Share

BAB 3: Ambang Teo dan Aaron

Author: Geanna Kim
last update Last Updated: 2024-12-09 21:14:51

Mungkin jika hanya Julia yang terkejut, Jake tidak akan merasa heran, tetapi Teo juga sama terkejutnya. Itu yang membuat Jake merasa aneh.

“Kau kenapa?” Jake menarik satu kursi lalu duduk di sana, matanya masih terus fokus pada ekspresi Teo. Ia meraih satu gelas air minum yang ada di atas meja makan. “Ini kan rencanamu sendiri. Malam itu, kau sendiri yang mengajukan nama Julia kepada orang-orang itu untuk mendapat kontrak dengan mereka.”

“Teo, apa itu benar?” tanya Julia dengan suara sedikit bergetar.

“Aku tidak tahu … tidak, aku … aku tidak melakukan itu.”

Aaron dibuat kebingungan dengan ini semua. Semua ini datang terlalu mendadak bagi Aaron. Terlebih lagi, ia sama sekali tak tahu kalau ternyata sosok Teo yang sangat sempurna di mata semua orang itu ternyata cukup brengsek.

Bahkan, ia sebagai orang yang sangat mengikuti perkembangan dunia hiburan dan seluk-beluk tiap artis besar, sama sekali tak menyangka tentang ini semua.

“Apa maksudmu? Bahkan, saat itu aku dan Lylia setuju akan mencari artis wanita seperti yang mereka mau, tapi kau sendiri yang langsung mengajukan nama Julia hingga akhirnya mereka setuju.” Ekspresi Jake berubah menjadi semakin serius. Ia sendiri bingung dengan apa yang baru saja dikatakan Teo.

“Teo, kau sedang tidak mabuk hingga kehilangan sedikit ingatan, kan?” tanya Lylia dengan wajah khawatir. Ia merasa, sikap Teo kali ini benar-benar berbeda dengan Teo yang selama ini ia kenal.

“Aku tidak peduli dengan semua itu. Kalau kalian mau mencarikan wanita lain untuk mereka, carikan saja, asal jangan Julia.”

“Teo ….” Julia benar-benar dibuat terperanga dengan ucapan Teo.

“Aku rasa, kau memang sedang mabuk,” timpal Jake. “Atau, wanita itu memang telah menguasai pikiranmu? Ah, tapi itu tidak mungkin juga.”

“Jaga bicaramu, dia istriku. Apa salahnya kalau pikiranku dikuasai istriku sendiri?”

“Teo, sepertinya kau memang terlalu lelah. Bagaimana kalau kita segera pergi ke resort itu agar pikiranmu kembali jernih?” Lylia kembali meraih lengan Teo dan memeluknya.

Teo menolak rangkulan Lylia yang membuatnya risih. Pikirannya masih terjebak memikirkan Julia yang malang.

Lylia yang ditolak seperti itu tidak bisa mengalihkan pandangan herannya dari Teo. Entah apa yang merasuki lelakinya saat ini. Tidak mungkin Teo Andersen yang terkenal bertangan besi berubah pikiran secepat ini.

Jake yang jauh lebih heran pun mulai menatap Teo dalam-dalam. Jake melihat raut marah di wajah Teo yang tak sanggup ia jelaskan.

“Teo, kau tidak bisa seperti ini,” ucap Lylia lirih.

Jake kehabisan kata-kata.

Suasana mendadak sunyi, tetapi isi kepala Teo semakin berisik. Ia tak punya banyak waktu untuk menyusun rencana penyelamatan Julia. Acara peluncuran film itu akan digelar tiga hari lagi.

Apa yang harus dikatakannya kepada para klien? Bagaimana jika situasinya jadi runyam? Ia perlu menyusun alasan dan rencana dengan hati-hati.

“Aku berubah pikiran,” ucap Teo tegas dan sorot matanya yang tajam itu menatap Lylia dalam-dalam. “Aku tidak bisa mengorbankan Julia demi kepentinganku.”

Jake tertawa masam dan menyilangkan tangan di depan dada. Tatapannya yang sinis tertuju pada Teo.

“Apa yang dijanjikan wanita itu padamu? Apa dia akan mematuhi semua perintahmu seperti budak?” tanya Jake dengan nada sarkas.

Teo terbelalak. Ia tak menyangka Jake akan menyulut konflik dengan merendahkan harga diri Julia sebagai wanita. Di sampingnya, Lylya tak melepaskan pandangan dinginnya, bahkan wanita itu beralih menatap Julia dengan tatapan tajam.

“Jaga bicaramu, Jake. Aku tak peduli sehebat apa dirimu, tapi jangan pernah merendahkan wanita.”

Jake bertepuk tangan, bukan untuk menyelamati sesuatu atau merayakan perubahan dalam diri Teo. Jake melakukannya sebagai tamparan keras bagi Teo.

“Kau hebat. Bagaimana kau bisa berubah dalam semalam?” tanya Jake dengan menampilkan senyuman lebar yang terkesan meremehkan.

“Jake, kurasa kita perlu bicara bertiga dengan Teo.” Lylia mendesah kecewa dan menarik diri dari Teo. “Aku tidak tahu apa yang terjadi padamu. Satu hal yang terpenting, aku mau kau datang ke acara peluncuran film dan menepati janjimu, Teo.”

“Aku akan datang ke sana dan menjelaskan alasanku ke klien,” tandas Teo dengan nada tegas dan ia tidak sedikitpun goyah. “Kalian tidak perlu khawatir.”

Lylia benar-benar merasa sakit hati. Teo menolak memihaknya, bahkan mengikari janji dan tidak sedetik pun menoleh ke arahnya setelah mengucapkan kalimat terakhir. Kalimat terakhir Teo bahkan terdengar seperti pengusiran. Lylia melempar pandangan putus asanya ke Jake.

“Kita pulang saja,” sahut Jake menanggapi tatapan Lylia dan memutar bola matanya dengan jengah. “Teo sudah gila. Aku harap dia sudah kembali normal di acara peluncuran film.”

Lylia menarik napas. Rasanya sangat berat melepas Teo begitu saja. Raut kecewanya berubah muram saat melihat Julia yang polos itu berdiri kaku di samping Teo.

Dengan langkah yang tersentak-sentak, Lylia meninggalkan Teo yang berdiri kaku bersama Julia. Jake pun pergi tanpa pamit, hanya memberikan desahan kecewa berulang kali..

Setelah dua tamu itu pergi, Teo memerlukan waktu untuk menatap Julia. Ia hanya menunduk dan menyadari betapa sulit situasinya saat ini.

Sebagai Aaron Montes yang mengutamakan keadilan, dirinya mulai kewalahan menghadapi rahasia Teo Andersen.

“Sayang, aku tak percaya kamu mulai berubah.” Julia akhirnya bersuara, memberanikan diri untuk percaya pada suaminya.

Aaron menggapai tangan Julia, menggenggamnya erat. Ia tahu dirinya bukan Teo Andersen yang secara sah memiliki Julia. Namun, Aaron tak tega membayangkan betapa tersiksanya Julia selama ini.

Jika membandingkan dengan hidup Aaron, hidup Teo sungguh luar biasa.

Teo berasal dari keluarga Andersen yang dihormati, lahir di sendok emas, dan hidup dengan harta berlimpah sejak kecil. Entah iblis apa yang merasuki Teo Andersen sehingga sosok itu berubah menjadi seperti sekarang.

Tukang selingkuh, pelaku kekerasan dalam rumah tangga, dan menjual istrinya ke klien demi film? Aaron merasakan hatinya sakit.

Aaron tidak bisa membayangkan rahasia apa lagi yang akan terkuak saat Aaron mendiami tubuh Teo lebih lama.

“Sayang, mengapa kau diam saja?” tanya Julia heran.

“Ah, aku sedikit sakit kepala,” kata Aaron berpura-pura.

“Kau memikirkan masalah dengan klien di acara peluncuran film?” tanya Julia lagi. “Jujur, aku tak menyangka kau akan berbuat sejauh itu. Mengapa kau sempat tega menjual diriku ke klien?”

“Bukan seperti itu,” bantah Aaron berusaha mencari kata-kata yang tepat.

“Aku tahu, kau tidak mencintaiku,” potong Julia sambil menatap mata suaminya.

“Aku akan berubah,” kata Aaron sambil tertunduk setelah berusaha memikirkan kalimat yang tepat. “Aku akan datang ke acara peluncuran film sesuai janji. Akan kuatur pertemuan yang lebih privat. Kau tenang saja.”

Julia masih merasakan hal yang ganjil. Namun, ia memilih diam. Hatinya sedikit membaik saat Teo tiba-tiba berperilaku ramah padanya. 

ulia berharap situasi ini bisa bertahan lama dan memunculkan kebahagiaan dalam rumah tangga mereka. Aaron pun menepati janjinya pada Julia.

Setelah dua hari berpikir dengan serius, dirinya benar-benar datang ke peluncuran film tanpa gentar.

Lokasi acara peluncuran film berada di gedung termewah dan tertinggi di kota. Area depan lobby dipenuhi dengan antrian mobil mewah. Para tamu undangan datang bersama pasangan mereka.

Pemandangan di gedung 60 lantai itu dipenuhi orang-orang dari kalangan atas yang memakai baju rancangan desainer ternama. Kerlip lampu dari kamera para wartawan yang sibuk memotret membuat malam kian gemerlap.

Aaron turun dari mobil sedan keluaran terbaru. Di malam yang spesial ini, ia mengenakan tuxedo merah marun rancangan desainer Italia.

Warna merah memang salalu tampak serasi dengan sosok Teo Andersen yang tampan dan Aaron mengakui hal itu. Hanya saja, wajah Teo yang tampan itu menyembunyikan rahasia kelam dan Aaron mulai muak.

Sebelum turun, Aaron meminta sopirnya tidak memberi tahu para wartawan atau siapa pun tentang keberadaan Julia. Ya, ia datang seorang diri.

Ia tidak melibatkan Julia dalam acara busuk ini. Mungkin Jake akan marah dan Lylia pasti menempatkan diri menjadi korban.

Namun, Aaron tidak peduli. Saat ini, Teo ada di genggamannya, jadi ia akan mengubah Teo yang tak waras itu agar tak mengotori dunia hiburan di masa depan.

“Itu Teo Andersen! Teo Andersen sudah datang!”

Seruan para wartawan bersahut-sahutan. Aaron agak terkejut melihat kerumunan wartawan yang tadinya mengerumuni para tamu mendadak beralih padanya. Mereka berlari ke arahnya sembari mengacungkan kamera.

Aaron tidak membawa pengawal dan ini hari pertamanya sebagai Teo Andersen di depan publik. Tentu saja ia gugup dan kewalahan.

Setelah berhasil selesai dengan para wartawan, Aaron langsung melangkah cepat menuju lift VIP dan menjangkau ruang VVIP, tempat para eksekutif itu menunggu.

Ruang VVIP itu ada di depan panggung, tepat di sebelah kiri. Di sana sudah ada 3 orang pria yang disebut-sebut sebagai tamu VVIP. 

Satu orang memakai tuxedo hitam yang menutupi perut buncitnya, Bara Raaz.

Satu orang di tengah agak ramping dan memakai jas yang terlihat kuno, tetapi elegan, Eric Steven.

Sementara orang terakhir mengenakan jas biasa, tetapi dengan kemeja putih yang kancing-kancing atasnya terbuka dan memperlihatkan tubuh kekarnya, Gideon Eldar.

“Oh, Tuan Teo Andersen sudah tiba!” seru Bara dengan semangat.

“Selamat atas peluncuran filmmu, Teo. Mari duduk,” sambut Gideon sembari membetulkan letak kacamatanya.

“Di mana Nona Julia?” tanya Eric kepada Teo yang sontak berdiri, merapikan jas kunonya, dan mencari sosok Julia.

“Tidak usah malu Nona Julia, masuk saja, kami tidak akan menyakitimu,” seru Bara berusaha menengok ke arah pintu ruangan, berpikir Julia ada di belakang langkah Teo.

Teo yang sudah mempersiapkan segalanya pun memulai rencananya.

“Nona Julia tidak bisa hadir. Saya, Teo Andersen, membatalkan perjanjian kita.”

Comments (3)
goodnovel comment avatar
Na Jaemin
teo menuju greenflag eraa asekk
goodnovel comment avatar
helpi
udah terlalu kacau....
goodnovel comment avatar
ninis
interesting story
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   BAB 4: Mulai Sekarang, Panggil Aku Teo Andersen

    Mata Eric terbelalak kaget.Teo tersenyum jengah.Penampilan orang itu tampak berwibawa dengan topi baret dan kumis tipis di bawah hidung. Sosoknya yang elegan terlihat seperti seniman, kritikus, dan sineas berbakat. Namun, siapa sangka orang itu memesan wanita untuk dipermainkan.“Jangan bergurau, Tuan Teo. Kau membuat kami kehilangan harapan,” kata Bara yang kemudian terkekeh keras.“Tidak. Saya benar-benar serius. Saya membatalkan perjanjian kita.”Gideon mengusap tatanan rambutnya yang sangat rapi. Entah berapa jam ia menghabiskan waktu di salon mewah bersama penata rias khusus hanya untuk merapikan rambutnya. Satu hal yang jelas, ia tampak kecewa.“Jangan main-main, Teo. Bawakan Nona Julia ke sini. Kau tidak ingin acara ini hancur, kan? Jika tidak ingin, segera bawakan wanita itu ke hadapan kami,” gertak Gideon.“Saya tidak bisa melakukannya,” sanggah Teo masih dalam posisi berdiri dan menjaga jarak dari tiga orang busuk ini. “Dunia hiburan tidak seharusnya menyimpan sisi gelap s

    Last Updated : 2024-12-09
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   BAB 5: Rahasia Busuk Teo Andersen

    Teo tidak menyangka insiden semalam akan menjadi viral di media sosial. Kini semua media sosial dipenuhi tagar yang merujuk pada insiden di acara peluncuran film itu. Sejak semalam, ada ribuan unggahan yang diposting oleh para penggemarnya. Tak jarang, orang biasa pun ikut memanas-manaskan insiden ini.Ketika dirinya terjaga di pagi buta, Teo menemukan video yang diunggahnya dengan akun anonim masih memuncaki peringkat trending di media sosial. Meski wajahnya masih terasa kaku dan tubuhnya penuh luka, tapi Teo rasa itu sepadan dengan kesuksesan rencananya.Ya, Teo memang ingin menghancurkan orang-orang busuk itu dengan caranya sendiri.“Sayang, kau sudah bangun?” tanya Julia dari balik pintu yang terbuka perlahan.Teo cepat-cepat menarik diri dari kasur, tetapi rasa nyeri di punggung menahannya. Rasa sakit itu membuatnya duduk bertumpu di kasur. Julia yang melihat pemandangan itu seketika berlari menghampiri Teo. Pengawal pribadi Teo hanya bisa terkesima melihat pasangan ini tiba-tiba

    Last Updated : 2024-12-09
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 6: Rencana Besar Teo Andersen

    “Investor klub, Jake Arthur, siapa lagi yang terlibat dalam rencana ini?”Teo memandangi foto Jake di layar ponselnya. Ia tidak menyangka di balik wajah simetris yang tampan bak model itu, Jake Arthur adalah seorang pria yang bengis. Kini Teo kesulitan menebak langkah Jake selanjutnya.Langkah Jake mungkin tidak tertebak. Kenyataan itu yang mendorong Teo menelusuri kamar, membuka semua laci, mengacak-acak isi lemari. Ia harus menemukan “sesuatu” yang dapat menaklukkan Jake. Entah apa barang itu, Teo tidak tahu. Namun, Teo yakin pria sekeji Jake pasti menyimpan rahasia.Dunia hukum yang menyimpan sisi kelam mengajari Teo satu hal: kau harus menggenggam kelemahan dan rahasia lawanmu jika ingin menang.Kini Teo mencari di sela-sela lemari pakaian yang penuh. Semua isinya berhamburan keluar dan memenuhi lantai. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada yang istimewa selain barang-barang mewah dan perhiasan. Saat tengah terpuruk, Teo melihat brankas kecil yang tersembunyi di bagian dalam lemari. Le

    Last Updated : 2024-12-13
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 7: Antara Keselamatan Julia dan Dunia

    Melihat pesan itu, kepala Teo seakan baru saja dihantam meteor. Rencana awal yang telah ia susun, terpaksa harus disusun ulang.Ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan saat ini. Bukan hanya masa depan, tetapi juga Julia.“Kau kenapa? Apa ada masalah?” tanya Julia. Wanita itu mendekati Teo yang masih duduk di tepi ranjang dengan tatapan penuh kebingungan yang ditujukan kepadanya.“Aku … aku akan melindungimu. Aku berjanji,” kata Teo dengan penuh keyakinan.Julia mengerutkan dahinya, tak paham dengan maksud ucapan Teo.“Aku tidak melakukan hal yang berbahaya, kau tidak perlu begitu khawatir.” Julia tersenyum manis. Ia ingin mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Teo, tetapi ia urungkan sebab masih takut dengan perubahan Teo.“Aku akan minta managermu untuk mengirim semua jadwal pekerjaanmu padaku, agar aku bisa memantaumu.” Teo kembali fokus pada ponselnya, mencari nomor manager Julia.“Tidak perlu,” tolak Julia. “Beberapa waktu ke depan, aku hanya akan melakukan syuting di dek

    Last Updated : 2024-12-14
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 8: Solar Eclipse

    Beberapa pegawai klub menyapa dan memberi hormat kepada Teo sejak ia pertama kali menapakkan kakinya di dalam klub. Beberapa pelanggan juga turut menyapanya.Bagaimanapun juga, pesona klub malam kelas eksekutif memang sangat berbeda.Gedung klub ini memiliki 3 lantai. Lantai 1 adalah bar terbuka, terdapat panggung kecil dengan meja DJ di tengah-tengahnya, dan beberapa sofa di sudut-sudut ruangan, tentu saja dengan 1 meja bar terbuka. Lantai 2 berisi ruangan-ruangan yang bersifat lebih pribadi dengan sebuah meja bar yang menyambut di samping tangga. Kemudian, lantai paling atas adalah lantai kerja khusus yang berisi beberapa ruangan. Di tiap lantai, di balik meja bar terdapat tulisan Solar Eclipse dengan lampu berwarna emas.Teo masuk semakin dalam ke sudut Solar Eclipse hingga tiba di sebuah ruang VIP yang berada di sudut lantai 2.Begitu pintu ruangan Teo buka, matanya langsung menangkap sosok Gideon yang telah duduk dengan segelas wine di tangannya.“Pada akhirnya, kau masih tetap m

    Last Updated : 2024-12-14
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 9: Awal dari Tragedi Berdarah di Masa Depan

    “Kau yakin ingin menukar saham dengan wanita itu?” tanya Jake seraya mengerutkan dahi. Sebagai pria yang sudah lama mengenal Teo, Jake sangat terkejut dengan keputusan Teo yang di luar dugaan. Tampaknya Teo benar-benar menganggap wanita sebagai sosok yang berharga. Ini jelas bukan Teo Andersen yang ia kenal.Perkara pemindahan saham itu bukan urusan yang rumit. Teo juga tidak masalah jika Gideon menguasai 35% saham. Pikiran Teo hanya teralihkan memikirkan Natalie Arnie. Ada harga yang harus dibayar mahal dari rencana busuk ini. Demi mengikuti hasrat buruk Gideo, Teo harus mengorbankan seorang wanita tak bersalah dan ia tidak bisa melakukannya.“Tidak masalah buatku,” kata Teo santai, tapi Jake terang saja langsung geram.Sebenarnya Teo jauh lebih geram dari Jake. Mengapa harus Natalie Arnie? Mengapa harus gadis malang itu?Dua pertanyaan itu memenuhi batin Teo hingga dadanya terasa sesak. Pembicaraan Jake dan Gideon perlahan terdengar samar-samar. Pikiran Teo menjelajahi masa depan,

    Last Updated : 2024-12-15
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 10: Rencana Penculikan Julia

    Selepas kepergian Teo yang menurutnya sangat tidak sopan, Jake mulai terpikirkan beberapa skenario. Skenario pertama bicara tentang Teo yang mungkin jatuh cinta pada Julia dan tanpa sadar mulai berubah karena pengaruh wanita itu. Skenario ini menjelaskan keanehan yang ia lihat saat Teo berusaha melindungi Natalie Arnie.Skenario kedua bicara tentang kemungkinan kalau Teo berusaha menyimpang dari rencana mereka. Jika skenario kedua ini adalah kebenaran maka Jake akan berada dalam posisi yang mengerikan. Ia tidak akan bisa mengendalikan Teo karena mungkin saja pria itu menusuknya diam-diam dari belakang.Sembari menyesap koktail yang baru saja dihidangkan untuknya, Jake memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menjinakkan Teo.“Dari mana saja?” tanya Jake saat pria yang menjadi mangsanya itu kembali ke meja.“Aku agak mengantuk,” kata Teo berbohong. “Aku membasuh wajah di wastafel toilet.”“Kau tidak merasa bersalah?” Jake memancing Teo dengan pertanyaan itu, tetapi Teo masih memasang

    Last Updated : 2024-12-17
  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 11: Julia Emaline Telah Menghilang

    Setelah kejadian di Solar Eclipse kemarin, Teo dan Jake belum lagi berkomunikasi. Keduanya disibukkan dengan urusan masing-masing. Namun, satu yang pasti, yaitu pemindahan saham yang diminta Gideon sebelumnya telah Teo urus. Hari ini, ia akan mengirim surah itu ke kediaman Gideon.Di samping itu, hubungan Teo dengan Julia juga tampak semakin berkembang. Meskipun dalam sudut hati Julia masih ada sedikit rasa waspada, tetapi wanita itu mencoba untuk mulai menerima perubahan Teo.“Sayang, sore ini setelah aku selesai dengan kegiatanku, aku akan menjemputmu di lokasi syuting,” kata Teo yang masih sibuk bergelut dengan sepotong roti lapis di hadapannya.“Tidak perlu, hari ini aku tidak ada banyak kegiatan. Setelah selesai syuting, aku akan langsung pulang,” jawab Julia yang juga tengah menyiapkan secangkir kopi untuk Teo, sambil mengulas senyum di bibirnya. “Lagipula, bukankah hari ini kau juga ada cukup banyak kegiatan?”“Menjemputmu sebentar tidak akan membuat semua jadwal kegiatanku ber

    Last Updated : 2024-12-17

Latest chapter

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 87: Teo Akhirnya Pulih

    Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 86: Penyelamatan Tak Terduga

    Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 85: Melarikan Diri

    Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 84: Interogasi yang Rumit

    Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 83: Bantuan dari Julia

    Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 82: Tersangka Utama

    Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 81: Penahanan Samuel

    Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 80: Penyelidikan Detektif Aarav

    Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In

  • Transmigrasi Sang Kritikus Seni Menyelamatkan Dunia   Bab 79: Kecelakaan yang Mengubah Segalanya

    Mobil Teo melaju dengan kecepatan stabil di jalanan Eldorisia yang masih basah oleh hujan semalam. Di kursi belakang, Nick duduk diam, wajahnya muram memandangi layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi dari berbagai media yang memberitakan tentang dirinya. Di sampingnya, Aarav memeriksa beberapa dokumen yang akan mereka diskusikan dengan tim hukum dari Firma Hukum Eden. Situasi semakin rumit, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nick adalah dengan strategi hukum yang tepat.Namun, di tengah perjalanan menuju kantor polisi, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan dan berhenti mendadak di depan mobil Teo. Pengemudi mobil Teo menginjak rem dengan keras, membuat mobil berhenti mendadak. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, pintu mobil bagian Teo terbuka dengan kasar, dan seseorang menariknya keluar."Teo!" seru Nick dan Aarav hampir bersamaan.Teo tersentak ketika melihat siapa yang menyerangnya—Samuel. Manajernya berdiri di depannya dengan wajah m

Scan code to read on App
DMCA.com Protection Status