Clara juga tak memberitahukan itu pada kedua orang tuanya, agar mereka tak mengkhawatirkan keadaannya.