Mungkin jika hanya Julia yang terkejut, Jake tidak akan merasa heran, tetapi Teo juga sama terkejutnya. Itu yang membuat Jake merasa aneh.
“Kau kenapa?” Jake menarik satu kursi lalu duduk di sana, matanya masih terus fokus pada ekspresi Teo. Ia meraih satu gelas air minum yang ada di atas meja makan. “Ini kan rencanamu sendiri. Malam itu, kau sendiri yang mengajukan nama Julia kepada orang-orang itu untuk mendapat kontrak dengan mereka.”
“Teo, apa itu benar?” tanya Julia dengan suara sedikit bergetar.
“Aku tidak tahu … tidak, aku … aku tidak melakukan itu.”
Aaron dibuat kebingungan dengan ini semua. Semua ini datang terlalu mendadak bagi Aaron. Terlebih lagi, ia sama sekali tak tahu kalau ternyata sosok Teo yang sangat sempurna di mata semua orang itu ternyata cukup brengsek.
Bahkan, ia sebagai orang yang sangat mengikuti perkembangan dunia hiburan dan seluk-beluk tiap artis besar, sama sekali tak menyangka tentang ini semua.
“Apa maksudmu? Bahkan, saat itu aku dan Lylia setuju akan mencari artis wanita seperti yang mereka mau, tapi kau sendiri yang langsung mengajukan nama Julia hingga akhirnya mereka setuju.” Ekspresi Jake berubah menjadi semakin serius. Ia sendiri bingung dengan apa yang baru saja dikatakan Teo.
“Teo, kau sedang tidak mabuk hingga kehilangan sedikit ingatan, kan?” tanya Lylia dengan wajah khawatir. Ia merasa, sikap Teo kali ini benar-benar berbeda dengan Teo yang selama ini ia kenal.
“Aku tidak peduli dengan semua itu. Kalau kalian mau mencarikan wanita lain untuk mereka, carikan saja, asal jangan Julia.”
“Teo ….” Julia benar-benar dibuat terperanga dengan ucapan Teo.
“Aku rasa, kau memang sedang mabuk,” timpal Jake. “Atau, wanita itu memang telah menguasai pikiranmu? Ah, tapi itu tidak mungkin juga.”
“Jaga bicaramu, dia istriku. Apa salahnya kalau pikiranku dikuasai istriku sendiri?”
“Teo, sepertinya kau memang terlalu lelah. Bagaimana kalau kita segera pergi ke resort itu agar pikiranmu kembali jernih?” Lylia kembali meraih lengan Teo dan memeluknya.
Teo menolak rangkulan Lylia yang membuatnya risih. Pikirannya masih terjebak memikirkan Julia yang malang.
Lylia yang ditolak seperti itu tidak bisa mengalihkan pandangan herannya dari Teo. Entah apa yang merasuki lelakinya saat ini. Tidak mungkin Teo Andersen yang terkenal bertangan besi berubah pikiran secepat ini.
Jake yang jauh lebih heran pun mulai menatap Teo dalam-dalam. Jake melihat raut marah di wajah Teo yang tak sanggup ia jelaskan.
“Teo, kau tidak bisa seperti ini,” ucap Lylia lirih.
Jake kehabisan kata-kata.
Suasana mendadak sunyi, tetapi isi kepala Teo semakin berisik. Ia tak punya banyak waktu untuk menyusun rencana penyelamatan Julia. Acara peluncuran film itu akan digelar tiga hari lagi.
Apa yang harus dikatakannya kepada para klien? Bagaimana jika situasinya jadi runyam? Ia perlu menyusun alasan dan rencana dengan hati-hati.
“Aku berubah pikiran,” ucap Teo tegas dan sorot matanya yang tajam itu menatap Lylia dalam-dalam. “Aku tidak bisa mengorbankan Julia demi kepentinganku.”
Jake tertawa masam dan menyilangkan tangan di depan dada. Tatapannya yang sinis tertuju pada Teo.
“Apa yang dijanjikan wanita itu padamu? Apa dia akan mematuhi semua perintahmu seperti budak?” tanya Jake dengan nada sarkas.
Teo terbelalak. Ia tak menyangka Jake akan menyulut konflik dengan merendahkan harga diri Julia sebagai wanita. Di sampingnya, Lylya tak melepaskan pandangan dinginnya, bahkan wanita itu beralih menatap Julia dengan tatapan tajam.
“Jaga bicaramu, Jake. Aku tak peduli sehebat apa dirimu, tapi jangan pernah merendahkan wanita.”
Jake bertepuk tangan, bukan untuk menyelamati sesuatu atau merayakan perubahan dalam diri Teo. Jake melakukannya sebagai tamparan keras bagi Teo.
“Kau hebat. Bagaimana kau bisa berubah dalam semalam?” tanya Jake dengan menampilkan senyuman lebar yang terkesan meremehkan.
“Jake, kurasa kita perlu bicara bertiga dengan Teo.” Lylia mendesah kecewa dan menarik diri dari Teo. “Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Satu hal yang terpenting, aku mau kau datang ke acara peluncuran film dan menepati janjimu, Teo.”
“Aku akan datang ke sana dan menjelaskan alasanku ke klien,” tandas Teo dengan nada tegas dan ia tidak sedikitpun goyah. “Kalian tidak perlu khawatir.”
Lylia benar-benar merasa sakit hati. Teo menolak memihaknya, bahkan mengikari janji dan tidak sedetik pun menoleh ke arahnya setelah mengucapkan kalimat terakhir. Kalimat terakhir Teo bahkan terdengar seperti pengusiran. Lylia melempar pandangan putus asanya ke Jake.
“Kita pulang saja,” sahut Jake menanggapi tatapan Lylia dan memutar bola matanya dengan jengah. “Teo sudah gila. Aku harap dia sudah kembali normal di acara peluncuran film.”
Lylia menarik napas. Rasanya sangat berat melepas Teo begitu saja. Raut kecewanya berubah muram saat melihat Julia yang polos itu berdiri kaku di samping Teo.
Dengan langkah yang tersentak-sentak, Lylia meninggalkan Teo yang berdiri kaku bersama Julia. Jake pun pergi tanpa pamit, hanya memberikan desahan kecewa berulang kali..
Setelah dua tamu itu pergi, Teo memerlukan waktu untuk menatap Julia. Ia hanya menunduk dan menyadari betapa sulit situasinya saat ini.
Sebagai Aaron Montes yang mengutamakan keadilan, dirinya mulai kewalahan menghadapi rahasia Teo Andersen.
“Sayang, aku tak percaya kamu mulai berubah.” Julia akhirnya bersuara, memberanikan diri untuk percaya pada suaminya.
Aaron menggapai tangan Julia, menggenggamnya erat. Ia tahu dirinya bukan Teo Andersen yang secara sah memiliki Julia. Namun, Aaron tak tega membayangkan betapa tersiksanya Julia selama ini.
Jika membandingkan dengan hidup Aaron, hidup Teo sungguh luar biasa.
Teo berasal dari keluarga Andersen yang dihormati, lahir di sendok emas, dan hidup dengan harta berlimpah sejak kecil. Entah iblis apa yang merasuki Teo Andersen sehingga sosok itu berubah menjadi seperti sekarang.
Tukang selingkuh, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan menjual istrinya ke klien demi film? Aaron merasakan hatinya sakit.
Aaron tidak bisa membayangkan rahasia apa lagi yang akan terkuak saat Aaron mendiami tubuh Teo lebih lama.
“Sayang, mengapa kau diam saja?” tanya Julia heran.
“Ah, aku sedikit sakit kepala,” kata Aaron berpura-pura.
“Kau memikirkan masalah dengan klien di acara peluncuran film?” tanya Julia lagi. “Jujur, aku tak menyangka kau akan berbuat sejauh itu. Mengapa kau sempat tega menjual diriku ke klien?”
“Bukan seperti itu,” bantah Aaron berusaha mencari kata-kata yang tepat.
“Aku tahu, kau tidak mencintaiku,” potong Julia sambil menatap mata suaminya.
“Aku akan berubah,” kata Aaron sambil tertunduk setelah berusaha memikirkan kalimat yang tepat. “Aku akan datang ke acara peluncuran film sesuai janji. Akan kuatur pertemuan yang lebih privat. Kau tenang saja.”
Julia masih merasakan hal yang ganjil. Namun, ia memilih diam. Hatinya sedikit membaik saat Teo tiba-tiba berperilaku ramah padanya.
ulia berharap situasi ini bisa bertahan lama dan memunculkan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka. Aaron pun menepati janjinya pada Julia.
Setelah dua hari berpikir dengan serius, dirinya benar-benar datang ke peluncuran film tanpa gentar.
Lokasi acara peluncuran film berada di gedung termewah dan tertinggi di kota. Area depan lobby dipenuhi dengan antrian mobil mewah. Para tamu undangan datang bersama pasangan mereka.
Pemandangan di gedung 60 lantai itu dipenuhi orang-orang dari kalangan atas yang memakai baju rancangan desainer ternama. Kerlip lampu dari kamera para wartawan yang sibuk memotret membuat malam kian gemerlap.
Aaron turun dari mobil sedan keluaran terbaru. Di malam yang spesial ini, ia mengenakan tuxedo merah marun rancangan desainer Italia.
Warna merah memang salalu tampak serasi dengan sosok Teo Andersen yang tampan dan Aaron mengakui hal itu. Hanya saja, wajah Teo yang tampan itu menyembunyikan rahasia kelam dan Aaron mulai muak.
Sebelum turun, Aaron meminta sopirnya tidak memberi tahu para wartawan atau siapa pun tentang keberadaan Julia. Ya, ia datang seorang diri.
Ia tidak melibatkan Julia dalam acara busuk ini. Mungkin Jake akan marah dan Lylia pasti menempatkan diri menjadi korban.
Namun, Aaron tidak peduli. Saat ini, Teo ada di genggamannya, jadi ia akan mengubah Teo yang tak waras itu agar tak mengotori dunia hiburan di masa depan.
“Itu Teo Andersen! Teo Andersen sudah datang!”
Seruan para wartawan bersahut-sahutan. Aaron agak terkejut melihat kerumunan wartawan yang tadinya mengerumuni para tamu mendadak beralih padanya. Mereka berlari ke arahnya sembari mengacungkan kamera.
Aaron tidak membawa pengawal dan ini hari pertamanya sebagai Teo Andersen di depan publik. Tentu saja ia gugup dan kewalahan.
Setelah berhasil selesai dengan para wartawan, Aaron langsung melangkah cepat menuju lift VIP dan menjangkau ruang VVIP, tempat para eksekutif itu menunggu.
Ruang VVIP itu ada di depan panggung, tepat di sebelah kiri. Di sana sudah ada 3 orang pria yang disebut-sebut sebagai tamu VVIP.
Satu orang memakai tuxedo hitam yang menutupi perut buncitnya, Bara Raaz.
Satu orang di tengah agak ramping dan memakai jas yang terlihat kuno, tetapi elegan, Eric Steven.
Sementara orang terakhir mengenakan jas biasa, tetapi dengan kemeja putih yang kancing-kancing atasnya terbuka dan memperlihatkan tubuh kekarnya, Gideon Eldar.
“Oh, Tuan Teo Andersen sudah tiba!” seru Bara dengan semangat.
“Selamat atas peluncuran filmmu, Teo. Mari duduk,” sambut Gideon sembari membetulkan letak kacamatanya.
“Di mana Nona Julia?” tanya Eric kepada Teo yang sontak berdiri, merapikan jas kunonya, dan mencari sosok Julia.
“Tidak usah malu Nona Julia, masuk saja, kami tidak akan menyakitimu,” seru Bara berusaha menengok ke arah pintu ruangan, berpikir Julia ada di belakang langkah Teo.
Teo yang sudah mempersiapkan segalanya pun memulai rencananya.
“Nona Julia tidak bisa hadir. Saya, Teo Andersen, membatalkan perjanjian kita.”
Mata Eric terbelalak kaget.Teo tersenyum jengah.Penampilan orang itu tampak berwibawa dengan topi baret dan kumis tipis di bawah hidung. Sosoknya yang elegan terlihat seperti seniman, kritikus, dan sineas berbakat. Namun, siapa sangka orang itu memesan wanita untuk dipermainkan.“Jangan bergurau, Tuan Teo. Kau membuat kami kehilangan harapan,” kata Bara yang kemudian terkekeh keras.“Tidak. Saya benar-benar serius. Saya membatalkan perjanjian kita.”Gideon mengusap tatanan rambutnya yang sangat rapi. Entah berapa jam ia menghabiskan waktu di salon mewah bersama penata rias khusus hanya untuk merapikan rambutnya. Satu hal yang jelas, ia tampak kecewa.“Jangan main-main, Teo. Bawakan Nona Julia ke sini. Kau tidak ingin acara ini hancur, kan? Jika tidak ingin, segera bawakan wanita itu ke hadapan kami,” gertak Gideon.“Saya tidak bisa melakukannya,” sanggah Teo masih dalam posisi berdiri dan menjaga jarak dari tiga orang busuk ini. “Dunia hiburan tidak seharusnya menyimpan sisi gelap s
Teo tidak menyangka insiden semalam akan menjadi viral di media sosial. Kini semua media sosial dipenuhi tagar yang merujuk pada insiden di acara peluncuran film itu. Sejak semalam, ada ribuan unggahan yang diposting oleh para penggemarnya. Tak jarang, orang biasa pun ikut memanas-manaskan insiden ini.Ketika dirinya terjaga di pagi buta, Teo menemukan video yang diunggahnya dengan akun anonim masih memuncaki peringkat trending di media sosial. Meski wajahnya masih terasa kaku dan tubuhnya penuh luka, tapi Teo rasa itu sepadan dengan kesuksesan rencananya.Ya, Teo memang ingin menghancurkan orang-orang busuk itu dengan caranya sendiri.“Sayang, kau sudah bangun?” tanya Julia dari balik pintu yang terbuka perlahan.Teo cepat-cepat menarik diri dari kasur, tetapi rasa nyeri di punggung menahannya. Rasa sakit itu membuatnya duduk bertumpu di kasur. Julia yang melihat pemandangan itu seketika berlari menghampiri Teo. Pengawal pribadi Teo hanya bisa terkesima melihat pasangan ini tiba-tiba
“Investor klub, Jake Arthur, siapa lagi yang terlibat dalam rencana ini?”Teo memandangi foto Jake di layar ponselnya. Ia tidak menyangka di balik wajah simetris yang tampan bak model itu, Jake Arthur adalah seorang pria yang bengis. Kini Teo kesulitan menebak langkah Jake selanjutnya.Langkah Jake mungkin tidak tertebak. Kenyataan itu yang mendorong Teo menelusuri kamar, membuka semua laci, mengacak-acak isi lemari. Ia harus menemukan “sesuatu” yang dapat menaklukkan Jake. Entah apa barang itu, Teo tidak tahu. Namun, Teo yakin pria sekeji Jake pasti menyimpan rahasia.Dunia hukum yang menyimpan sisi kelam mengajari Teo satu hal: kau harus menggenggam kelemahan dan rahasia lawanmu jika ingin menang.Kini Teo mencari di sela-sela lemari pakaian yang penuh. Semua isinya berhamburan keluar dan memenuhi lantai. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada yang istimewa selain barang-barang mewah dan perhiasan. Saat tengah terpuruk, Teo melihat brankas kecil yang tersembunyi di bagian dalam lemari. Le
Melihat pesan itu, kepala Teo seakan baru saja dihantam meteor. Rencana awal yang telah ia susun, terpaksa harus disusun ulang.Ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan saat ini. Bukan hanya masa depan, tetapi juga Julia.“Kau kenapa? Apa ada masalah?” tanya Julia. Wanita itu mendekati Teo yang masih duduk di tepi ranjang dengan tatapan penuh kebingungan yang ditujukan kepadanya.“Aku … aku akan melindungimu. Aku berjanji,” kata Teo dengan penuh keyakinan.Julia mengerutkan dahinya, tak paham dengan maksud ucapan Teo.“Aku tidak melakukan hal yang berbahaya, kau tidak perlu begitu khawatir.” Julia tersenyum manis. Ia ingin mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Teo, tetapi ia urungkan sebab masih takut dengan perubahan Teo.“Aku akan minta managermu untuk mengirim semua jadwal pekerjaanmu padaku, agar aku bisa memantaumu.” Teo kembali fokus pada ponselnya, mencari nomor manager Julia.“Tidak perlu,” tolak Julia. “Beberapa waktu ke depan, aku hanya akan melakukan syuting di dek
Beberapa pegawai klub menyapa dan memberi hormat kepada Teo sejak ia pertama kali menapakkan kakinya di dalam klub. Beberapa pelanggan juga turut menyapanya.Bagaimanapun juga, pesona klub malam kelas eksekutif memang sangat berbeda.Gedung klub ini memiliki 3 lantai. Lantai 1 adalah bar terbuka, terdapat panggung kecil dengan meja DJ di tengah-tengahnya, dan beberapa sofa di sudut-sudut ruangan, tentu saja dengan 1 meja bar terbuka. Lantai 2 berisi ruangan-ruangan yang bersifat lebih pribadi dengan sebuah meja bar yang menyambut di samping tangga. Kemudian, lantai paling atas adalah lantai kerja khusus yang berisi beberapa ruangan. Di tiap lantai, di balik meja bar terdapat tulisan Solar Eclipse dengan lampu berwarna emas.Teo masuk semakin dalam ke sudut Solar Eclipse hingga tiba di sebuah ruang VIP yang berada di sudut lantai 2.Begitu pintu ruangan Teo buka, matanya langsung menangkap sosok Gideon yang telah duduk dengan segelas wine di tangannya.“Pada akhirnya, kau masih tetap m
“Kau yakin ingin menukar saham dengan wanita itu?” tanya Jake seraya mengerutkan dahi. Sebagai pria yang sudah lama mengenal Teo, Jake sangat terkejut dengan keputusan Teo yang di luar dugaan. Tampaknya Teo benar-benar menganggap wanita sebagai sosok yang berharga. Ini jelas bukan Teo Andersen yang ia kenal.Perkara pemindahan saham itu bukan urusan yang rumit. Teo juga tidak masalah jika Gideon menguasai 35% saham. Pikiran Teo hanya teralihkan memikirkan Natalie Arnie. Ada harga yang harus dibayar mahal dari rencana busuk ini. Demi mengikuti hasrat buruk Gideo, Teo harus mengorbankan seorang wanita tak bersalah dan ia tidak bisa melakukannya.“Tidak masalah buatku,” kata Teo santai, tapi Jake terang saja langsung geram.Sebenarnya Teo jauh lebih geram dari Jake. Mengapa harus Natalie Arnie? Mengapa harus gadis malang itu?Dua pertanyaan itu memenuhi batin Teo hingga dadanya terasa sesak. Pembicaraan Jake dan Gideon perlahan terdengar samar-samar. Pikiran Teo menjelajahi masa depan,
Selepas kepergian Teo yang menurutnya sangat tidak sopan, Jake mulai terpikirkan beberapa skenario. Skenario pertama bicara tentang Teo yang mungkin jatuh cinta pada Julia dan tanpa sadar mulai berubah karena pengaruh wanita itu. Skenario ini menjelaskan keanehan yang ia lihat saat Teo berusaha melindungi Natalie Arnie.Skenario kedua bicara tentang kemungkinan kalau Teo berusaha menyimpang dari rencana mereka. Jika skenario kedua ini adalah kebenaran maka Jake akan berada dalam posisi yang mengerikan. Ia tidak akan bisa mengendalikan Teo karena mungkin saja pria itu menusuknya diam-diam dari belakang.Sembari menyesap koktail yang baru saja dihidangkan untuknya, Jake memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menjinakkan Teo.“Dari mana saja?” tanya Jake saat pria yang menjadi mangsanya itu kembali ke meja.“Aku agak mengantuk,” kata Teo berbohong. “Aku membasuh wajah di wastafel toilet.”“Kau tidak merasa bersalah?” Jake memancing Teo dengan pertanyaan itu, tetapi Teo masih memasang
Setelah kejadian di Solar Eclipse kemarin, Teo dan Jake belum lagi berkomunikasi. Keduanya disibukkan dengan urusan masing-masing. Namun, satu yang pasti, yaitu pemindahan saham yang diminta Gideon sebelumnya telah Teo urus. Hari ini, ia akan mengirim surah itu ke kediaman Gideon.Di samping itu, hubungan Teo dengan Julia juga tampak semakin berkembang. Meskipun dalam sudut hati Julia masih ada sedikit rasa waspada, tetapi wanita itu mencoba untuk mulai menerima perubahan Teo.“Sayang, sore ini setelah aku selesai dengan kegiatanku, aku akan menjemputmu di lokasi syuting,” kata Teo yang masih sibuk bergelut dengan sepotong roti lapis di hadapannya.“Tidak perlu, hari ini aku tidak ada banyak kegiatan. Setelah selesai syuting, aku akan langsung pulang,” jawab Julia yang juga tengah menyiapkan secangkir kopi untuk Teo, sambil mengulas senyum di bibirnya. “Lagipula, bukankah hari ini kau juga ada cukup banyak kegiatan?”“Menjemputmu sebentar tidak akan membuat semua jadwal kegiatanku ber
Kejadian di kantor label rekaman membawa Jake jatuh dalam lembah kegagalan. Serangan mutlak dari Teo meruntuhkan harga dirinya. Jika Jake berani jujur pada dirinya, ia memang menginginkan harta Teo yang lebih banyak dari miliknya. Namun, penculikan Julia didasari kegilaan Teo yang ingin menyimpang dari rencananya di klub Solar Eclipse. Jake harus mendapatkan jawaban dari Julia agar mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada Teo.Akan tetapi, segalanya berubah rumit karena Teo terlibat terlalu dalam. Pria gila itu melakukan hal di luar nalar yang sangat merugikan Jake, bahkan menyerang Jake sebagai pria rakus yang ingin mengeruk harta sahabatnya.Jake merasa ia akan mati di tangan Teo jika kegilaan ini terus berlanjut. Kemarin saja ia melarikan diri tanpa berkata apa-apa setelah Teo menyerangnya. Sekarang ketika Jake berdiri memandang gedung klub Solar Eclipse, ia merasa Teo sengaja mengubahnya menjadi pengecut dan menginjak harga dirinya.“Sialan. Teo Andersen benar-benar pengacau.”
Misi yang Nick jalani di Fidoria berjalan mulus sesuai perkiraannya. Nick Rayson memang orang yang tepat untuk misi pencarian Profesor Agasa. Teo tidak lagi terjebak dalam kecemasan sejak mendengar kabar terbaru dari Nick kemarin. Di sisi lain, Samuel yang terus menekannya pun mulai bermurah hati. Ini jelas situasi yang baik sampai Kinan datang dan mengubahnya menjadi badai.“Tuan sudah menonton tayangan berita di televisi?” tanya Kinan yang tanpa mengetuk pintu studio langsung menerobos masuk.Teo yang melihat tingkah Kinan merasa ada yang janggal. Wanita itu biasanya selalu menghormati privasinya. Namun, kali ini Kinan terlihat seperti dikejar pemburu dan tergesa-gesa menanyainya tentang siaran berita.“Apa yang terjadi?” Teo yang bingung hanya bisa mengajukan pertanyaan itu.Kinan berusaha mengatur napasnya yang tersengal-sengal. Ruangan studio di kantor label rekaman sangat hening karena hanya ada Teo di sana. Ia seharusnya tengah menyiapkan naskah untuk hadir di sebuah acara. Sam
Kemunculan Samuel di ambang pintu tidak masuk dalam rencana Teo. Ia tidak menyangka pria itu akan terus mengusiknya sampai ke area privasi. Dengan agak gugup, Teo mengambil foto-foto barang bukti dan memasukkannya ke laci. Seraya mengendurkan otot wajah, ia berbalik dan mulai memasang senyum canggungnya untuk Samuel.“Oh, soal ini? Tentu saja aku ingin tahu perkembangan kasus Julia,” kata Teo membuka alibinya.“Memangnya kau paham?” Samuel bertanya lagi dan Teo mulai jengkel.“Paham atau tidak, aku pikir seorang suami harus bertindak semampunya.” Teo membeberkan apa alasannya kepada Samuel dengan cukup tenang. “Aku sudah menjalani jadwalku dengan baik dan sesuai keinginanmu. Mengapa masih terus menggangguku?”“Ah, maaf kalau kau terganggu,” balas Samuel agak kikuk. “Aku hanya ingin memberikan daftar jadwal untuk pekan ini. Kau harus membacanya agar semua kegiatan berjalan dengan baik. Aku tidak ingin kita mendapat komplain dari klien.”Samuel yang dalam pandangan Teo sudah tidak menaru
“Aku menemukan Profesor Agasa.”Kalimat pembuka dari Nick Rayson melesatkan harapan Teo. Ia baru saja mengunci pintu kamar setelah memeriksa seluruh area rumahnya. Kejadian yang rumit akhir-akhir ini membuat harapan dan kepercayaannya kepada orang-orang seketika goyah.“Apa yang kau temukan di sana, Nick?” tanya Teo yang kini mengintip dari balik tirai jendela di kamarnya, ia khawatir ada orang asing yang mengikutinya.“Profesor Agasa benar-benar ada di Fidoria,” kata Nick melanjutkan. “Aku sempat melihatnya di kantor polisi pusat Fidoria. Namun, ia tampak begitu sibuk. Setelah aku mengamati cukup lama dari luar gedung, aku curiga kalau ia sedang menangani sebuah kasus. Profesor Agasa ditemani oleh beberapa polisi dan aku tidak menemukan celah untuk menemuinya.”Kabar berikutnya bukan hal yang baik. Waktu terus berputar dan situasi mereka sangat sulit. Teo merasa Nick harus mengambil langkah yang lebih berani.“Kita sudah hampir kehabisan waktu.” Teo menimpali ucapan Nick dengan seriu
“Dan, Nona Julia juga masih memakai syal itu saat di lokasi syuting. Jadi, tidak mungkin kalau tertinggal sebelum pergi ke lokasi,” tambah Kinan.Dua kalimat itu seolah menjadi palu besar yang telah menghantam kepala Aarav. Teo dan Kinan menatapnya dengan cukup dalam, membuatnya merasa semakin terpojok. Meskipun ia masih berusaha untuk terlihat tetap tenang, tetapi pada nyatanya, sorot mata itu tidak bisa berbohong.“Kalau begitu … kalau begitu kemungkinan Jake Arthur memang menghapus jejak sidik jarinya,” kata Aarav segera.Pandangan Teo masih tertuju pada sang Doberman. Ia tampak sedang menyelisik sesuatu yang tersembunyi di kepala Aarav.Padahal, sebelumnya Teo hanya berkata asal tentang Julia yang tidak tahu soal ruangan itu, tapi respon Aarav terasa sedikit berlebihan. Terlebih dengan pernyataan tambahan dari Kinan yang membuat Aarav semakin terlihat seperti kucing yang tertangkap mencuri lauk di dapur.“Atau, mungkin dia memakai sarung tangan sehingga sidik jarinya tidak ada yan
Rasanya, Jake baru saja disambar petir ketika mendengar ucapan Teo. Bagaimana bisa ia melewatkan hal sekecil itu. Sekarang, ia harus dilanda kebingungan dengan pertanyaan itu.“Itu ….”Belum sempat selesai bicara, ucapan Jake telah dipotong oleh salah satu pihak kepolisian yang bertubuh tinggi. “Maaf, Tuan Teo, tapi di salah satu foto yang diambil oleh penggemar Nona Julia hari itu memang terlihat jelas kalau Nona Julia memakai anting itu.”Polisi itu memberikan selembar foto yang menampakkan Julia dari arah samping dengan anting serupa yang menghiasi telinga kirinya.“Ya, aku melihat foto itu, maka dari itu aku yakin ini adalah anting Julia,” sahut Jake dengan percaya diri. Dalam hatinya, ia merasa cukup lega.Teo menatap kedua orang itu bergantian dengan tatapan yang cukup dalam, kemudian kembali memperhatikan selembar foto di tangannya.“Tuan Teo, sebenarnya pagi ini saya juga menemukan jejak orang mencurigakan ke arah ini dan saya merasa mungkin itu adalah penculik Nona Julia. Say
Masih tersisa banyak waktu sebelum Teo tiba ke lokasi penyekapan ini. Setelah bersusah payah merancang alibi baru dan menyiapkan TKP palsu, Jake merasa segalanya berjalan begitu cepat dan mulus. Kini ia dikurung rasa bosan yang menyiksa, terutama saat membayangkan wajah Julia yang pucat dan sorot matanya yang putus asa.Jake menggeram marah. Seketika ia teringat betapa keras kepalanya Julia. Wanita itu bertahan dengan semua bungkamnya. Tidak ada jawaban yang terlontar dari mulut wanita itu meski Jake telah melakukan kekerasan. Di sisi lain, situasinya kian runyam karena Teo dan detektif terus melibatkan diri dalam penyelidikan.Jake bukan pria yang pesimis. Namun, ia yakin jika tidak bertindak lebih keras, Teo yang lebih dulu membongkar kedoknya.“Sial! Aku harus menemui wanita jalang itu,” keluh Jake yang kini melangkah lebar-lebar dan meninggalkan lokasi.Ia menyetir dengan dikuasai kegilaan hingga tiba di lokasi asli lebih cepat dari perkiraannya. Di tempat yang tersembunyi itu, Ja
Jake Arthur menatap bangunan kosong berpagar kawat itu dengan bangga. Ia disergap perasaan bahagia saat orang suruhannya mengirimkan lokasi ini dan mengatakan bahwa rencana mereka akan berhasil. Tentu saja, siapa yang bisa menebak bahwa gudang kosong bekas penyimpanan tepung ini adalah tempat penyekapan Julia Emaline? Para polisi sibuk mengumpulkan bukti dan kesaksian hingga otak mereka yang dangkal tidak akan mengira gudang kecil di pinggiran kota adalah lokasinya.“Perusahaan yang memiliki gudang ini sudah bangkrut sepuluh tahun yang lalu,” kata si orang suruhan begitu Jake tiba. “Lima tahun yang lalu masih ada penjaganya, tapi sekarang sudah tak ada sehingga ini tempat yang ideal.”“Ya, TKP palsu yang sangat ideal,” puji Jake seraya melangkah masuk. “Taruh anting ini di sana. TKP ini harus sempurna.”Orang suruhan itu patuh dan segera mengatur ulang TKP. Sebelum mengemudi ke pinggiran kota yang terpencil, Jake menyempatkan diri menemui Julia di TKP yang asli. Ia mengambil anting ya
“Ah, soal itu!” seru Jake sembari menuding wajah Teo yang dingin. “Tadi aku sempat bingung.”Jake berusaha mencari kata-kata yang tepat. Mungkin Jake pikir aktingnya sudah cukup untuk mengalihkan atensi Teo. Namun, Teo bukanlah pria yang naif dan mudah dibodohi. Dari gelagat Jake saja, Teo sudah menebak betapa gugupnya pria iblis itu.“Tadi aku sangat bingung karena kau tiba-tiba mengungkit hal itu,” kata Jake beralasan sembari menyeka keningnya. “Sepertinya aku minum terlalu banyak alkohol sampai merasa bingung.”“Ya, kau memang terlihat sangat bingung,” cibir Teo yang berusaha menahan tawanya. “Jadi, kau pergi ke studio pribadiku?”“Ya, sesekali saja,” kata Jake yang berusaha keras mengatur mimik wajahnya. “Kau tahu sendiri betapa sibuknya aku di klub. Selain bekerja di klub, aku juga harus pergi ke lokasi syuting dan studioku. Setelah itu, aku hanya bisa istirahat di rumahku.”“Semua selebritas memang punya jadwal yang padat,” ujar Teo menanggapi.“Ya, itu sebabnya aku sangat suntu