Malam yang panas

Malam yang panas

last updateLast Updated : 2025-05-01
By:  PurpleUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
1 rating. 1 review
8Chapters
127views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Di sebuah kota yang jarang tidur, Nadia, seorang wanita karier berusia 28 tahun, menjalani hidupnya dengan ambisi besar. Namun, di balik pencapaiannya, ada kehampaan yang tak bisa ia pahami. Hingga suatu malam, ia bertemu dengan Reza—seorang pria penuh misteri dengan tatapan yang sulit diabaikan. Percakapan mereka yang awalnya biasa perlahan berubah menjadi permainan penuh godaan. Malam semakin larut, dan batas antara logika serta hasrat mulai memudar. Nadia terhanyut dalam pengalaman yang mengguncang tubuh dan pikirannya. Namun, di balik keintiman itu, ada rahasia besar yang disembunyikan Reza. Apakah pertemuan mereka hanya sekadar pelampiasan, ataukah malam itu menjadi awal dari sesuatu yang lebih dalam? Novel ini bukan hanya menghadirkan kisah penuh gairah, tetapi juga menyelami perjalanan psikologis tokoh dalam memahami kebebasan, hasrat, dan arti keintiman yang sesungguhnya.

View More

Chapter 1

Bab 1 Malam yang Tak Terlupakan

Langit kota masih menyisakan rona jingga ketika Nadia melangkahkan kakinya keluar dari kantor. Hawa malam yang masih hangat menyentuh kulitnya, memberikan sedikit kelegaan setelah seharian terperangkap dalam ruangan ber-AC. Ia merapikan gaun hitam selutut yang dikenakannya, lalu menghela napas panjang.

Seharusnya ia langsung pulang ke apartemennya. Hari ini melelahkan, penuh dengan rapat dan tuntutan pekerjaan yang tak ada habisnya. Tapi ada sesuatu di dalam dirinya yang menolak pulang. Ada perasaan gelisah yang tak bisa ia jelaskan—sebuah keinginan untuk melepaskan diri dari rutinitas yang membosankan.

Tanpa berpikir panjang, ia mengarahkan langkah ke sebuah lounge yang sering ia datangi. Velvet Bar—tempat yang cukup eksklusif, di mana orang-orang datang bukan hanya untuk minum, tetapi juga untuk melupakan kenyataan sejenak. Musik jazz lembut mengalun ketika ia memasuki ruangan dengan pencahayaan temaram, dinding-dindingnya dihiasi ornamen emas yang memberikan kesan mewah.

Nadia memilih duduk di bar, melepaskan tas tangannya dan menyilangkan kaki dengan anggun. Seorang bartender datang dengan senyum profesional.

"Seperti biasa, Mbak Nadia?"

Nadia tersenyum tipis. "Ya, satu gelas wine merah."

Anggur dituangkan ke dalam gelas kristal, aroma khasnya langsung menyentuh penciumannya. Saat ia hendak menyesapnya, seseorang duduk di sebelahnya.

Pria itu.

Sosok asing yang langsung menarik perhatiannya.

Ia mengenakan kemeja hitam dengan lengan digulung hingga siku, memperlihatkan lengan yang kuat dan maskulin. Rambutnya sedikit berantakan, tetapi justru itu yang membuatnya terlihat menarik. Namun, yang paling mencuri perhatian Nadia adalah tatapan matanya—gelap, penuh misteri, dan entah bagaimana terasa mengundang.

"Sepertinya ini bukan malam yang biasa untukmu," suara pria itu terdengar dalam dan tenang, membuat Nadia menoleh.

Ia mengangkat alis. "Maksudmu?"

Pria itu tersenyum kecil, lalu menatap gelas anggurnya. "Aku bisa menebak, kau sedang mencari sesuatu. Atau mungkin... seseorang?"

Nadia tertawa kecil, menyesap anggurnya sebelum menjawab, "Dan kau menganggap dirimu adalah orang yang kucari?"

Pria itu tak langsung menjawab. Sebaliknya, ia mengulurkan tangan. "Reza."

Nadia menatap tangan itu sejenak sebelum menjabatnya. "Nadia."

Sentuhan tangan mereka terasa hangat, bahkan sedikit lebih lama dari seharusnya sebelum akhirnya terlepas.

Malam semakin larut, dan obrolan mereka semakin dalam.

Ada sesuatu dalam cara Reza berbicara yang membuat Nadia nyaman. Ia bukan tipe pria yang mencoba mengesankan dengan kata-kata manis atau rayuan murahan. Sebaliknya, ia pendengar yang baik, dengan tatapan yang seolah mampu menembus pikiran Nadia.

Seiring waktu, alkohol mulai memberikan efeknya. Nadia merasa lebih ringan, lebih bebas. Ia tidak lagi berpikir tentang pekerjaan atau betapa monoton hidupnya selama ini.

Saat Reza menatapnya dengan intens, ada ketegangan yang menggantung di antara mereka.

"Kau ingin berjalan-jalan sebentar?" tanyanya.

Nadia tahu apa yang ia rasakan saat ini. Ketertarikan itu nyata, dan ia tak ingin mengabaikannya. Maka tanpa ragu, ia mengangguk.

Di Bawah Langit Malam

Mereka berjalan di trotoar yang sepi, ditemani cahaya lampu jalan yang redup. Angin malam yang hangat menyapu kulit Nadia, tetapi justru membuatnya semakin sadar akan keberadaan Reza di sampingnya.

"Kau sering datang ke tempat ini?" tanya Reza, tangannya dimasukkan ke saku celana.

"Kadang-kadang, saat aku merasa perlu mengingat bahwa hidup ini bukan hanya tentang kerja," jawab Nadia jujur.

Reza menoleh, menatapnya dalam. "Dan malam ini?"

Nadia tersenyum samar. "Aku hanya mengikuti ke mana malam ini membawaku."

Reza berhenti berjalan, dan Nadia pun ikut berhenti. Ada sesuatu dalam cara pria itu menatapnya—sesuatu yang membuat jantungnya berdegup lebih cepat.

Perlahan, Reza mengangkat tangannya, menyentuh dagu Nadia dengan lembut. Ia tidak langsung menciumnya. Tidak terburu-buru. Seolah memberinya kesempatan untuk mundur jika ia menginginkannya.

Tapi Nadia tak ingin mundur.

Ketika bibir mereka akhirnya bersentuhan, itu bukan ciuman yang tergesa-gesa. Itu lembut, perlahan, seakan mereka sedang mengeksplorasi satu sama lain. Sentuhan Reza di pinggangnya menghangatkan tubuhnya, menariknya lebih dekat.

Nadia membiarkan dirinya tenggelam dalam momen itu, membiarkan semua pikiran logisnya menghilang. Malam ini bukan tentang perhitungan atau konsekuensi. Malam ini adalah tentang merasakan.

Ketika mereka akhirnya menarik diri, mata Reza tetap terkunci pada Nadia.

"Kita ke tempatmu atau tempatku?" suaranya terdengar serak, penuh dengan hasrat yang terpendam.

Nadia tahu bahwa ini adalah keputusan yang akan mengubah sesuatu dalam dirinya. Tapi untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, ia tak ingin berpikir terlalu banyak.

Sambil tersenyum, ia menjawab, "Tempatku."

Reza tersenyum kecil sebelum meraih tangannya. Dan malam yang panas pun dimulai.

Nadia membuka pintu apartemennya, membiarkan Reza masuk lebih dulu. Cahaya lembut dari lampu sudut menyelimuti ruangan dengan kehangatan, menciptakan suasana yang intim. Reza berdiri di tengah ruangan, matanya menjelajahi setiap sudut sebelum akhirnya kembali menatap Nadia.

Tanpa kata-kata, mereka saling mendekat.

Reza meraih pinggang Nadia, menariknya dengan lembut hingga tubuh mereka bersentuhan. Hangat. Intens. Bibirnya menelusuri leher Nadia dengan perlahan, meninggalkan jejak sensasi yang membuatnya menghela napas berat.

Nadia merasakan jantungnya berdegup lebih cepat. Tangannya merayap ke dada Reza, merasakan denyut yang sama di balik kemeja hitamnya. Dalam satu gerakan perlahan, ia membuka satu per satu kancingnya, membiarkan kulit mereka bersentuhan tanpa penghalang.

Reza menatapnya dalam sebelum kembali mencium bibirnya—lebih dalam, lebih menuntut. Tangan Nadia mencengkeram rambutnya, membiarkan dirinya hanyut dalam arus yang semakin liar.

Ketika mereka akhirnya jatuh ke atas ranjang, cahaya kota yang masuk dari balik jendela besar menjadi satu-satunya saksi bagaimana malam itu berubah menjadi sesuatu yang lebih dari sekadar pertemuan biasa.

Nadia menatap Reza dalam remang cahaya yang menerobos masuk melalui jendela apartemennya. Kilauan lampu kota memantulkan bayangan samar di matanya, memperlihatkan sesuatu yang selama ini jarang ia rasakan—ketertarikan yang mentah, tanpa perhitungan.

Di depan tempat tidur, mereka berdiri berhadapan, napas keduanya sudah mulai berat. Reza menyentuh pipi Nadia dengan lembut, ibu jarinya mengusap garis wajahnya seolah ingin menghafalnya.

"Kau yakin ingin ini terjadi?" suaranya serak, nyaris seperti bisikan.

Nadia tak menjawab dengan kata-kata. Ia meraih kemeja Reza dan menariknya lebih dekat. Bibir mereka bertemu lagi, kali ini lebih dalam, lebih menuntut. Jemari Nadia menelusuri dada bidang di balik kain yang mulai terbuka, merasakan kehangatan kulitnya.

Reza merespons dengan tarikan lembut di pinggangnya, mendorongnya mundur dengan gerakan yang terkontrol hingga punggungnya menyentuh dinding kamar. Bibirnya meninggalkan jejak di sepanjang leher Nadia, ciuman panas yang membuat tubuhnya merespons dengan cara yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.

Nadia meremas rambut Reza, matanya tertutup menikmati sensasi yang menjalari tubuhnya. Jari-jari mereka sibuk menelusuri kulit masing-masing, menanggalkan jarak yang tersisa di antara mereka. Setiap sentuhan terasa seperti bara, membakar dengan cara yang lambat namun pasti.

Ketika akhirnya mereka jatuh ke atas ranjang, cahaya lembut dari luar kamar hanya mempertegas siluet dua tubuh yang saling menjelajahi. Waktu seolah melambat, memberi mereka kesempatan untuk menikmati setiap detik tanpa tergesa.

Reza menatap Nadia, matanya seakan bertanya sesuatu yang tak perlu diucapkan. Nadia hanya mengangguk kecil, dan seketika batas-batas terakhir antara mereka runtuh.

Malam itu menjadi lebih dari sekadar pertemuan dua orang asing. Ia menjadi sebuah eksplorasi—tentang hasrat, tentang kebebasan, tentang menemukan sesuatu dalam diri mereka yang selama ini tersembunyi.

Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Comments

user avatar
Purple
bagus, semoga makin bagus
2025-04-29 20:38:58
0
8 Chapters
Bab 1 Malam yang Tak Terlupakan
Langit kota masih menyisakan rona jingga ketika Nadia melangkahkan kakinya keluar dari kantor. Hawa malam yang masih hangat menyentuh kulitnya, memberikan sedikit kelegaan setelah seharian terperangkap dalam ruangan ber-AC. Ia merapikan gaun hitam selutut yang dikenakannya, lalu menghela napas panjang.Seharusnya ia langsung pulang ke apartemennya. Hari ini melelahkan, penuh dengan rapat dan tuntutan pekerjaan yang tak ada habisnya. Tapi ada sesuatu di dalam dirinya yang menolak pulang. Ada perasaan gelisah yang tak bisa ia jelaskan—sebuah keinginan untuk melepaskan diri dari rutinitas yang membosankan.Tanpa berpikir panjang, ia mengarahkan langkah ke sebuah lounge yang sering ia datangi. Velvet Bar—tempat yang cukup eksklusif, di mana orang-orang datang bukan hanya untuk minum, tetapi juga untuk melupakan kenyataan sejenak. Musik jazz lembut mengalun ketika ia memasuki ruangan dengan pencahayaan temaram, dinding-dindingnya dihiasi ornamen emas yang memberikan kesan mewah.Nadia memi
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
Bab 2 – Antara Rasa dan Logika
Pagi datang dengan cahaya keemasan yang menyusup melalui tirai jendela, menerpa wajah Nadia yang masih terlelap. Keheningan kamar hanya diisi oleh suara napas yang teratur, sisa-sisa kehangatan malam tadi masih melekat di udara.Kelopak matanya bergerak sedikit sebelum akhirnya terbuka, menyesuaikan diri dengan cahaya yang menyusup. Ia menarik napas dalam, membiarkan kesadarannya perlahan kembali. Tubuhnya terasa ringan namun juga lelah, efek dari malam yang begitu intens dan mengguncang.Saat Nadia menoleh ke samping, ia melihat sosok Reza yang masih tertidur di ranjangnya. Tubuhnya yang hanya ditutupi selimut memperlihatkan garis-garis maskulin yang semalam begitu dekat dengannya. Seketika, semua yang terjadi kembali berputar di kepalanya—sentuhan, ciuman, desahan, dan bagaimana ia menyerahkan dirinya sepenuhnya dalam dekapan pria itu.Apa yang baru saja kulakukan?Pikiran itu seketika menyelinap di benaknya, menghadirkan perasaan campur aduk. Bukan penyesalan, tapi lebih pada ketid
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
Bab 3 – Antara Keinginan dan Kenyataan
Malam itu, Reza melangkah masuk ke dalam apartemen Nadia dengan cara yang berbeda dari sebelumnya. Tidak ada urgensi seperti malam pertama mereka bertemu, tidak ada ketergesa-gesaan yang hanya didorong oleh gairah. Kali ini, ada sesuatu yang lebih dalam, lebih tenang—sebuah keintiman yang perlahan mulai terbentuk.Nadia menutup pintu di belakangnya dan menatap pria itu. Reza hanya berdiri di tengah ruang tamu, seakan menunggu isyarat darinya."Mau minum sesuatu?" Nadia akhirnya bertanya, mencoba mencairkan suasana.Reza tersenyum kecil. "Kalau ada wine, aku tidak akan menolak."Nadia mengangguk, lalu berjalan ke dapur. Sementara ia menuangkan dua gelas wine, pikirannya berkecamuk. Apa yang sebenarnya ia inginkan dari ini semua? Apakah Reza hanya seseorang yang hadir di saat yang tepat, atau ada sesuatu yang lebih?Saat ia kembali dengan dua gelas di tangan, Reza sudah duduk di sofa, menatap ke luar jendela yang memperlihatkan gemerlap lampu kota."Terima kasih," katanya sambil menerim
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
Bab 4 – Pilihan yang Menyakitkan
Rahasia yang TerbongkarNadia duduk di kantornya, menatap kosong ke layar laptop yang seharusnya ia gunakan untuk bekerja. Tapi pikirannya sama sekali tidak ada di sana. Sejak pertemuannya dengan Faris, kepalanya dipenuhi dengan pertanyaan yang semakin sulit ia jawab.Siapa yang sebenarnya ia inginkan?Faris adalah cinta pertamanya, seseorang yang dulu ia percaya akan selalu ada untuknya. Tapi ia juga orang yang meninggalkannya ketika ia tidak siap untuk memberikan kepastian.Sedangkan Reza… Reza adalah seseorang yang datang tanpa rencana, namun perlahan masuk ke dalam hidupnya, membuatnya merasa diinginkan tanpa tuntutan yang berlebihan.Tapi apakah itu cukup?Sebuah pesan masuk ke ponselnya, membuatnya tersadar.Reza: Makan malam nanti? Aku ingin bicara.Nadia menggigit bibirnya. Nada pesan itu terasa berbeda dari biasanya.Nadia: Oke. Dimana?Reza: Di tempat biasa. Jam 7.Nadia merasa ada sesuatu yang tidak beres.Dan ia benar.Konfrontasi Tak TerdugaSaat Nadia tiba di restoran ya
last updateLast Updated : 2025-03-13
Read more
Bab 5 - Yang belum selesai
Hampir dua bulan berlalu sejak malam itu. Malam ketika Nadia memilih melepaskan dua cinta dalam hidupnya demi menyelamatkan dirinya sendiri. Ia tak menyesali keputusan itu. Tapi rasa kehilangan masih seperti bayangan yang mengikuti ke mana pun ia pergi—tenang, sunyi, tapi selalu ada.Hari-hari Nadia dipenuhi rutinitas. Kantor, apartemen, kafe langganan, dan sesekali kunjungan ke rumah ibunya. Ia mulai menulis jurnal, mencatat apa pun yang ia rasakan. Itu membantunya mengenali luka-luka lama yang selama ini ia tutupi dengan hubungan. Ia mulai merasa utuh, meski pelan dan tidak sempurna.Namun, satu hal yang belum sepenuhnya hilang dari pikirannya adalah Reza.Kadang ia membuka galeri foto secara tidak sadar dan menemukan potret-potret kebahagiaan mereka. Kadang ia menangis diam-diam sambil membaca ulang pesan-pesan Reza yang dulu. Bukan karena ia menyesal. Tapi karena cinta memang tidak selalu bisa selesai hanya dengan keputusan.Sampai suatu sore, semuanya berubah.---Nadia sedang du
last updateLast Updated : 2025-04-29
Read more
Bab 6 - Api yang belum padam
Hujan turun sejak sore. Jakarta yang biasanya gaduh mendadak terasa lebih tenang, seolah turut menyaksikan pertarungan diam-diam antara dua hati yang belum selesai.Nadia duduk di depan kaca besar apartemennya, mengenakan kaus longgar dan celana pendek tipis. Rambutnya masih basah, baru saja mandi setelah seharian bekerja di galeri. Matanya menatap ke luar, ke arah lampu-lampu jalan yang memantul di aspal basah. Tapi pikirannya… entah ke mana.Ponselnya bergetar.> Reza: Kamu masih bangun?Nadia menggigit bibir bawahnya. Jari-jarinya sempat ragu di atas layar sebelum ia membalas singkat.> Nadia: Masih.Beberapa detik kemudian, balasan datang.> Reza: Aku di bawah. Boleh naik?Jantung Nadia berdebar. Ia menatap bayangannya sendiri di kaca. Lalu berdiri perlahan, berjalan ke pintu tanpa menjawab pesan itu.Dan ketika ia membukanya, Reza sudah di sana. Basah oleh gerimis. Jaket hitamnya licin oleh air, rambutnya sedikit acak-acakan. Tatapan matanya—tajam, gelap, menyimpan sesuatu yang s
last updateLast Updated : 2025-04-29
Read more
Bab 7 - Bayangan yang tak pergi
Pagi datang dengan cahaya lembut yang menyelinap melalui tirai jendela. Nadia terbangun perlahan, matanya masih berat, tapi tubuhnya sadar—ia tidak sendiri.Reza duduk di dekat jendela, masih dengan kaus abu-abu dari malam sebelumnya, menatap keluar dengan secangkir kopi di tangan. Ada ketenangan aneh di raut wajahnya, seperti seseorang yang baru saja mengalami mimpi yang hampir ia lupakan begitu terbangun.Nadia bangkit perlahan, membenarkan rambutnya dan duduk di tepi ranjang.“Pagi,” ucapnya pelan.Reza menoleh dan tersenyum kecil. “Pagi.”Untuk beberapa detik, keduanya hanya saling menatap. Tak ada kata yang keluar, tapi semua yang mereka rasakan mengalir bebas di antara sorot mata.“Aku enggak tahu harus bilang apa soal tadi malam,” ujar Nadia, suaranya serak karena tidur.Reza meletakkan cangkirnya di meja. “Enggak usah bilang apa-apa. Aku juga masih belum tahu apa yang sebenarnya terjadi.”“Tapi kamu teta
last updateLast Updated : 2025-04-30
Read more
Bab 8 - Rasa yang tak bernama
Hujan turun lagi malam itu. Tidak deras, hanya rintik-rintik yang lembut, seperti nada latar untuk hati yang sedang rapuh. Nadia berdiri di depan jendela, menatap lampu jalan yang berpendar oleh air.Sudah dua hari sejak pertemuannya dengan Reza dan Faris. Dua hari yang tenang di luar, tapi penuh pergolakan di dalam. Ia pikir ia bisa menenangkan pikirannya, menjernihkan segalanya. Tapi hati bukan sekadar logika.Di dalam dadanya, ada dua suara: satu yang terus memanggil nama Reza—dengan rindu, dengan kenangan, dengan luka yang tak bisa ia benci; dan satu lagi yang mulai berbisik tentang kemungkinan baru, tentang seseorang yang hadir tanpa menyentuh masa lalu—Faris.Dan malam ini, tanpa ia rencanakan, Reza datang lagi.Ketukan di pintu apartemennya pelan. Tidak mendesak. Tapi cukup untuk membuat jantungnya berdetak lebih cepat.Nadia membuka pintu. Reza berdiri di sana, dengan jaket kulit basah oleh hujan, rambutnya sedikit acak, dan mata
last updateLast Updated : 2025-05-01
Read more
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status