Mata Eric terbelalak kaget.
Teo tersenyum jengah.
Penampilan orang itu tampak berwibawa dengan topi baret dan kumis tipis di bawah hidung. Sosoknya yang elegan terlihat seperti seniman, kritikus, dan sineas berbakat. Namun, siapa sangka orang itu memesan wanita untuk dipermainkan.
“Jangan bergurau, Tuan Teo. Kau membuat kami kehilangan harapan,” kata Bara yang kemudian terkekeh keras.
“Tidak. Saya benar-benar serius. Saya membatalkan perjanjian kita.”
Gideon mengusap tatanan rambutnya yang sangat rapi. Entah berapa jam ia menghabiskan waktu di salon mewah bersama penata rias khusus hanya untuk merapikan rambutnya. Satu hal yang jelas, ia tampak kecewa.
“Jangan main-main, Teo. Bawakan Nona Julia ke sini. Kau tidak ingin acara ini hancur, kan? Jika tidak ingin, segera bawakan wanita itu ke hadapan kami,” gertak Gideon.
“Saya tidak bisa melakukannya,” sanggah Teo masih dalam posisi berdiri dan menjaga jarak dari tiga orang busuk ini. “Dunia hiburan tidak seharusnya menyimpan sisi gelap seperti ini.”
Gideon yang tampak jauh lebih muda dari dua orang lainnya mulai tersenyum. Awalnya ia hanya memasang raut wajah serius sembari meminum wine. Kali ini, ia meletakkan gelas wine di meja dan beralih memandang Teo.
“Kau ingin izin klub yang kau banggakan itu dicabut?” tanya Gideon dengan tenang.
Ia adalah putra dari Menteri Perindustrian di Eldorisia. Bagaimanapun juga, untuk menyukseskan bisnis klub malam milik Teo, izin bisnis itu tak boleh lepas dari tangannya.
Selain itu, sebenarnya, adanya campur tangan Gideon juga sangat menguntungkan Teo. Ia tak perlu repot-repot menyembunyikan pengiriman barang-barang terlarang dari luar negeri untuk bisnisnya. Semua itu telah diatur oleh Gideon bersama ayahnya, sang menteri.
Teo terdiam sejenak.
Bara adalah pemilik label rekaman yang besar, salah satu pesaing Teo, yang kali ini akan berinvestasi untuk klub malam miliknya. Tentu itu adalah hal bagus. Bagaimanapun juga, ketika pesaing mulai terpikat, tentu akan menguntungkan, bukan?
Sementara itu, Eric adalah putra sulung dari salah satu 4 keluarga besar di Eldorisia. Meskipun terkadang penampilannya terkesan kuno dan ketinggalan zaman, tetapi ia sebenarnya sangat mengikuti perkembangan dunia hiburan. Yang paling utama adalah, ia akan melakukan apapun yang bisa membuatnya mendapatkan artis-artis wanita yang sangat cantik.
“Cabut saja, dan setelah itu kalian mungkin akan kesulitan mendapat wanita-wanita kesukaan kalian dan barang-barang ilegal itu,” ucap Teo dengan tegas.
Sebelumnya, beberapa berkas perjanjian mereka memang telah Aaron pelajari dengan teliti. Kebetulan, semua itu tersimpan di studio pribadi Teo. Itulah mengapa Aaron tahu tentang kebusukan tiga orang dengan status besar itu.
“Kau ….” Bara menggeram dengan wajah penuh amarah.
Bagaimana bisa Teo yang sebelumnya berkali-kali memohon dan membujuk mereka untuk ikut menyukseskan bisnisnya kini malah bersikap sebaliknya.
“Mungkin jika apa yang ada di belakang bisnis ini terungkap ke publik, karirku sebagai artis memang akan tamat, tapi itu tentu hanya berpengaruh pada diriku sendiri.” Teo menatap ketiga orang itu dengan tajam. “Tapi saat kalian ikut terseret, nama baik kalian dan keluarga kalian, bahkan nama baik negara ini, mungkin akan benar-benar hancur.”
Wajah ketiga pria itu dipenuhi amarah. Mata mereka menyalakan kilatan untuk segera menghabisi Teo.
“Apa jadinya jika orang-orang besar, bahkan orang pemerintahan yang telah dipercaya oleh rakyat justru mengalirkan uang rakyat untuk kepentingan pribadi, terlebih untuk menyewa wanita dan membeli barang ilegal.” Teo sekali lagi berbicara dengan tenang, tetapi terdengar cukup mengintimidasi.
“Apa kau mengancam kami?” tanya Bara yang tampak sedikit terpancing.
“Tidak juga. Aku hanya mengatakan kemungkinan yang sepertinya akan segera terjadi,” jawab Teo.
“Apa yang kau inginkan Teo? Tempo hari kau mengemis pada kami untuk melancarkan bisnismu dengan memberikan Julia pada kami, tapi sekarang kau mengingkari janjimu dan malah mengancam kami.” Eric mengendus dingin.
“Kau hanya artis kecil yang tak memiliki kekuatan di negara ini. Apa kau lupa siapa ayahku? Meskipun kami terseret, ayahku tak akan tinggal diam. Kau bahkan sudah tahu kalau presiden negara ini juga bukan orang yang sebaik itu, tentu saja dia juga tak akan tinggal diam jika menterinya terkena berita buruk.” Gideon tersenyum remeh.
“Orang kecil tidak usah banyak gaya!” Bara melempar asbak marmer yang ada di meja ke arah Teo.
Untungnya, Teo berhasil menghindar.
“Apa kau lupa bahwa aku bisa membuat karirmu lebih dari hancur, bahkan hidupmu juga bisa tamat sekarang juga?” Eric berjalan mendekati Teo. Kesabarannya benar-benar telah mencapai batas.
Eric menendang kaki Teo dengan cukup keras. “Cepat berikan Julia pada kami
Teo meringis pelan. Namun, ia tetap terlihat cukup tenang.
“Sebelumnya, aku sudah cukup sabar dengan omong kosongmu itu.” Gideon yang sedari tadi duduk, akhirnya kini berdiri dan berjalan mendekati Teo.
Gideon mengulurkan tangannya, menarik kerah kemeja Teo, dan menatapnya dengan tajam. “Sekarang, sepertinya kesabaran memang bukan hal bisa diberikan untukmu, Teo.”
Gideon melempar tubuh Teo hingga menabrak dinding ruangan. Dengan tubuh kekar itu, tentu bukan sesuatu yang berat untuk membuat Teo babak belur.
Punggung Teo membentur tembok cukup keras hingga membuatnya merasa nyeri yang cukup dalam. Belum sempat ia bangkit, Gideon kembali menghajarnya.
Gideon melayangkan kakinya untuk menendang perut Teo hingga membuat empunya kembali meringin kesakitan.
“Ini adalah balasan untuk orang yang berani mempermainkan kami,” ucap Gideon dengan suara begitu tajam dan dingin. “Kalau kau memang tak ingin memberikan Julia, maka kau yang harus menerima akibatnya.”
Beberapa kali Gideon melayangkan pukulan kepada Teo. Sedangkan Eric dan Bara tertawa puas melihat adegan itu. Sesekali, Bara juga melempar cacian kepada Teo.
Setelah beberapa saat, mereka menghentikan aksi bejat itu.
Teo bangkit dengan tubuh yang babak belur. Bahkan, penampilannya sudah tak karuan. Ia tersenyum kecil ke arah tiga orang itu sambil mengusap ujung bibirnya yang mengeluarkan sedikit darah.
Teo mengeluarkan ponselnya, membuka salah satu aplikasi media sosial dan mengunggah sesuatu di sana.
Teo memutar sebuah rekaman suara yang berisi sepotong percakapan mereka beberapa menit yang lalu, termasuk suara dari pukulan-pukulan yang dilayangkan kepada Teo. Dan semua itu telah Teo unggah menggunakan sebuah akun anonim di media sosial.
“Dalam hitungan menit, nama kalian akan menjadi pembicaraan hangat di media sosial.” Teo tersenyum sinis.
“Mulai saat ini, aku, Teo Andersen, tidak akan pernah takut dengan orang seperti kalian.”
Teo tidak menyangka insiden semalam akan menjadi viral di media sosial. Kini semua media sosial dipenuhi tagar yang merujuk pada insiden di acara peluncuran film itu. Sejak semalam, ada ribuan unggahan yang diposting oleh para penggemarnya. Tak jarang, orang biasa pun ikut memanas-manaskan insiden ini.Ketika dirinya terjaga di pagi buta, Teo menemukan video yang diunggahnya dengan akun anonim masih memuncaki peringkat trending di media sosial. Meski wajahnya masih terasa kaku dan tubuhnya penuh luka, tapi Teo rasa itu sepadan dengan kesuksesan rencananya.Ya, Teo memang ingin menghancurkan orang-orang busuk itu dengan caranya sendiri.“Sayang, kau sudah bangun?” tanya Julia dari balik pintu yang terbuka perlahan.Teo cepat-cepat menarik diri dari kasur, tetapi rasa nyeri di punggung menahannya. Rasa sakit itu membuatnya duduk bertumpu di kasur. Julia yang melihat pemandangan itu seketika berlari menghampiri Teo. Pengawal pribadi Teo hanya bisa terkesima melihat pasangan ini tiba-tiba
“Investor klub, Jake Arthur, siapa lagi yang terlibat dalam rencana ini?”Teo memandangi foto Jake di layar ponselnya. Ia tidak menyangka di balik wajah simetris yang tampan bak model itu, Jake Arthur adalah seorang pria yang bengis. Kini Teo kesulitan menebak langkah Jake selanjutnya.Langkah Jake mungkin tidak tertebak. Kenyataan itu yang mendorong Teo menelusuri kamar, membuka semua laci, mengacak-acak isi lemari. Ia harus menemukan “sesuatu” yang dapat menaklukkan Jake. Entah apa barang itu, Teo tidak tahu. Namun, Teo yakin pria sekeji Jake pasti menyimpan rahasia.Dunia hukum yang menyimpan sisi kelam mengajari Teo satu hal: kau harus menggenggam kelemahan dan rahasia lawanmu jika ingin menang.Kini Teo mencari di sela-sela lemari pakaian yang penuh. Semua isinya berhamburan keluar dan memenuhi lantai. Namun, hasilnya nihil. Tidak ada yang istimewa selain barang-barang mewah dan perhiasan. Saat tengah terpuruk, Teo melihat brankas kecil yang tersembunyi di bagian dalam lemari. Le
Melihat pesan itu, kepala Teo seakan baru saja dihantam meteor. Rencana awal yang telah ia susun, terpaksa harus disusun ulang.Ada banyak hal yang harus ia pertimbangkan saat ini. Bukan hanya masa depan, tetapi juga Julia.“Kau kenapa? Apa ada masalah?” tanya Julia. Wanita itu mendekati Teo yang masih duduk di tepi ranjang dengan tatapan penuh kebingungan yang ditujukan kepadanya.“Aku … aku akan melindungimu. Aku berjanji,” kata Teo dengan penuh keyakinan.Julia mengerutkan dahinya, tak paham dengan maksud ucapan Teo.“Aku tidak melakukan hal yang berbahaya, kau tidak perlu begitu khawatir.” Julia tersenyum manis. Ia ingin mengulurkan tangannya untuk menyentuh lengan Teo, tetapi ia urungkan sebab masih takut dengan perubahan Teo.“Aku akan minta managermu untuk mengirim semua jadwal pekerjaanmu padaku, agar aku bisa memantaumu.” Teo kembali fokus pada ponselnya, mencari nomor manager Julia.“Tidak perlu,” tolak Julia. “Beberapa waktu ke depan, aku hanya akan melakukan syuting di dek
Beberapa pegawai klub menyapa dan memberi hormat kepada Teo sejak ia pertama kali menapakkan kakinya di dalam klub. Beberapa pelanggan juga turut menyapanya.Bagaimanapun juga, pesona klub malam kelas eksekutif memang sangat berbeda.Gedung klub ini memiliki 3 lantai. Lantai 1 adalah bar terbuka, terdapat panggung kecil dengan meja DJ di tengah-tengahnya, dan beberapa sofa di sudut-sudut ruangan, tentu saja dengan 1 meja bar terbuka. Lantai 2 berisi ruangan-ruangan yang bersifat lebih pribadi dengan sebuah meja bar yang menyambut di samping tangga. Kemudian, lantai paling atas adalah lantai kerja khusus yang berisi beberapa ruangan. Di tiap lantai, di balik meja bar terdapat tulisan Solar Eclipse dengan lampu berwarna emas.Teo masuk semakin dalam ke sudut Solar Eclipse hingga tiba di sebuah ruang VIP yang berada di sudut lantai 2.Begitu pintu ruangan Teo buka, matanya langsung menangkap sosok Gideon yang telah duduk dengan segelas wine di tangannya.“Pada akhirnya, kau masih tetap m
“Kau yakin ingin menukar saham dengan wanita itu?” tanya Jake seraya mengerutkan dahi. Sebagai pria yang sudah lama mengenal Teo, Jake sangat terkejut dengan keputusan Teo yang di luar dugaan. Tampaknya Teo benar-benar menganggap wanita sebagai sosok yang berharga. Ini jelas bukan Teo Andersen yang ia kenal.Perkara pemindahan saham itu bukan urusan yang rumit. Teo juga tidak masalah jika Gideon menguasai 35% saham. Pikiran Teo hanya teralihkan memikirkan Natalie Arnie. Ada harga yang harus dibayar mahal dari rencana busuk ini. Demi mengikuti hasrat buruk Gideo, Teo harus mengorbankan seorang wanita tak bersalah dan ia tidak bisa melakukannya.“Tidak masalah buatku,” kata Teo santai, tapi Jake terang saja langsung geram.Sebenarnya Teo jauh lebih geram dari Jake. Mengapa harus Natalie Arnie? Mengapa harus gadis malang itu?Dua pertanyaan itu memenuhi batin Teo hingga dadanya terasa sesak. Pembicaraan Jake dan Gideon perlahan terdengar samar-samar. Pikiran Teo menjelajahi masa depan,
Selepas kepergian Teo yang menurutnya sangat tidak sopan, Jake mulai terpikirkan beberapa skenario. Skenario pertama bicara tentang Teo yang mungkin jatuh cinta pada Julia dan tanpa sadar mulai berubah karena pengaruh wanita itu. Skenario ini menjelaskan keanehan yang ia lihat saat Teo berusaha melindungi Natalie Arnie.Skenario kedua bicara tentang kemungkinan kalau Teo berusaha menyimpang dari rencana mereka. Jika skenario kedua ini adalah kebenaran maka Jake akan berada dalam posisi yang mengerikan. Ia tidak akan bisa mengendalikan Teo karena mungkin saja pria itu menusuknya diam-diam dari belakang.Sembari menyesap koktail yang baru saja dihidangkan untuknya, Jake memikirkan apa yang harus ia lakukan untuk menjinakkan Teo.“Dari mana saja?” tanya Jake saat pria yang menjadi mangsanya itu kembali ke meja.“Aku agak mengantuk,” kata Teo berbohong. “Aku membasuh wajah di wastafel toilet.”“Kau tidak merasa bersalah?” Jake memancing Teo dengan pertanyaan itu, tetapi Teo masih memasang
Setelah kejadian di Solar Eclipse kemarin, Teo dan Jake belum lagi berkomunikasi. Keduanya disibukkan dengan urusan masing-masing. Namun, satu yang pasti, yaitu pemindahan saham yang diminta Gideon sebelumnya telah Teo urus. Hari ini, ia akan mengirim surah itu ke kediaman Gideon.Di samping itu, hubungan Teo dengan Julia juga tampak semakin berkembang. Meskipun dalam sudut hati Julia masih ada sedikit rasa waspada, tetapi wanita itu mencoba untuk mulai menerima perubahan Teo.“Sayang, sore ini setelah aku selesai dengan kegiatanku, aku akan menjemputmu di lokasi syuting,” kata Teo yang masih sibuk bergelut dengan sepotong roti lapis di hadapannya.“Tidak perlu, hari ini aku tidak ada banyak kegiatan. Setelah selesai syuting, aku akan langsung pulang,” jawab Julia yang juga tengah menyiapkan secangkir kopi untuk Teo, sambil mengulas senyum di bibirnya. “Lagipula, bukankah hari ini kau juga ada cukup banyak kegiatan?”“Menjemputmu sebentar tidak akan membuat semua jadwal kegiatanku ber
“Keputusan yang tepat, Teo!” Samuel berseru senang. “Sekarang kau harus menyiapkan diri karena kita tidak boleh terlambat. Acaranya dimulai satu jam lagi dan jalan mungkin akan sedikit macet. Kau tahu sendiri sepadat apa kota ini.Teo tidak berniat mendengarkan celotehan Samuel yang bertele-tele. Ia hanya bergerak cepat menuju ruangan privatnya untuk menyiapkan beberapa barang dan mengemasnya ke dalam tas jinjing. Rasanya memuakkan karena manajernya itu menjadi sangat cerewet di momen seperti ini.Samuel masih sibuk mengingatkan banyak hal kepada Teo di sepanjang perjalanan menuju lokasi syuting acara musik. Teo sendiri tidak menggubrisnya. Ia malah sibuk menggeser layar ponsel dan berkomunikasi dengan Kinan.Kinan mengirimkan banyak pesan yang menceritakan betapa sibuknya para kru dan petugas keamanan di lokasi syuting. Mereka sudah melaporkan kejadian ini ke polisi dan memeriksa para saksi. Dalam waktu singkat pun, satu unit bersenjata dari pos terdekat langsung datang untuk mengama
Di ruang interogasi yang sunyi, Samuel duduk terdiam, tangan diborgol ke meja besi yang dingin. Ia merasa seluruh tubuhnya berat, seolah dunia ini sudah jatuh padanya. Wajahnya penuh kecemasan, pikirannya kacau. Tidak ada lagi Jake yang bisa diandalkan, tidak ada lagi jalan keluar yang jelas.Pintu ruang interogasi terbuka, dan Aarav masuk dengan wajah serius. Tanpa berkata apa-apa, ia duduk di seberang Samuel, memandangnya tajam. Samuel menatapnya, mencoba membaca ekspresi di wajah pria itu. Tapi Aarav hanya diam, menyusun kata-kata."Aku tahu kau merasa terjebak, Samuel," akhirnya Aarav berkata, suara tenang namun penuh penekanan. "Tapi ini adalah kesempatan terakhirmu untuk menghindari hukuman yang lebih berat."Samuel menggigit bibir bawahnya, tak tahu harus berkata apa. Selama ini, ia selalu berusaha untuk bisa mengontrol segalanya, tapi kini ia berada dalam situasi yang benar-benar di luar kendalinya.Aarav melanjutkan, "Kau tahu bahwa Jake bukan orang yang bisa kau percayai. Ka
Samuel merasakan udara dingin yang menusuk tulang ketika mobil yang membawanya berhenti di depan sebuah vila mewah di tengah hutan. Kepalanya masih pening setelah melarikan diri dari kantor polisi, dan pikirannya dipenuhi tanda tanya. Bagaimana mungkin ia berhasil kabur secepat ini? Siapa yang mengatur semua ini?Pintu mobil terbuka, dan seorang pria bertubuh kekar menariknya keluar. "Masuk," perintah pria itu dengan suara berat.Samuel mengatur napasnya dan melangkah ke dalam vila. Interiornya mewah, dengan dinding kayu berukir dan lampu gantung kristal yang menerangi ruangan dengan cahaya keemasan. Namun, semua kemewahan itu tak mengalihkan perhatiannya dari sosok pria yang duduk dengan santai di kursi kulit berwarna hitam di tengah ruangan.Jake Arthur.Samuel terbelalak. "Jake?!"Jake tersenyum kecil. "Senang melihatmu lagi, Sam. Sudah lama sekali, ya?"Samuel tetap berdiri kaku, matanya tak lepas dari pria yang seharusnya masih berada di balik jeruji besi. "Bagaimana... bagaimana
Samuel duduk di kursi interogasi dengan tangan terborgol di depan meja baja dingin. Wajahnya tegang, keringat mulai mengalir di pelipisnya. Aarav dan Nick berdiri di hadapannya, menatapnya tajam. Pengacara Samuel duduk di sampingnya, sesekali berbisik dan menyuruhnya diam."Samuel, kita tahu semua permainanmu," Aarav memulai, suaranya penuh tekanan. "Kami sudah melacak rekeningmu, melihat transaksi mencurigakan, dan menghubungkan semua titik. Uang yang kamu dapatkan dari eksploitasi artis itu? Kami akan mengembalikannya ke pemiliknya."Samuel menggertakkan giginya, jelas tidak senang dengan kenyataan itu. "Kamu tidak bisa begitu saja menyita uangku! Aku bekerja keras untuk itu!"Nick tertawa sinis. "Kerja keras? Maksudmu, memanfaatkan orang lain, memperlakukan mereka seperti barang dagangan, dan meraup keuntungan dari penderitaan mereka? Itu bukan kerja keras, itu kejahatan."Samuel menatap Nick dengan penuh kebencian. "Kau pikir kau lebih baik dariku, Rayson? Aku tahu siapa kau. Mant
Aarav duduk di seberang Samuel di ruang interogasi yang remang-remang. Tangannya bertaut di atas meja, ekspresi wajahnya dingin namun penuh kewaspadaan. Di sampingnya, seorang petugas mencatat setiap kata yang diucapkan. Sementara itu, Samuel duduk dengan santai, menyandarkan tubuhnya ke kursi, seolah-olah ia tidak merasa terancam sama sekali."Samuel," Aarav memulai dengan suara tenang namun penuh tekanan, "Kami sudah punya cukup bukti yang mengarah kepadamu dalam kasus percobaan pembunuhan Teo. Mobil yang digunakan dalam tabrakan itu ditemukan di rumahmu. Jejak lumpur di mobilmu sama persis dengan lumpur di lokasi kecelakaan. Apa kau masih mau menyangkal?"Samuel mengangkat bahunya dengan santai. "Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan. Mobil itu memang ada di rumahku, tapi siapa pun bisa menggunakannya. Bisa saja ada orang lain yang mengambilnya tanpa sepengetahuanku."Aarav terkekeh sinis. "Itu alasan yang buruk. Kami juga menemukan rekaman CCTV di kafe tempat kau mampir sebelum ke
Julia duduk di tepi tempat tidur rumah sakit Teo, tangannya masih gemetar setelah mendengar kabar buruk itu. Nick berdiri di dekat jendela, matanya mengamati langit yang mulai gelap. Aarav, yang baru kembali dari penyelidikannya, melangkah masuk dengan ekspresi serius.“Samuel bukan orang baik, Aarav,” kata Julia tiba-tiba, suaranya nyaris berbisik.Aarav mengalihkan perhatiannya kepadanya. “Apa maksudmu?”Julia menghela napas, menatap Teo yang masih terbaring lemah di tempat tidur. “Dia terlibat dalam eksploitasi artis. Aku tahu karena aku hampir menjadi korbannya.”Nick dan Aarav saling bertukar pandang. Nick akhirnya mendekat dan bertanya, “Apa yang sebenarnya terjadi, Julia?”Julia menelan ludah, mengingat kembali pengalaman buruk itu. “Dulu, sebelum aku mencapai puncak karierku, ada satu masa ketika aku diajak menghadiri acara eksklusif yang diselenggarakan oleh orang-orang berpengaruh di industri hiburan. Aku diberi tahu bahwa acara itu bisa membantuku mendapatkan lebih banyak p
Julia bergegas memasuki rumah sakit dengan wajah panik. Napasnya tersengal-sengal setelah berlari dari tempat parkir. Ia hampir tidak bisa percaya ketika Nick menelepon dan memberitahunya bahwa Teo mengalami kecelakaan parah dan harus menjalani operasi akibat pendarahan di otak. Julia menggenggam erat ponselnya, tangannya gemetar saat mencoba mencari tahu di mana Teo dirawat.Nick yang sudah menunggunya di lobi segera menghampiri Julia."Julia... akhirnya kamu datang," kata Nick dengan suara lembut, berusaha menenangkan.Julia menatapnya dengan mata berkaca-kaca. "Teo... bagaimana kondisinya? Apa dia baik-baik saja?"Nick menghela napas panjang. "Dokter bilang operasinya berjalan lancar, tapi dia masih belum sadar. Kita hanya bisa menunggu."Julia merasa jantungnya mencelos. Ia menutup mulutnya dengan tangan, berusaha menahan tangis. Ia kemudian berjalan menuju ruang ICU di mana Teo dirawat. Melihat Teo terbaring dengan wajah pucat, selang infus menancap di lengannya, dan alat bantu m
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Aarav berdiri di tengah jalan yang sepi, tatapannya tajam menyapu setiap detail yang ada di sekitar TKP. Udara malam terasa dingin, tetapi otaknya terus bekerja dengan panas, menyusun potongan-potongan teka-teki yang baru saja ia temukan. Lampu-lampu jalan remang-remang, memberikan penerangan yang nyaris tidak berguna. Senter di tangannya menjadi satu-satunya alat yang bisa membantunya menemukan jejak lebih lanjut.Ia berjongkok dan kembali mengamati bekas ban di aspal. Hanya ada satu jejak pengereman, jelas berasal dari mobil Teo yang berusaha menghindari tabrakan. Namun, tidak ada tanda-tanda bahwa mobil pelaku mencoba mengerem sebelum benturan terjadi. Ini semakin menguatkan dugaannya bahwa kejadian ini bukan kecelakaan biasa.Aarav berdiri dan mengamati lebih jauh. Tidak ada kamera CCTV di sekitar, yang berarti pelaku sudah memperhitungkan lokasi ini sebagai tempat yang aman untuk melakukan aksinya. Ia mengeluarkan ponselnya dan menghubungi Tarwin.“Tarwin, aku di TKP sekarang. In
Mobil Teo melaju dengan kecepatan stabil di jalanan Eldorisia yang masih basah oleh hujan semalam. Di kursi belakang, Nick duduk diam, wajahnya muram memandangi layar ponselnya yang dipenuhi notifikasi dari berbagai media yang memberitakan tentang dirinya. Di sampingnya, Aarav memeriksa beberapa dokumen yang akan mereka diskusikan dengan tim hukum dari Firma Hukum Eden. Situasi semakin rumit, dan satu-satunya cara untuk menyelamatkan Nick adalah dengan strategi hukum yang tepat.Namun, di tengah perjalanan menuju kantor polisi, tiba-tiba sebuah mobil hitam melaju kencang dari arah berlawanan dan berhenti mendadak di depan mobil Teo. Pengemudi mobil Teo menginjak rem dengan keras, membuat mobil berhenti mendadak. Belum sempat mereka menyadari apa yang terjadi, pintu mobil bagian Teo terbuka dengan kasar, dan seseorang menariknya keluar."Teo!" seru Nick dan Aarav hampir bersamaan.Teo tersentak ketika melihat siapa yang menyerangnya—Samuel. Manajernya berdiri di depannya dengan wajah m