-08-
"Matheus Arthur Wesley! Berhenti bicara dan jangan campuri urusanku!" hardik Clara.
________Lagi-lagi menghentikan ucapan Matheus. Bersamaan dengan itu Clara berbalik, menatapnya dengan sorot mata tajam, begitu juga Dave yang berada tepat di belakang Clara berjarak beberapa langkah sambil mengerutkan keningnya dalam.
"What happened, Cla? Kenapa kau menghentikan ucapannya?!" tanya Dave.
Membuat Clara menoleh dan menatapnya sinis. Tatapan yang diterima dan dibalas oleh Dave tak kalah sinis.
Dave melangkah mendekati Clara, tanpa berniat menghilangkan sorot tajam dari manik abunya.
"Apa yang hendak kau sangkal, Cla? Kenyataan bahwa kalian adalah adik kakak? dan tak dapat terelakkan bahwa darah yang ada di dalam tubuh kalian yakni dari gen yang sama, sebagai keturunan Wesley?!" sergah Dave.
Semakin mengikis jarak antara dirinya dan Clara. Bahkan wajahnya mendekat tepat di depan wajah Clara, hingga hidungnya menyentuh hidung Clara... lalu ia mendesis, "That's impossible if you and Matheus are together, then have children as perfect as Anggie?!" tandas Dave.
Matheus menyeringai, dibalik tubuh Clara yang terdiam mematung. Sesuai prediksinya bahwa Dave terlalu pintar untuk dikelabui.
Dan keadaan Clara semakin terjepit saat pria dibelakangnya itu, tak sedikitpun mendukung keputusannya untuk menyembunyikan semua kisah dimasa sulitnya tanpa pria yang ia cintai.
Dan kini... di saat pria itu kembali hadir, hendak mencari tahu kesakitannya yang telah lama ia kubur dalam-dalam, Dave berkeras untuk membuatnya mengungkap kejadian kelam itu.
Membuat Clara kembali memutar memory menyakitkan yang menjadi alasan utamanya tak kembali kepada Dave, hingga dirinya mendapatkan banyak cobaan bertubi-tubi dan memaksanya untuk berdiam tanpa berani kembali kepada Dave.
Clara yang tersudut, akhirnya tak sanggup menahan butiran bening yang sudah meluncur bebas di pipinya.
Clara menggeleng dan mulai terisak dalam diam dengan menundukkan wajahnya... Membuat Dave mengerutkan keningnya keheranan. Ia mencoba mengalihkan tatapannya kepada Matheus yang malah mengalihkan pandangannya.
Keadaan menjadi sangat hening hingga isakan tangis Clara terdengar begitu sendu dan sangat menyayat hati Dave.
Dave hendak merengkuh Clara ke dalam pelukannya... Namun Clara melangkah mundur, membuat Dave maju dan berkeras ingin memeluk Clara demi merasakan beban yang wanita itu tanggung selama ini.
"That's enough, Dave! Please . . Leave me alone. Give me time...." Clara kembali menjauh.
Ia bahkan menggunakan tangannya untuk mendorong tubuh Dave, agar berhenti mendekat. Tubuhnya menolak Dave yang hendak merengkuhnya... namun sorot matanya menyiratkan sebaliknya.
Clara sangat ingin berada dalam dekapan hangat Dave. Merasakan kenyamanan yang diberikan pria itu sejak dulu. Namun saat ini... ada hal yang membuatnya harus melangkah mundur. Sebelum dirinya siap mengatakan kenyataan yang ada.
"Aku janji akan menceritakan semuanya... tapi berikan aku waktu. Kau baru saja tiba hari ini.... Dan itu membuatku terkejut," lirih Clara.
Mencoba menahan air matanya dengan mengedipkan matanya berkali-kali, sambil menahan napasnya... ia meminta dengan sangat kepada Dave.
"Please.... Kembali beberapa hari lagi. Tinggalkan nomor teleponmu, maka aku akan menghubungimu. I promise," tekad Clara.
Dave mengusap wajahnya yang lelah, ia mencoba menahan diri untuk tetap tenang menghadapi Clara yang terlihat emosional.
Dave melipat kedua tangannya di depan dada, salah satu tangannya mengusap keningnya sejenak. Hingga akhirnya ia mengangguk.
"Hah... okay! Jika aku bisa menunggu selama empat tahun... Bagiku tak masalah jika kau meminta beberapa hari lagi...," ujar Dave.
Ia mendongakkan kepalanya dan menatap Clara begitu lekat. Tatapan yang tak pernah berubah sedikitpun. Sorot mata cinta yang terbalut rapi dengan rindu dan kesedihan.
"Istirahatlah... Aku akan pulang," timpal Dave.
Clara tersenyum tipis dan mengangguk.... "Thank you," gumamnya.
Lalu berbalik menatap Matheus yang cukup menyesal hingga membuat kakaknya menangis begitu sendu.
"Please... jangan katakan apapun. Aku akan mengatakannya sendiri," kata Clara berbisik.
Matheus mengangguk dan mengusap bahu Clara. wanita itu hendak kembali melangkah, namun terhenti saat Dave kembali memanggilnya.
"Cla...," panggil Dave.
Clara menoleh dan tubuhnya tertarik masuk ke dalam pelukan pria itu.
Pria yang terlihat kuat walau di dalamnya menyimpan kepedihan yang sejak dulu hingga sekarang ia harus kembali menunggu.
"I'm sorry...," bisik Dave.
Clara mengangguk dalam dekapan pria itu. Lalu ia melepas pelukan Dave, mencoba tersenyum dan kali ini benar-benar beranjak dari hadapan pria itu.
Meninggalkan Dave bersama Matheus, untuk diberikan penjelasan bagaimana bisa mereka tinggal bersama dalam satu atap yang hanya ada seorang bocah kecil.
Sungguh akan membuat siapapun yang melihatnya akan salah paham dan mengira Clara dan Matheus adalah keluarga kecil yang bahagia dengan seorang bocah perempuan.
Sayangnya... itu tidak berlaku bagi Dave. Pria yang selalu berpikir positif dan tak ingin menilai segala sesuatunya dari sudut pandang umum.
Matheus mengalihkan tatapannya kepada Dave, begitu juga dengan Dave... setelah Clara menghilang di undakan tangga terakhir.
"Well... silahkan duduk... kau ingin coffee or tea?" tanya Matheus.
Berusaha ramah, walau jika mengingat hubungannya dengan Dave di masa lalu, cukup buruk dan bahkan bersaing dengan cara licik.
Namun empat tahun telah berlalu... banyak hal yang dilalui Matheus dari keterpurukannya, hingga kembali diberikan semangat hidup oleh seseorang.
"Aku tak memiliki waktu untuk berbasa basi denganmu! Katakan saja... Bagaimana bisa kau dan Clara tinggal dalam satu atap?!" tukas Dave menajamkan tatapannya kepada Matheus.
Pria itu terlihat santai, dengan menggulung lengan kemejanya dan berjalan mengambil minuman kaleng dari lemari pendingin.
Karena tak mendapat jawaban dari tawarannya, maka Matheus berinisiatif memberikan Dave sebuah minuman kaleng dan meletakkannya di meja ruang tamu.
"Duduklah... maka aku akan menjelaskannya," ujar Matheus lagi.
Sedikit memaksa Dave yang teguh akan pendiriannya. Namun akhirnya ia duduk di hadapan Matheus. Dengan tatapan yang tak dialihkan sedikitpun dari pria tersebut.
"Bagaimana kabarmu? Aku serius bertanya... karena aku tak percaya dengan yang dikatakan berita tentangmu," tutur Matheus.
"Sungguh itu bukan hal penting yang bisa kau bicarakan. Jika kau hanya ingin membuatku kesal. Lebih baik aku kembali ke tempatku!" tukas Dave.
Dia berdiri dari duduknya dan hendak melangkah.
"Ibunya meninggal setelah bersusah payah melahirkannya," lirih Matheus menghentikan langkah Dave.
Pria itu menoleh, menatap Matheus yang tersirat kesedihan dari ucapannya barusan.
Matheus menatap Dave yang kembali duduk di hadapannya, ia kembali membuka mulutnya untuk melanjutkan ucapannya.
"Clara terlanjur berjanji untuk membalas kebaikan ibu Anggie... dengan cara menjadi ibu bagi Anggie. Mengingat Clara kecil yang tak memiliki kedua orang tua. Membuat Clara tak rela membiarkan anak dari sahabat yang sudah dianggap seperti kakaknya itu, harus mengalami hal yang sama," ungkap Matheus.
"Wanita yang kau maksud ibu Anggie... Mungkinkah..., Maggie?" tebak Dave.
Helaan napas kasar terdengar bersamaan dengan lolosnya setetes air bening dari mata Matheus. Ia mengalihkan tatapannya dan berusaha terlihat kuat di depan orang lain.
"Ya... she is gone," gumamnya.
Seakan tak sanggup mengatakan kenyataan yang menyakitkan bagi Matheus, disaat dirinya telah berubah dan berusaha membahagiakan wanita yang dicintainya. Namun harus berakhir dengan perpisahan.
Dave terdiam tak percaya... Sungguh kabar yang begitu mengejutkan untuknya.
"Dia sudah merasakannya... namun dirinya berkeras untuk melahirkan Anggie.... Aku memohon kepadanya untuk merelakan anak kami. Namun dia memintaku untuk merelakannya pergi," ungkap Matheus.
Semakin dalam penyesalan yang dirasakannya saat dua pilihan berat di hadapkan olehnya.
"Heh... kenapa aku jadi menceritakan kisahku," kekeh Matheus.
"Well... Maggie meninggalkan-"
"Aku turut menyesal untuk kepergiannya.... Maaf, aku sungguh tak tahu," sela Dave.
Matheus tersenyum dan mengangguk memaklumi semua yang telah terjadi. Membiarkan kisahnya dengan wanita yang dicintainya menjadi kenangan indah sekaligus menyakitkan untuk diingat olehnya.
"Ini...." Matheus mengulurkan sebuah amplop coklat kepada Dave.
"Aku menyimpannya dibrankas bank-ku. Maggie menyiapkannya untukmu. Aku tak ingin Clara mengetahui ini... jadi kuharap kau tak lagi salah paham denganku."
Dave meraih amplop coklat yang diberikan Matheus. Menatapnya dengan takjub akan peninggalan seseorang yang begitu baik namun kini telah tenang di alam sana.
"Kuharap setelah kau membukanya... kau tak lagi menganggapku buruk. Aku sungguh telah berubah.... Aku melewati masa kelamku Maggie mendampingiku, hingga kami bersama dan dipisahkan dalam waktu singkat." Matheus mencoba meyakinkan Dave, saat pria itu mulai membuka amplop pemberian Maggie.
Di dalamnya terdapat foto dan kegiatan Clara selama satu tahun terakhir setelah perpisahannya dengan Clara, tepatnya sebelum kematian menjemputnya.
"Aku menambahkan beberapa foto dan kegiatan Clara, setelah kepergian Maggie. Dia memintaku melakukan itu untukmu... karena Maggie begitu yakin, Clara tak akan menceritakan semuanya kepadamu."
"Dirinya menjadi tertutup semenjak...." Matheus menghentikan ucapannya.
Dia tahu hal tersebut begitu sensitif, dirinya juga sempat menyesali perbuatannya kepada Clara. Walau pada akhirnya takdir dari orang lain yang menghancurkan Clara.
"Terima kasih.... Aku akan berusaha menjalankan permintaan terakhir Maggie...." Dave hanya mampu berkata demikian.
Saat dirinya begitu menghargai usaha Maggie yang tetap menyimpan hal-hal penting yang dilakukan Clara.
Bahkan di dalam amplop coklat itu... terdapat juga sebuah amplop putih yang didepannya bertuliskan....
'Hanya dibuka saat Clara tak mau menceritakan hal penting... yang menurutku hanya dia yang berhak mengatakannya....
Maaf Dave, hanya ini yang bisa kuberikan. Seandainya Tuhan memberikanku umur yang lebih lama. Aku akan berusaha menyeret wanita bodoh itu kembali kepadamu.Kuharap kalian bisa kembali bersama.'Matheus mengangguk dan tak bisa berkata banyak... Ia sudah berjanji kepada Maggie untuk membiarkan Clara menceritakan satu kisah yang menjadi alasan utama Clara bertahan untuk menjauh dari Dave.
"Tunggulah dia mengungkapkannya... Kau akan mengerti alasan sebenarnya Clara tak ingin kembali kepadamu," ujar Matheus.
"Walau aku dan Maggie berharap kalian bisa kembali bersama, maka berusahalah," tandas Matheus.
**
—09—Dave terdiam di dalam mobil yang masih diparkirkan di depan rumah Clara, ia memandangi lembaran kertas laminating putih yang bergambar sesosok wanita yang dicintainya. Gambar yang menunjukkan kegiatan Clara setelah perpisahan terjadi antara dirinya dan wanita yang dicintainya.Dave mengusap lembaran demi lembaran dengan perlahan dan membalik lembaran itu satu persatu, seperti sedang membaca agenda perjalanan wanitanya selama berpisah dengannya.Terdapat sebuah tulisan tangan Maggie yang menjelaskan sedang apa Clara di dalam foto tersebut. Dave terkekeh saat cerita yang dijabarkan dalam tulisan itu mengandung unsur keluguan seorang Clara."Kau memang tetap lugu, Cla... sekalipun kini kau berubah menjadi lebih dewasa. Apa tak sedikitpun kau merindukanku? Kau tak adil... kau tahu keberadaanku, namun tidak denganku. Dan yang lebih parahnya, kau bahkan tak pernah mendatangiku," lirih Dave dala
Clara menginjakan kaki di tempat semula ia memulai segala sesuatunya di kota Manhattan. Terletak di pusat kota yang penuh dengan hiruk pikuk germerlapnya dunia malam. Gedung pencakar langit yang menjulang tinggi begitu angkuh menghiasi kota pada malam di mana kini dirinya telah tiba di apartemen.Tepatnya di dalam kamar yang menghadap langsung keluar, menampilkan cahaya terang dari lampu jalan yang memantul di dinding kaca hingga menyilaukan penglihatannya saat berada dalam gelapnya ruang kamar tersebut.Clara dengan sengaja tak menyalakan lampu, karena menunggu kehadiran Dave dan menjelaskannya langsung. Clara tak ingin Dave melihat air matanya nanti saat berusaha menjelaskan semua. Ia hanya berharap pria itu mengerti dan tidak meninggalkannya, seperti yang ditakutkannya selama ini.Pintu kamarnya terbuka. Ia tahu Dave telah datang. Aroma parfum yang sama tercium dan tak pernah hilang dari ingatannya saat mendekap pria itu."I'mhere
Keheningan malam di ruang kamar apartemen Clara semakin terasa merasuk ke jiwa, sunyi meniupkan angin yang melintas melewati jendela kaca, menerpa kulit mereka dan merasakan dingin menghampiri keduanya. Dave semakin mengeratkan pelukannya, begitu juga dengan Clara yang kian masuk dalam dekapan pria itu. Saling menguatkan dan melepaskan kesedihan yang telah berlalu.Getaran di tubuh Clara perlahan mereda, tangisnya kini hanya menyisakan isakan yang mereda. Dave melepaskan pelukannya, menangkup kedua pipi wanitanya dan mengusap sisa air bening di ujung mata. Dave menunjukkan seulas senyum. Ia ingin memberi tahu, semua akan baik-baik saja dan mengikhlaskan yang telah berlalu.Jemari Dave mengusap surai coklat bergelombang milik Clara, mencium kening cantik itu begitu dalam. Menunjukkan betapa ia sangat menyayangi wanitanya, dan turut sedih melihat penderitaan yang teramat berat selama ini."Kau sudah merasa lega?" tanya Dave.Clara mengangguk dan berusaha me
Matheus tersenyum sambil menatap ponselnya, ia tahu tugasnya sudah selesai karena telah menyatukan kembali Clara dengan Dave, walau dirinya juga paham jika mereka tak semudah itu untuk kembali akur seperti dulu.Mengingat bagaimana keduanya terlihat sama-sama keras kepala dan sering bertengkar hanya untuk hal kecil. Matheus hanya menggelengkan kepalanya jika ia mengingat masa itu. Di saat ia masih begitu bodoh karena dimanfaatkan oleh ibu kandungnya hanya untuk kepentingan wanita yang nyatanya seorang kakak dari ibu yang berbeda.Dimanfaatkan dan diperalat oleh ibunya sendiri demi sebuah harta warisan adalah kesalahan terbesarnya. Ia tersadar ketika ibunya menuntut lebih dan bertindak dil uar batas perikemanusiaan.Matheus meminta berhenti dan ia cukup depresi saat menyadari kejahatannya. Ia cukup beruntung kala tersadar dan terpuruk. Seorang Maggie mau menemani dan membantunya kembali pulih, lalu melepaskan semua usaha bisnis yang dibangun kemudian diruntuhkan
"Kalau begitu... maaf, Cla. Aku tak bisa," ucap Dave.Seketika Clara tercengang dengan kalimat Dave yang di luar ekspektasinya. Setelah melihat kedekatan Dave dengan Anggie dua hari yang lalu, ia mengira pria itu akan membuka diri untuk anak perempuannya.Itulah Clara menjelaskan semuanya dan meminta Dave untuk mengerti. Walau ia tahu dirinya akan terlihat begitu egois dengan meminta banyak hal."Be..begitukah?" tanya Clara. Pandangan matanya bergerak gelisah ke kiri dan kanan.Clara tak tahu harus bagaimana merespon ucapan Dave. Hatinya terasa mencelos begitu saja, seperti baru saja mendapat penolakan secara tidak langsung. Kini matanya berkedip gelisah, berusaha menahan panas di pelupuk mata."Ba-baiklah. Kalau begitu aku akan segera kembali dan—""—Aku tak bisa bersaing dengan bocah perempuan semanis Anggie, Cla. Menurutmu apa aku tega membagi kasih sayang seorang ibu dengannya, hanya untuk kepentingan hidupku?" tanya Dave.
Matahari semakin tinggi dan teriknya kian memanas menyilaukan pandangan mata. Dave dan Clara harus memakai kaca mata hitam saat keluar dari mobilsportuntuk memasuki sebuah restoran Italia.Dave meraih pinggang Clara dan memasuki restoran dekat apartemennya di Avalon Clinton ke tempat makan di Carmine's Italian Restaurant yang dekat dengan museum Madame Tussauds dan berseberangan dengan Times Square.Setelah membawa Clara untuk mengisi perut, Dave berniat mengajak wanitanya pergi ke Times Square untuk berbelanja beberapa kebutuhan Clara selama bersamanya di Manhattan.Namun kini Dave yakin perut Clara begitu kosong karena ia menghabisi wanita itu hingga lelah tak berujung. Bahkan Clara sempat memilih memakan makanan delivery, sayangnya Dave tak mengindahkannya.Dave tidak ingin menghabiskan waktu berdiam di apartemen, sementara Clara hanya sesaat untuk tinggal di Manhattan. Wanita itu akan kembali lagi ke Sydney
Clara memperhatikan Dave yang bersandar di atas ranjang, melihat pria itu begitu sibuk bergelut di depan laptopnya, dengan alis berkerut dan raut wajah serius tercetak jelas di wajah tampan pria itu."Apa pekerjaanmu serumit itu?" tanya Clara.Wanita itu duduk di samping Dave, memiringkan kepalanya menatap pria yang enggan menoleh padanya itu.Hei! Apa laptopnya kini lebih menarik dibandingkan Clara?Namun Clara tak mungkin cemburu dengan sebuah benda mati bukan? Lagi pula saat ini status Dave adalah seorang CEO. Sudah pasti akan banyak pekerjaan yang membutuhkan keputusannya, setelah beberapa hari ini ia sibuk mengurus masalah pribadinya.Sayangnya Clara tak sepenasaran itu untuk mencari tahu apa yang tengah dikerjakan Dave. Pria itu memintanya untuk beristirahat selama Dave melakukan pekerjaannya.Jadi Clara mencoba menghargai privasi Dave. Lagi pula ia percaya dengan apa yang dikerjakan Dave adalah untuk membangun masa depan cerah pria it
Sydney tepatnya di kawasan The Rocks selalu menyajikan hiburan tersendiri bagi Clara ketika kembali menyambahi tempat yang selama empat tahun terakhir menjadi tempatnya menetap tanpa Dave.Melewati jembatan yang menunjukan beberapa aksi penyanyi jalanan, menjadi ciri khas hiburan tersendiri bagi Clara. Ia berhenti sejenak untuk menyaksikan aksi acapella yang terdiri dari beberapa orang yang memiliki peran masing-masing dalam menirukan suara alat musik.Pertunjukan itu tampak seru karena grup vokal tersebut bernyanyi sambil melakukandancesederhana. Sampai membuat beberapa orang bekerumun mengelilingi kumpulan tim penyanyi jalanan tersebut dan memberikan tepuk tangan serta beberapa Dollar sebagai apresiasi dari aksi mereka."Aku selalu suka dengan semua itu. Mereka sangat menghibur," ujar Clara saat mereka kembali menggunakan mobilnya untuk menuju ke rumah. Dave tersenyum sambil mengusap kepala wanitanya."Pantas kau betah berlama-lama
Clara memekik terkejut saat mendengar nama pria yang memperkenalkan dirinya dengan cara menyeramkan itu menerobos masuk melewatinya dengan mudah.Clara menoleh dengan tatapan menyelidik walau terdapat secuil rasa takut dari aura pria yang terasa telah membunuh banyak orang."Who are you?!"tukas Clara berusaha terlihat berani. Walau dalam hatinya merutuki Leonard yang pergi entah kemana.Bukannyamenjawab,pria itu melangkah menghampiri Clara dan berhenti di hadapannya."Apa kau tak mendengar perkenalanku tadi?Aku Bastian Fer—argh!"pekik pria bernama Bastian, memegangimiliknyayangterkena tendangan lutut Clara.Bastian hendak meraih tangan Clara tetapi wanita itu lebih dulu meraih tangannya dan menarik, menambahkan pukulan pada perutnya.Bastian me
Dave menapakkan kakinya di kediaman seorang petinggi mafia yang diduga sebagai bos Diego. Kedatangannya sudah diketahui orang itu hingga saat ia tiba di bandara, Dave sudah mendapat jemputan menggunakan helikopter dan berhenti tepat dihelipadrumah mafia tersebut. Seolah diperlakukan sebagai tamu spesial yang membuat Dave harus semakin waspada.Dave bersama Stein dan Frank diantarkan seorangbodyguarduntuk menemui pemimpin itu. Dengan menaiki sebuah lift agar tiba di atap tertinggi terbuka yang terdapat pria paruh baya sedang memberi makan peliharaannya di tempat terbuka. Terdapat beberapa unggas berbagai macam bentuk yang terlihat cukup besar dimasukan ke dalam kandang."Boss,Mr. Williams sudah di sini," ujarbodyguardberseragam hitam itu menyapa boss besarnya.Pria dengan setelan kemeja putih yang lengannya digulung menampilkan beberapa tato, dipadukan dengan rompi abu yang dan
Dave mendengar panggilan telepon yang tersambung pada Celine atau Shello, begitulah Frank dan Stein memanggil wanita itu dengan akrab. Setelah menunggu selama beberapa menit, kini ia harus menerima kenyataan dan benar akan pemikirannya.Pria yang membantu petinggi mafia dari Diego adalah Leonard Dowson yang tak lain adalah suami dari Shello. Dave sempat memaki dan menghujat Shello untuk mengembalikan Clara sesegera mungkin. Akan tetapi setelah mendengar penjelasan Shello yang mengatakan bahwa suaminya terpaksa melakukan itu karena putrinya yang juga menjadi sandera dan sebagai bayarannya, Leonard harus melakukan tiga kali penculikan.Tentu saja, Shello sudah menyusun rencana untuk menyelamatkan keduanya. Bahkan klan Dowson dan Wilfred serta klan Walz yang turut ikut membantu sudah siap menjalankan misi yang dipimpin oleh Shello dan ayahnya—Marshello.Dave hanya diminta untuk mempercayakan semua pada apa yang sudah diatur oleh wanita yang pan
Stein menutup panggilan Dave saat bos kecilnya mengatakan hal yang begitu mencurigakan. Tak biasanya Dave menghubunginya hanya untuk berpamitan dan memintanya untuk tidak mengganggu acaranya. Selama ini baik Stein atau pun Frank selalu profesional melakukan tugas memantau kedua putra Marvin Williams tanpa mengganggu kesibukan mereka."Oh,came on,boss. Kau membuang ponsel modifikasiku ke jalan?!" keluh Stein saat melihat dari layar laptopnya melalui kaca spion mobil Dave yang dipasangi kamera kecil lengkap dengan alat GPS dan penyadapnya.Sebelum mendapat telepon dari Dave. Stein sudah mengetahui bahwa bos kecilnya itu sedang berseteru di telepon. Membuat Stein mulai bersiaga dan bergegas menghubungi Frank untuk menjemputnya dan terbang ke Manhattan. Tentunya mereka memiliki izin menggunakan pesawat jet Williams Corp dalam keadaan mendesak seperti saat ini.Mereka bukan hanya pekerja yang mengurus pekerjaan kantor biasa. Semua itu hanyalah se
Dave menginjakan kaki di Metropolitan Correctional Center yakni pusat pertahanan para narapidana Manhattan, New York. Aura mengerikan terasa saat beberapa kawanan polisi yang sedang bertugas membekuk kriminal terlihat bagai pemandangan biasa yang terjadi disana.Kubikel-kubikel para petugas polisi dan detektif sibuk melakukan tugasnya masing-masing. Beberapa terlihat di satu ruangan berdinding kaca, sedang berdiskusi sambil memperhatikan lembaran-lembaran foto yang diduga Dave sebagaisuspectyang mereka curigai dalam sebuah kasus.Langkah Dave terhenti di depan pintu bertuliskan Chief Of Department, yang diantarkan seorang sersan dan dipersilakan masuk menghadap sang atasan, tentunya setelah meminta izin melalui intercom dengan laporan singkat.Dave mengangguk mengerti dan masuk lalu berjabat tangan sejenak, sampai pintu ruangan tertutup. Mereka mulai melakukan pembicaraan serius.Setengah jam berlalu setelah diskusi yang membuat banya
Wajah Dave kini terlihat memerah padam dengan remasan pada benda pipih di tangannya yang kini masih tertempel di telinganya. Rahangnya mengatup kuat dan aliran darahnya naik ke kepala hingga meluap seiring dengan ucapan dan kekehan menertawakan dirinya di ujung panggilan sana."Jangan pernah mengancamku karena kekuasaanmu yang berbau busuk! Katakan di mana Clara?! Atau aku tak akan segan untuk—""—Untuk apa,Dave?!Melaporkan perusahaanku untuk kedua kalinya?Heh!" Decihan terdengar mengejek.Sekali lagi, Dave memejamkan matanya menelan kembali ucapannya. Posisi ia saat ini tak menguntungkannya untuk meladeni seorang bajingan licik yang berani menculik Clara darinya."Kau tak akan berani menyentuhku lagi,jikaClaramu tak ingin disentuh.Kau tak akan mudah menemukannya,karena kau berurusan de
Setelah puas menyiksa suaminya, kini Clara bergegas ke toilet untuk merapikan dirinya. Bagaimana pun ia tetap terlihat kacau akibat ulahnya yang ingin menggoda Dave. Ia membuat sapuan lipstik merah menyalanya berantakan.Dan kini ... waktu yang telah cukup sore membuat gedung mulai sepi. Beberapa pekerja sudah pulang dan juga ada yang baru bersiap pulang. Sementara Bradley dan tim sukses beserta model seangkatan Clara yang menyiapkan perayaan kembalinya dirinya, sudah menuju restoran tempat mereka merayakan."Mousie sudah mendapat balasan, dia pasti kesulitan menidurkan'si littlemousie'," kekeh Clara.Wanita berkaki jenjang itu menuju baseman dan menekan kunci mobil hingga bunyi kunci pintu mobilnya terdengar. Clara masuk dan mulai menyalakan mobilnya. Tapi, sesaat ia terdiam sebelum sempat menjalankan mobilnya. Sampai yang terlihat dari kamera CCTV beberapa menit kemudian, mobil putih itu berjalan keluar dari area parkir.Da
Satu minggu kemudian proses audisi Clara telah selesai. Karena kemampuan dirinya yang profesional yang miliki aura sebagai seorang model sejati, membuatnya lolos kriteria di luar dari penilaian fisik yang sempurna.Tak dapat disangka bahwa kini Clara kembali ke gedung Mose Entertain dengan status sebagai model yang siap melakukan pemotretan pertama. Clara turun dari mobilnya, tanpa didampingi Dave.Clara sengaja tak ingin pergi bersama, sebagai profesional kerja. Ia sangat tak ingin dinilai istri CEO yang hanya menggunakan kuasa suaminya untuk menjadi terkenal.Walau sesungguhnya dirinya sendiri sudah dikenal. Namun, akan ada saja orang yang menilainya lain. Clara memiliki kesepakatan dengan Dave untuk menghindari berita tersebut."Huh! Ini hari pertamaku kembali. Semoga semuanya lancar!" gumam Clara menyemangati dirinya.Kaki jenjangnya melangkah memasuki lobi utama. Beberapa sapaan dari orang yang mengenal membuatnya merasa diterima kembali denga
Mose Entertain - 11.00 AMKedatangan Dave dan Clara setelah berlibur selama satu minggu lebih lama dari keluarga di pulau, membuat beberapa wartawan penasaran apa yang terjadi. Setelah Dave dikabarkan dekat dengan pengusaha dari Roma, kini malah kembali dengan Clara yang terlihat datang bersamaan ke gedung Mose Entertain.Bahkan kedatangan mereka berdua disambut antusias oleh pekerja di sana. Tentu saja semua itu ulah Bradley yang dibantu oleh Matheus dan Anna untuk hadir di ruangan Dave yang sudah disulap menjadi lebih meriah."Oh... kami tak sabar mendengar kabar gembira dari kalian. Mose kau sudah melakukannya berulang kali bukan? Pastinya akan membuahkan hasil," bisik Bradley yang masih bisa didengar oleh Clara.Wanita itu seketika menegang kaku, tak ada yang mengetahui kondisinya saat ini selain Dave dan Matheus. Bahkan Clara juga tak memberitahukan itu pada kedua orang tuanya, agar mereka tak mengkhawatirkan keadaannya.