Teo tidak menyangka insiden semalam akan menjadi viral di media sosial. Kini semua media sosial dipenuhi tagar yang merujuk pada insiden di acara peluncuran film itu. Sejak semalam, ada ribuan unggahan yang diposting oleh para penggemarnya. Tak jarang, orang biasa pun ikut memanas-manaskan insiden ini.
Ketika dirinya terjaga di pagi buta, Teo menemukan video yang diunggahnya dengan akun anonim masih memuncaki peringkat trending di media sosial. Meski wajahnya masih terasa kaku dan tubuhnya penuh luka, tapi Teo rasa itu sepadan dengan kesuksesan rencananya.
Ya, Teo memang ingin menghancurkan orang-orang busuk itu dengan caranya sendiri.
“Sayang, kau sudah bangun?” tanya Julia dari balik pintu yang terbuka perlahan.
Teo cepat-cepat menarik diri dari kasur, tetapi rasa nyeri di punggung menahannya. Rasa sakit itu membuatnya duduk bertumpu di kasur. Julia yang melihat pemandangan itu seketika berlari menghampiri Teo. Pengawal pribadi Teo hanya bisa terkesima melihat pasangan ini tiba-tiba harmonis, terutama saat Teo merangkul Julia yang khawatir melihatnya.
“Tidak biasanya Tuan Teo seperti ini,” gumam si pengawal itu.
Teo tidak sengaja mendengarnya. Ia pun tersenyum cerah tanpa melepaskan rangkulannya di bahu Julia.
“Manusia juga bisa berubah, Nick,” katanya seraya bangkit dengan agak tertatih-tatih. “Apa kau sudah membuat janji dengan dokter?”
“Tentu saja sudah, Tuan,” kata Nick agak gugup. “Janji temunya 2 jam lagi. Mungkin Anda sebaiknya bersiap-siap dari sekarang.”
“Ya, aku harus cepat-cepat memeriksakan diriku, Nick. Pekerjaanku sudah menanti,” sahut Teo yang kini beranjak ke sudut ruangan, tempat 3 lemari besar berisi pakaian mewah dan jas bermerek rancangan desainer Italia.
Omong-omong, selama hidup menjadi Aaron Montes, dirinya tak pernah mengenakan semua barang mewah ini. Betapa beruntungnya hidup seorang Teo Andersen. Mata Teo bahkan tidak dapat beralih dari lemari kaca di tengah ruangan. Lemari berukuran pendek dengan kaca di segala sisi itu memamerkan deretan arloji mewah. Teo yakin harganya mencapai ratusan miliar. Teo Andersen benar-benar kaya.
“Sayang, bukankah kau harus istirahat total hari ini?” tanya Julia sembari mengelus pundak Teo. “Kau tidak boleh pergi ke studio. Dokter pasti tidak memberi izin.”
“Tidak, sayang. Aku benar-benar harus pergi ke studioku,” tolak Teo dengan lembut.
Namun, seketika ia langsung teringat pada Jake Arthur. Laki-laki necis itu pasti memarahinya dan mengungkit-ungkit statusnya sebagai tangan kanan Teo Andersen. Lama-lama, dirinya muak dengan sosok Jake yang angkuh.
“Jake pasti menungguku,” kata Teo dengan lesu. “Dia pasti meminta penjelasanku atas semua yang terjadi semalam.”
Julia tidak sanggup mengeluarkan kata-kata setelah Teo mengatakan hal menyakitkan itu. Ini tak mungkin terjadi dalam pernikahannya. Julia mungkin sedang bermimpi. Mustahil sosok Teo yang dingin itu mendadak berpihak penuh padanya.
“Jangan sedih, Julia. Aku yang salah dan aku akan memperbaiki semuanya.” Teo tersenyum lembut, senyum yang tanpa terduga sanggup meluluhkan hati Julia.
Julia merasa pipinya memanas. Ribuan kupu-kupu seolah terbang keluar dari perutnya. Ini tak mungkin. Ia jatuh cinta pada Teo Andersen yang gemar memukulinya. Bukan cinta yang naif, tapi cinta yang sungguh tulus.
Teo sendiri semakin geram saat ia melihat Julia bertingkah malu-malu. Suara batin Aaron sibuk mengutuk nama Teo Andersen. Setelah kejadian di pagi ini, Teo yakin bahwa dirinya dikirim ke masa sepuluh tahun lalu untuk menyingkap rahasia busuk Teo Andersen. Setelah insiden semalam membuatnya tertidur penuh kesakitan, Aaron yakin tentang satu hal.
Ada banyak rahasia busuk yang disembunyikan di balik klub itu. Rahasia itu tenggelam jauh ke dasar yang sangat kelam.
Teo harus mencari apa rahasia itu dan mengungkapnya kepada dunia. Meski harus bertaruh nyawa, ia akan melakukan hal gila ini demi menuntaskan misinya dan menyelamatkan Julia.
Teo masih memikirkan beberapa rencana sampai ia tidak menikmati perjalanannya menuju rumah sakit. Julia yang menemaninya tidak bicara apa-apa. Wanita itu berpikir suaminya sedang kewalahan menghadapi penderitaanya.
Di sisi lain, seluruh atensi Teo sebenarnya masih teralihkan pada sederet rencana gilanya. Bahkan, saat ia akhirnya diantar oleh Nick ke studio, Teo masih bungkam dengan kepalanya yang terasa penuh.
“Anda akan baik-baik saja, Tuan?” Nick tetap bertanya untuk yang kesekian kali meski tahu Teo akan menanggapi dengan jawaban yang sama. “Hubungi saya jika ada keadaan darurat.”
“Terima kasih, Nick. Aku tidak yakin Jake akan membunuhku,” kata Teo mencoba bergurau, tapi Nick malah memasang muka serius.
Faktanya, kekhawatiran Nick memang sia-sia. Jake tidak membunuhnya. Pria berperawakan tinggi dan besar itu hanya memasang muka marah saat tiba di studionya. Begitu menjatuhkan diri di sofa, Jake langsung melepasnya jasnya, melemparnya ke lantai, dan menyilangkan dua tangan di depan dada. Sudah berkali-kali Jake melakukan gerakan itu saat mereka bertemu di klub. Mungkin itu tanda khas Jake Arthur ketika marah.
“Bagaimana kondisimu? Kau sehat? Kau tampak bugar setelah menyebabkan kekacauan di hari yang sangat penting bagiku.” Jake mulai menyindir. “Ah, itu seharusnya hari yang sangat penting bagimu juga, Teo. Iblis apa yang membuatmu seperti ini?”
“Bukankah orang-orang eksekutif itu adalah iblis?” Teo berbalik menyerang Jake. “Mereka menginginkan layanan dari seorang wanita bersuami. Aku melakukan kesalahan, tapi aku tak melanggar batas moral lebih jauh.”
Jake termenung mendengar ucapan Teo. Ia bahkan tidak punya kata-kata sindiran lag untuk dikatakan. Suaranya seketika menguap ke udara dan hilang.
“Aku benar, ‘kan” tanya Teo yang masih berbaik hati mengambil segelas wine untuk Jake.
“Kau gila,” desis Jake. “Kau benar-benar gila. Semua rencana kita hancur gara-gara ulahmu!”
Jake menyambar gelas berisi wine dari tangan Teo dan melemparnya ke lantai. Gelas kaca itu pecah berkeping-keping. Dengan hentakan keras dari Jake, kepingan kacanya terlontar dan mengenai wajah Teo.
“Kita sudah menyusun banyak rencana, Teo! Kita akan menjadikan klub itu menjadi pusat dari bisnis prostitusi dan perdagangan manusia terbesar di negara ini!” Jake berteriak dengan lantang, tak peduli dengan wajah Teo yang berubah datar.
Jake menumpukan kedua tangannya yang gemetar karena menahan marah di pinggang. Teo masih diam dengan wajah datar. Namun, pikirannya berkelana jauh ke depan. Betapa busuk rencana Teo Andersen dan Jake Arthur.
“Jangan lupa kalau kita mau membuat klub itu menjadi pusat perdagangan narkoba!” Jake berseru lagi. “Kau benar-benar menghancurkan semuanya! Tiga orang eksekutif itu bersedia berinvestasi jutaan dollar untuk rencana ini, Teo!”
“Narkoba?” Teo tiba-tiba bersuara dan Jake sangat terkejut mendengar ucapan Teo. “Kurasa itu terlalu buruk. Dulu aku pikir rencana kita sangat menjanjikan, tapi kurasa itu sangat tidak manusiawi. Maksudku, kita tidak bisa melakukan ini lebih jauh, Jake.”
“Aku tak habis pikir denganmu,” kata Jake seraya menyeka keringatnya yang bercucuran di kening. “Kita bisa menghasilkan puluhan juta dollar dari rencana ini, Teo!”
“Aku memang tertarik dengan uang, tapi tidak dengan caramu,” sanggah Teo. “Aku berhenti dari rencana ini. Jika kau tidak setuju, kau bisa pulang sekarang.”
Jake benar-benar mati kutu. Ia memandangi Teo dari kepala sampai kaki. Tidak ada yang aneh dari sosok Teo selain isi otaknya.
“Kau sudah pergi ke dokter hari ini, ‘kan?” kata Jake akhirnya menyerah dengan sikap keras kepala Teo. “Jangan hanya memeriksa tulangmu. Aku yakin kepalamu harus dibedah.”
Jake menyambar jasnya di lantai dan meninggalkan studio Teo. Pria itu membantung pintu keras-keras sebelum pergi. Di studio milik keluarga Andersen, Teo mulai lelah menghadapi orang-orang gila di lingkaran pertemanan sang selebritas. Mereka semua tidak punya otak.
“Prostitusi, perdagangan wanita, dan narkoba?” Aaron mendengus marah. “Jika klub berisi sarang pendosa itu dibiarkan, aku yakin sepuluh tahun lagi dampaknya akan menyebar dan memakan banyak korban. Aku yakin inilah alasanku dikirim ke sepuluh tahun yang lalu.”
Teo berjalan memutari studio pribadi keluarga Andersen. Ia berusaha keras menjernihkan pikirannya yang kacau.
“Aku harus menemukan cara. Jika klub itu dibiarkan, bukan tidak mungkin Julia akan ikut terseret ke dalamnya,” kata Teo dengan kemarahan membara dan ia pun mengambil papan tulis usang di gudang.
Dengan penuh tekad, Teo membersihkan papan tulis itu. Ia mulai mencetak foto Jake dan tiga orang eksekutif yang ternyata investor klub.
Teo mulai menulis rencana Jake dan menempel beberapa foto. Ia terus bekerja menyiapkan semua rencananya di papan tulis itu.
Teo tidak peduli pada nyawa atau apa pun. Ia hanya peduli pada hidup dan nyawa Julia. Dan tak lupa dengan takdir di masa depan.
“Investor klub, Jake Arthur, siapa lagi yang terlibat dalam rencana ini?”Teo memandangi foto Jake di layar ponselnya. Ia tidak menyangka di balik wajah simetris yang tampan bak model itu, Jake Arthur adalah seorang pria yang bengis. Kini Teo kesulitan menebak langkah Jake selanjutnya.Langkah Jake mungkin tidak tertebak. Kenyataan itu yang mendorong Teo menelusuri kamar, membuka semua laci, mengacak-acak isi lemari. Ia harus menemukan “sesuatu” yang dapat menaklukkan Jake. Entah apa barang itu, Teo tidak tahu. Namun, Teo yakin pria sekeji Jake pasti menyimpan rahasia.Dunia hukum yang menyimpan sisi kelam mengajari Teo satu hal: kau harus menggenggam kelemahan dan rahasia lawanmu jika ingin menang.Kini Teo mencari di sela-sela lemari pakaian yang penuh. Semua isinya berhamburan keluar dan memenuhi lantai. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada yang istimewa selain barang-barang mewah dan perhiasan. Saat tengah terpuruk, Teo melihat brankas kecil yang tersembunyi di bagian dalam lemari. Le
Melihat pesan itu, kepala Teo seakan baru saja dihantam meteor. Rencana awal yang telah ia susun, terpaksa harus disusun ulang.Ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan saat ini. Bukan hanya masa depan, tetapi juga Julia.“Kau kenapa? Apa ada masalah?” tanya Julia. Wanita itu mendekati Teo yang masih duduk di tepi ranjang dengan tatapan penuh kebingungan yang ditujukan kepadanya.“Aku … aku akan melindungimu. Aku berjanji,” kata Teo dengan penuh keyakinan.Julia mengerutkan dahinya, tak paham dengan maksud ucapan Teo.“Aku tidak melakukan hal yang berbahaya, kau tidak perlu begitu khawatir.” Julia tersenyum manis. Ia ingin mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Teo, tetapi ia urungkan sebab masih takut dengan perubahan Teo.“Aku akan minta managermu untuk mengirim semua jadwal pekerjaanmu padaku, agar aku bisa memantaumu.” Teo kembali fokus pada ponselnya, mencari nomor manager Julia.“Tidak perlu,” tolak Julia. “Beberapa waktu ke depan, aku hanya akan melakukan syuting di dek
Beberapa pegawai klub menyapa dan memberi hormat kepada Teo sejak ia pertama kali menapakkan kakinya di dalam klub. Beberapa pelanggan juga turut menyapanya.Bagaimanapun juga, pesona klub malam kelas eksekutif memang sangat berbeda.Gedung klub ini memiliki 3 lantai. Lantai 1 adalah bar terbuka, terdapat panggung kecil dengan meja DJ di tengah-tengahnya, dan beberapa sofa di sudut-sudut ruangan, tentu saja dengan 1 meja bar terbuka. Lantai 2 berisi ruangan-ruangan yang bersifat lebih pribadi dengan sebuah meja bar yang menyambut di samping tangga. Kemudian, lantai paling atas adalah lantai kerja khusus yang berisi beberapa ruangan. Di tiap lantai, di balik meja bar terdapat tulisan Solar Eclipse dengan lampu berwarna emas.Teo masuk semakin dalam ke sudut Solar Eclipse hingga tiba di sebuah ruang VIP yang berada di sudut lantai 2.Begitu pintu ruangan Teo buka, matanya langsung menangkap sosok Gideon yang telah duduk dengan segelas wine di tangannya.“Pada akhirnya, kau masih tetap m
“Kau yakin ingin menukar saham dengan wanita itu?” tanya Jake seraya mengerutkan dahi. Sebagai pria yang sudah lama mengenal Teo, Jake sangat terkejut dengan keputusan Teo yang di luar dugaan. Tampaknya Teo benar-benar menganggap wanita sebagai sosok yang berharga. Ini jelas bukan Teo Andersen yang ia kenal.Perkara pemindahan saham itu bukan urusan yang rumit. Teo juga tidak masalah jika Gideon menguasai 35% saham. Pikiran Teo hanya teralihkan memikirkan Natalie Arnie. Ada harga yang harus dibayar mahal dari rencana busuk ini. Demi mengikuti hasrat buruk Gideo, Teo harus mengorbankan seorang wanita tak bersalah dan ia tidak bisa melakukannya.“Tidak masalah buatku,” kata Teo santai, tapi Jake terang saja langsung geram.Sebenarnya Teo jauh lebih geram dari Jake. Mengapa harus Natalie Arnie? Mengapa harus gadis malang itu?Dua pertanyaan itu memenuhi batin Teo hingga dadanya terasa sesak. Pembicaraan Jake dan Gideon perlahan terdengar samar-samar. Pikiran Teo menjelajahi masa depan,
Selepas kepergian Teo yang menurutnya sangat tidak sopan, Jake mulai terpikirkan beberapa skenario. Skenario pertama bicara tentang Teo yang mungkin jatuh cinta pada Julia dan tanpa sadar mulai berubah karena pengaruh wanita itu. Skenario ini menjelaskan keanehan yang ia lihat saat Teo berusaha melindungi Natalie Arnie.Skenario kedua bicara tentang kemungkinan kalau Teo berusaha menyimpang dari rencana mereka. Jika skenario kedua ini adalah kebenaran maka Jake akan berada dalam posisi yang mengerikan. Ia tidak akan bisa mengendalikan Teo karena mungkin saja pria itu menusuknya diam-diam dari belakang.Sembari menyesap koktail yang baru saja dihidangkan untuknya, Jake memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menjinakkan Teo.“Dari mana saja?” tanya Jake saat pria yang menjadi mangsanya itu kembali ke meja.“Aku agak mengantuk,” kata Teo berbohong. “Aku membasuh wajah di wastafel toilet.”“Kau tidak merasa bersalah?” Jake memancing Teo dengan pertanyaan itu, tetapi Teo masih memasang
Setelah kejadian di Solar Eclipse kemarin, Teo dan Jake belum lagi berkomunikasi. Keduanya disibukkan dengan urusan masing-masing. Namun, satu yang pasti, yaitu pemindahan saham yang diminta Gideon sebelumnya telah Teo urus. Hari ini, ia akan mengirim surah itu ke kediaman Gideon.Di samping itu, hubungan Teo dengan Julia juga tampak semakin berkembang. Meskipun dalam sudut hati Julia masih ada sedikit rasa waspada, tetapi wanita itu mencoba untuk mulai menerima perubahan Teo.“Sayang, sore ini setelah aku selesai dengan kegiatanku, aku akan menjemputmu di lokasi syuting,” kata Teo yang masih sibuk bergelut dengan sepotong roti lapis di hadapannya.“Tidak perlu, hari ini aku tidak ada banyak kegiatan. Setelah selesai syuting, aku akan langsung pulang,” jawab Julia yang juga tengah menyiapkan secangkir kopi untuk Teo, sambil mengulas senyum di bibirnya. “Lagipula, bukankah hari ini kau juga ada cukup banyak kegiatan?”“Menjemputmu sebentar tidak akan membuat semua jadwal kegiatanku ber
“Keputusan yang tepat, Teo!” Samuel berseru senang. “Sekarang kau harus menyiapkan diri karena kita tidak boleh terlambat. Acaranya dimulai satu jam lagi dan jalan mungkin akan sedikit macet. Kau tahu sendiri sepadat apa kota ini.Teo tidak berniat mendengarkan celotehan Samuel yang bertele-tele. Ia hanya bergerak cepat menuju ruangan privatnya untuk menyiapkan beberapa barang dan mengemasnya ke dalam tas jinjing. Rasanya memuakkan karena manajernya itu menjadi sangat cerewet di momen seperti ini.Samuel masih sibuk mengingatkan banyak hal kepada Teo di sepanjang perjalanan menuju lokasi syuting acara musik. Teo sendiri tidak menggubrisnya. Ia malah sibuk menggeser layar ponsel dan berkomunikasi dengan Kinan.Kinan mengirimkan banyak pesan yang menceritakan betapa sibuknya para kru dan petugas keamanan di lokasi syuting. Mereka sudah melaporkan kejadian ini ke polisi dan memeriksa para saksi. Dalam waktu singkat pun, satu unit bersenjata dari pos terdekat langsung datang untuk mengama
Jake yakin jika Teo semakin mencurigainya, pria itu akan mencari Julia ke ruang rahasia ini. Di mana lagi seorang penjahat licik bisa menyembunyikan korban tanpa tercium oleh polisi dan detektif swasta selain di ruangan ini. Ruang rahasia itu tidak hanya tersembunyi dengan baik, tetapi juga terbuat dari lapisan kedap suara yang tebal. Meski Jake menyiksa seseorang di dalamnya, orang-orang yang berada di luar tidak akan mendengar apa-apa. Bisa dibilang, ruangan ini adalah tempat menyimpan rahasia yang sangat sempurna. Jake merasa dirinya jenius karena terpikirkan ruangan ini saat menyiapkan rencana penculikan Julia.Julia, wanita cantik itu tengah menatap Jake dengan mata yang seolah menyalakan api kemarahan. Ia sama sekali tidak mengerti kenapa dirinya tiba-tiba disekap di ruangan ini. Terlebih, selama ini, ia baru tahu jika di studio pribadi Teo tersembunyi ruangan semacam ini.Jake berjalan mendekati Julia sembari melonggarkan dari yang terasa begitu mencekik lehernya. Ia menatap J
Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka
Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana
Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant
Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke
Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p
Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Mobil Teo melaju dengan kecepatan stabil di jalanan Eldorisia yang masih basah oleh hujan semalam. Di kursi belakang, Nick duduk diam, wajahnya muram memandangi layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi dari berbagai media yang memberitakan tentang dirinya. Di sampingnya, Aarav memeriksa beberapa dokumen yang akan mereka diskusikan dengan tim hukum dari Firma Hukum Eden. Situasi semakin rumit, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nick adalah dengan strategi hukum yang tepat.Namun, di tengah perjalanan menuju kantor polisi, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan dan berhenti mendadak di depan mobil Teo. Pengemudi mobil Teo menginjak rem dengan keras, membuat mobil berhenti mendadak. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, pintu mobil bagian Teo terbuka dengan kasar, dan seseorang menariknya keluar."Teo!" seru Nick dan Aarav hampir bersamaan.Teo tersentak ketika melihat siapa yang menyerangnya—Samuel. Manajernya berdiri di depannya dengan wajah m